2.1 After Concert

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Seorang wanita berjalan dengan perasaan tak nyaman sambil menenteng jas hujan di salah satu tangan. Mulai dari rambut hingga ujung sepatunya basah. Salahkan hujan berangin yang enggan berhenti mengguyur ibu kota, atau lebih tepatnya bagian Stadion Madya Gelora Bung Karno. Alih-alih kuyup oleh keringat sehabis menonton konser tiga jam lamanya, wanita itu justru lebih mirip baru bermain hujan-hujanan massal bersama kurang lebih delapan ribu orang lainnya.

Bia yakin pihak sekuriti kaget melihatnya karena sempat mengira ada hantu tiba-tiba nongol dari arah tangga darurat. Pasalnya, rambut panjang Bia yang menyentuh garis pinggang dibiarkan tergerai menutupi sisi-sisi wajahnya yang lembap. Belum lagi setelan Bia yang serba hitam sama sekali tidak kontras dengan gelapnya malam.

Senyum canggung Bia lukiskan, sembari mengucap kata maaf. Setidaknya, tidak ada makhluk halus yang cukup sopan untuk beramah tamah dan menyinggung persoalan lantai becek yang dia tinggalkan sepanjang lobby apartemen. Bia sekali lagi mengangguk pada bapak sekuriti yang masih melotot di tempat duduk. Bia menggunakan kesempatan itu segera kabur. Jujur saja, dia tidak nyaman berurusan terlalu lama dengan makhluk berjenis kelamin pria.

Begitu sampai di unit apartemennya, wanita berwajah pucat itu segera membersihkan diri. Air hangat cukup membantunya memulihkan energi. Bad mood Bia pun terobati.

Bia masih mengenakan handuk yang melingkar di dadanya ketika menangkap kelap-kelip notifikasi ponsel. Dia memang belum sempat menyalakan lampu kamar, jadi sumber cahaya sekecil itu mudah sekali tertangkap mata. Sembari mengesampingkan gigil akibat angin dari pendingin ruangan mengusapi kulit lengannya, Bia menekan satu tombol hingga layar ponselnya menyala.

Rasa penasaran cepat tergantikan oleh penyesalan. Bia kini sibuk memaki dalam hati. Seharusnya dia tidak membuka block nomor Zaki. Seharusnya dia tidak melihat konser The Heroes malam ini. Seandainya tidak melakukan kedua hal tersebut, Bia pasti tidak perlu merasakan sesak napas detik ini juga.

"Tenang, tenang," kata Bia pada diri sendiri. Dia melempar ponsel ke kasur supaya bisa menekan debaran di dada menggunakan kedua tangan. "Dia nggak berarti apa-apa lagi. Dia cuma basa-basi. Bia, tenang."

Bia mengulang kata-kata serupa bagaikan mantra. Setelah lebih yakin, dia pun memasukkan sederet nomor hingga lock screen ponsel terbuka. Bia seakan menantang kesiapan diri ketika dengan sengaja dia menekankan ujung ibu jarinya pada notifikasi pesan masuk.

Zaki 💔:

Sudah sampai rumah

01.16

Bia:

Nggak penting

01.16

Zaki 💔:

Penting

Setahun gak ada kabar, kamu tiba-tiba muncul di konserku

01.17

Bia berdecih sambil meremasi rambutnya yang belum dikeringkan. Dia memang sempat bertemu tatap dengan mantannya yang satu ini. Bia bahkan paham mulai dari setengah konser ke belakang Zaki sering kali mencuri tatap ke tempatnya berdiri. Maka dari itu, begitu konser berakhir, Bia memilih hengkang dari venue, nyaris terbirit-birit. Bukannya tidak mungkin Zaki meminta bantuan pihak keamanan untuk mengadang dan menyeret Bia ke belakang panggung demi bertemu.

Sayangnya, kini Bia justru tengah berbalas pesan dengan pria yang beberapa jam lalu ingin sekali dia hindari. Apakah otaknya masih sering korslet tiap menyangkut nama itu?

Bia:

Nggak boleh?

01.21

Daripada membuat Zaki kian besar kepala, Bia berniat memberikan tanggapan dingin pada tiap pertanyaannya.

Zaki 💔:

Gosh, Bia

Stop fooling around

01.24

Bia:

Aku butuh healing > urus cuti > kebetulan ada festival musik yg waktunya pas

01.27

Zaki 💔:

Bukan sebaliknya?

Kamu cari jadwal the heroes, urus cuti, dan healing dengan lihat penampilanku

01.27

*penampilan band-ku

01.28

Entah Zaki bermaksud buruk atau tidak, darah Bia terasa menggelegak. Di mata Bia, Zaki adalah cowok teregois, yang sialnya susah dilupakan. Makanya, kini pun Bia antara marah, tersindir, dan sedikit kebingungan kenapa bisa merasa begini.

Sesuai tebakan Zaki, Bia memang datang ke konser untuk melihatnya, bukan dalam konteks keseluruhan anggota band The Heroes. Perasaan kalah itulah yang membuat Bia melemparkan amunisi kemarahan. Bia kalah, dan hal itu makin menunjukkan bahwa Bia benaran merindukan Zaki.

Bia:
Bisa nggak sih kamu nggak melulu mikirin semua ini tentang kamu?

Member the heroes bukan cuma kamu

Aku mau nonton festival musik bukan cuma buat lihat kamu

Kamu masih aja nggak berubah padahal 1 tahun sudah berlalu

01.31

Bia menarik napas panjang sembari menghitung angka satu hingga sepuluh dalam hati. Perlahan debaran jantungnya terkontrol. Ketika kembali membuka mata, Bia baru menyadari ketikannya 'terdengar' sangat menyudutkan Zaki.

Zaki 💔:

Ya, aku memang nggak berubah

Aku masih Zaki yg sama

Zaki yg sll nanyain kamu sudah sampai rumah dgn selamat, gak peduli mau selarut apa

Dan kamu masih Bia yg sama

Cewek emosian yg gak mau paham seberapa besar rasa sayang dan perhatianku

01.36

Bia tergugu membaca balasan Zaki. Dia membayangkan bahwa pria itu kini berdiri tepat di depannya. Zaki yang bicara sambil berkacak pinggang atau pun bersedekap tiap tengah gemas berusaha menyadarkan Bia dari kekeraskepalaannya.

Namun, apakah Zaki benar-benar serius dengan ketikannya ini? Benarkah pria itu masih menyayanginya? Bia harus meyakinkan diri bahwa ini hanyalah salah satu trik Zaki supaya lagi-lagi Bia mau bertekuk lutut untuknya.

Bia:

Really?

Kamu ngajak aku berantem? Selarut ini? Setelah setahun?

01.38

Zaki 💔:

Ok. I'm sorry

But, please, don't block my contact ever again

01.40

Bia:

Asal kamu tahu, aku buka block WA kamu seminggu setelah kita pisah

Dan kamu sama sekali nggak coba hubungi aku

Sampai sekarang

01.48

Zaki 💔:

Bukannya itu yg kamu mau?

Kamu duluan yg suruh aku pergi

01.49

Bia menggigiti bibir bawahnya kuat-kuat. Dia begitu karena punya alasan. Sayangnya, Zaki tidak pernah peduli alasan apa yang Bia simpan sampai setahun lamanya.

Bia:

🤯

Kamu memang nggak ngerti apa-apa soal cewek

Percuma kita pernah pacaran hampir 3 tahun

Ah, ya, mungkin selama itu juga kamu sama sekali nggak mau ngerti aku

Semuanya harus tentang kamu, kan?

Nggak pernah ada aku di hubungan kita

01.54

Zaki 💔:

Bia, kamu kecapekan

Tadi juga hujan waktu konser

Mandi, minum air hangat, tidur

Kita bicarakan lagi setelah kamu agak tenang

01.56

Bia:

No way

01.56

Ibu jari Bia sedikit bergetar saat mencari ikon titik tiga di sudut kanan atas aplikasi pesan. Menurutnya, percakapan ini tidak perlu dilanjutkan. Sekali lagi, Bia membungkam segala protes Zaki dengan satu tombol 'block'.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro