Part 20

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Dua pohon yang lebih tinggi dibanding yang lain dan terletak sejajar berada di depan Karin, mata wanita itu menatap hutan di depannya. Jika dilihat perbedaannya dengan daerah tempatnya sekarang berdiri, sangat kontras dan siapa pun bisa tahu ada hal lain di dalam sana. Tanah gersang berbatasan dengan rumput liar seolah sengaja dirapikan oleh seseorang, tetapi mengingat ini berada di tengah hutan dan jarang atau mungkin tidak pernah terjamah oleh makhluk lain rasanya sangat mustahil. Bahkan, suara hewan apa pun tak ada yang kedengaran.

Cukup ragu Karin ingin melangkah lebih jauh, hanya saja sudah kepalang tanggung untuk kembali. Ia tidak tahu kapan lagi ada kesempatan untuk pergi, terlebih Nio tidak boleh tahu tempat ini. Tekadnya sudah bulat, meskipun wanita itu paham akan apa yang menunggu di dalam sana. Begitu selangkah memasuki tanah yang terlihat gersang tadi, langsung terasa kekuatan besar menekan.

"Padahal jaraknya sangat dekat dengan berbagai pack, bagaimana bisa tidak ada yang tau tempat ini. Sangat mustahil, bahkan hutan putih saja mereka bisa tau," gumam Karin.

Saat berjalan semakin dalam, satu persatu tumbuhan hijau mulai kelihatan. Namun, tetap saja terasa sunyi seperti tidak ada kehidupan di sana. Walaupun begitu, fokus Karin tetap tak boleh pecah. Daerah ini lebih berbahaya dari kelihatannya, bahkan dari tempatnya berasal.

"Kita kedatangan tamu."

Suara tanpa wujud membuat Karin menyunggingkan senyum sinis, merasa sudah disambut. Sekarang ia mulai merasakan banyak pasang mata menatap, tetapi tidak bisa melihat di mana saja asalnya. "Aku kira sudah tidak ada lagi yang menghuni di sini," sahut wanita itu dengan santai.

Batu besar yang tiba-tiba muncul dari dalam permukaan tanah tak membuatnya terkejut, malah mengatakan, "Terima kasih, aku cukup tersanjung."

"Bagaimana mungkin keturunan iblis terkuat sekaligus mate dari King Alpha harus dibiarkan berdiri selama kunjungan?" Pertanyaan yang tidak membutuhkan jawaban itu dilotarkan dengan suara manis, tapi dari nadanya terdengar jelas jika tak ada rasa senang.

"Ya, aku rasa sudah tidak perlu omong kosong lain lagi," ujar Karin sambil menatap sekeliling, meskipun tidak melihat lawan bicaranya. "Aku ingin mengajak kalian kerja sama," sambungnya.

"Kau kira, siapa dirimu yang bisa bekerja sama dengan kami? Sadarkah kalau kau masih seorang iblis? Aku rasa tidak perlu ada kerja sama di antara kita," tolak salah satu dari mereka.

Walaupun sudah ditolak terang-terangan sebelum mendengar apa yang disampaikan, Karin sama sekali tidak tersinggung. "Terserah, aku rasa kalian cukup pintar untuk berada di pihak mana. Dalam beberapa tahun ke depan, bersiap saja dengan segala kemungkinan. Termasuk, kehilangan tempat ini dan musnah. Kalian lebih tau apa yang akan terjadi," tutur Karin.

Begitu selesai dengan apa yang ingin disampaikan, wanita itu langsung berdiri. "Aku pergi, hubungi aku jika kalian berubah pikiran," ucapnya tanpa peduli hal lain.

Ketika baru beberapa langkah berjalan, ia kembali memberi perintah, "Tolong jangan permainkan jalannya!"

Jika dilihat sepintas, memang tidak ada yang banyak berubah. Hanya saja Karin bisa merasakan pepohonan di sana berubah tempat dari saat ia masuk tadi, hal ini tentu membuatnya bisa tersesat. Sebelum masuk di sini, tentu saja Karin sudah mempelajari tentang mereka.

Begitu melangkahkan kaki ke luar, udara mulai terasa sejuk. Namun, hal yang membuat Karin mengerutkan kening adalah keberadaan adik Nio di sana. "Apa yang kau lakukan di sini?" tanyanya dengan tajam.

"Bukankah seharusnya aku yang bertanya? Apa yang kau lakukan di sini? Tempat apa itu? Apa yang ada di sana?" tanya Jessy beruntun.

"Kau tak perlu tau. Hal yang harus kau tau, cukup diam dan jangan katakan kepada siapa pun tentang tempat ini. Jangan pernah pergi ke sana! Siapa pun, kau bahkan kakakmu tidak boleh!" larang Karin tanpa menjelaskan lebih detail.

Namun, bukan Jessy namanya jika menyerah begitu saja. "Setidaknya beri tahu aku apa tempat itu, aku pastikan akan tutup mulut," desaknya.

Gadis ini sungguh membuat Karin sakit kepala, sayang ia tidak bisa menyingkirkan orang yang berada di depannya sekarang. "Tempat yang sangat manipulatif dan paling berbahaya. Jika kau merasa sarang phoenix sudah rawan, di sini berkali-lipat dari itu. Mereka tidak akan melepaskanmu hidup-hidup jika sudah masuk ke sana," balas Karin dengan memberikan tatapan tajam.

"Lalu kenapa kau tidak apa-apa?" tanya Jessy lagi.

"Kau!" Kesabaran Karin sudah hampir habis saat berhadapan dengan Jessy, bersyukur ia masih menahan diri tidak melempar gadis itu. "Aku berbeda dengan kalian, puas! Jangan bertanya lagi, ikuti saja perintahku!" katanya.

Jessy hanya tersenyum kecil melihat kekesalan Karin, lalu berdeham. "Oke, aku akan tutup mulut. Tapi sebelum itu, bolehkah aku bertanya satu hal? Di mana kau mendapatkan gaun ini? Jelek sekali," komentar gadis itu sambil melihat pakaian Karin dengan jijik.

Orang yang ditanya merasa tidak perlu menjawab sama sekali, jadi ia hanya memegang tangan Jessy dan menghilang dari sana. Tiba-tiba saja mereka sudah berada di belakang pack, sehingga gadis yang tidak biasa melakukan teleportasi itu langsung jatuh terduduk. Namun, sang pelaku tak peduli dan berjalan masuk dengan santai.

"Hei, setidaknya kau memberi tahuku terlebih dahulu!" teriaknya.

Suara teriakan itu membuat beberapa warrior yang sedang berjaga bergegas di sana, termasuk pemimpin mereka. "Apa yang kau lakukan di sini, Jessy?" tanya Liam sambil membantu kembaran mate-nya berdiri.

Namun, sebelum laki-laki itu menyentuhnya, ia lebih dulu menepis tangan tersebut. "Bukan urusanmu," desisnya.

Tatapan gadis itu beralih ke wanita yang berdiri di balkon kamar, bahkan sudah berganti dengan gaun indah seperti hari biasa. "Ya, Karin, aku akan membalasmu nanti!" raungnya hingga terdengar ke seluruh kediaman mereka.

Sementara itu, Karin hanya tersenyum melihat Jessy di bawah sana. Walaupun sedikit jengkel dengan sifatnya, tapi Jessy lebih menarik dibanding kembarannya. Ia mulai merasa mendapatkan mainan baru yang sepertinya sangat mengasyikkan, tetapi senyuman itu mendadak hilang saat melihat sesuatu yang tak biasa di hutan.

Nio sudah kembali.

Suatu keberuntungan jika kamar Nio menghadap langsung ke hutan, jadi ia bisa memantau dari balkon saja. Termasuk tempat yang didatangi tadi, terlihat meski sangat samar. Tiba-tiba saja ia teringat sesuatu, bagaimana Jessy bisa sampai di sana?

Hanya saja keributan di bawah sana sangat mengganggu, Jessy kembali berulah ketika melihat daddy dan kakaknya kembali. Terpaksa Karin turun ke sana, hanya saja ia menggunakan cara yang lebih normal. Mata si anak tengah menyipit ketika tau kakak iparnya bisa juga melesat, lalu memulai kembali kehebohan.

"Jessy, sudah cukup!" cegah Xander sebelum anaknya mengamuk lagi. Beberapa warrior yang diminta gadis itu melawannya sudah berbaring tak berdaya di tanah, tapi ia masih belum berhenti karena tidak puas.

"Kau ingin melawanku, kan?" tanya Karin.

******

Hai, hai, hai

Aku kembaliiiiiii

Sorry, ya, baru bisa up sekarang.

Next part, enaknya kapan, ya?

Minta vote-nya dong🥹

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro