Part 4

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

"Dia kelelahan dan Daddy-mu saat ini sedang menemui seseorang," jawab Bella.

"Siapa?"

"Buyutmu, Orben." Bella ikut merebakan tubuhnya di antara Nio dan Jeslyn. "Ayo tidur! Kasihan bayi yang ada di perutmu itu," ajak Bella.

Nio mendengar percakapan mommy-nya dan Jeslyn, hanya saja ia malas untuk membuka mulut dan matanya. Pikirannya masih menari-nari tentang apa yang disampaikan Moongodness tadi, ia sangat penasaran dengan sosok matenya.

"Sudahlah, Nio. Aku juga sama pusingnya dengan kau, tapi tubuhmu ini juga butuh istirahat," mindlink Gery, serigala dalam tubuh Nio.

"Tapi aku masih tidak paham dengan semua ini, Gery. Ini membuatku bingung," resah Nio.

"Aku tahu, kau kira aku tidak begitu? Dia mateku juga kalau kau lupa," rengut Gery mulai kesal dengan Nio.

"Hah, berbicara denganmu membuat kepalaku semakin pusing saja. Sudahlah, aku mau tidur." Nio memutuskan mindlink mereka begitu saja, ia sempat mendengar Gery yang menyumpahinya.

"Aku tahu kau belum tidur, son." Bella memegang bahu Nio yang membelakanginya, tanpa aba-aba Nio langsung berbalik dan memeluk tubuh Bella beserta Jeslyn.

"Ini terlalu merumitkan, Mom. Aku--"

"Sudahlah, semua pasti ada jalannya. Kau hanya harus ikuti takdirmu, suatu saat nanti kau pasti bertemu dengannya." Sedikit nasihat diberikan Bella untuk Nio, dia tahu jika pikiran anaknya itu sangat menyiksa, apalagi dengan urusan pack yang dipegangnya.

"Aku berharap jika dia sedikit banyak seperti Mom," ujar Nio pelan.

Bella hanya tersenyum membalas ucapan Nio, sebelah tangannya mengelus puncak kepala laki-laki itu sedangkan sebelahnya di perut Jeslyn. "Tidurlah, tubuhmu masih perlu bekerja besok!" perintah Bella.

***

Meskipun perjalanan yang ditempuhnya lumayan jauh, Xander tetap tak menyerah. Malam ini ia memutuskan langsung pergi ketika mendengar cerita sang anak yang bermimpi bertemu Moongodness, tentu saja ia akan menemui Orben.

"Aku hanya berharap kakek tua itu tidak pikun, sangat menyebalkan jika harus mencari lagi jawabannya," ujar Xander disela-sela larinya.

"Alan, tukar shift sekarang!"

Xander berdecak sebal saat mindlinknya tidak dijawab oleh Alan, serigala itu semakin benar-benar menguji kesabarannya. "Alan, kau dengar aku? Aku minta kita bertukar shift!"

"Aku dengar, bodoh. Aku yakin kau melesat lebih lambat sekarang dan kau semakin tua, Xander," ejek Alan.

"Hei, seharusnya aku yang bilang begitu. Umurmu bahkan lebih tua dariku, dasar serigala tak tahu diri," balas Xander.

Terdengar bunyi geraman dari dalam sana, Alan sangat marah dikatakan seperti ini. "Baiklah, mari kita tunjukkan siapa yang paling lemah!"

Gemelatuk bunyi tulang terdengar memekakkan telinga, serigala besar itu terlihat gagah di bawah sinar rembulan.

Tak membutuhkan waktu lama, Alan sudah sampai di kediaman Orben. Serigala itu langsung masuk begitu saja saat melihat Pety membukakannya pintu, tadi memang ia sempat memindlink Orben ketika memasuki gerbang.

"Xander, Orben menyuruhmu langsung ke ruang bawah tanah saja. Mari!"

Setibanya di sana, Xander melihat Orben yang sibuk dengan tumbukan buku di hadapannya. Begitu juga dengan Pety yang langsung duduk di samping Orben dan mengambil buku yang sudah terbuka, Xander sendiri merasa bingung dengan sepasang suami istri itu.

"Aku mencurigai sesuatu," ucap Orben memecahkan keheningan.

***

Pagi ini seperti biasanya Nio disibukkan dengan urusan pack, meskipun semuanya berjalan lancar-lancar saja bukan berarti ia harus santai dalam bekerja.

Liam tampak hilir mudik, laki-laki itu melakukan hal unfaedah terus dari tadi. Sesekali ia mengacak rambutnya, sangat jelas jika ia frustasi.

"Kau bisa tenang? Aku pusing melihatmu seperti itu," keluh Nio.

Laki-laki di depannya itu menghembuskan napas lelah, ia melangkah ke sofa yang berada di ruangan Nio. "Bagaimana aku bisa tenang kalau Jeslyn bertingkah seperti itu? Ini menyiksa, bahkan ketika aku mau mendekatinya dia langsung menendangku untuk menjauh."

"Kau tahu sendiri jika Jeslyn sangat terobsesi menjadi wanita hamil layaknya manusia, mungkin anakmu yang ada di perutnya mendukung." Nio membalas perkataan Liam dengan ogah-ogahan, tapi dia sendiri memang menyadari mood Jeslyn yang memang suka berubah-ubah.

Nio masih tetap fokus dengan berkas-berkas di mejanya, tak terganggu sama sekali dengan perbuatan Liam yang abstrak. "Nio, aku butuh saran!" rengek Liam yang membuat Nio seketika menjadi jijik dengannya.

"Sudahlah, Liam. Sebaiknya kau bekerja saja, hitung-hitung untuk mengalihkan pikiranmu itu. Latih para warior di lapangan dalam, kalau bisa dengan berduel," tutur Nio.

"Hah, baiklah."

Satu jam setelahnya, Nio menghembuskan napas lega. Berkas di Silvermoon pack sudah selesai, itu artinya setengah pekerjaannya telah terlaksana.

Sekarang ia harus berhadapkan dengan berkas-berkas dari Crystal pack, tumpukan kertas itu mulai menggunung semenjak ia pergi lagi untuk mencari matenya tetapi tetap tidak bertemu juga.

Memang dari kemarin dia hanya memeriksa berkas dari Silvermoon pack, bukan karena ia tidak terlalu peduli dengan Crystal pack. Hanya saja ia harus menyelesaikan satu per satu, kalau tidak otaknya juga bisa blank.

Dobrakan pintu ruang kerjanya tak membuat Nio mengalihkan pandangan, ia sudah tahu jika yang datang adalah adiknya yang sebentar lagi akan menjadi seorang ibu.

"Kak, aku ingin sesuatu darimu," katanya.

Saat itulah Nio baru mengalihkan pandangannya, menatap kehadiran Jeslyn yang tersenyum dengan manis. Sudah ia bilangkan jika adiknya ini seperti manusia, tentu sekarang dia sedang mengidam. Nio sudah tahu arti senyuman itu, apalagi jika bukan memintanya mencarikan sesuatu.

"Apa yang kau inginkan?" tanya Nio dengan alis yang menyatu.

"Aku ingin ... bunga rosell." Jeslyn menggigit bibir bawahnya, perasaannya antara mau dan ragu. Pantas saja jika Jeslyn meminta itu kepada Nio, karena hanya dia yang bisa pergi ke tempat bunga rosell tumbuh, selain Xander tentunya.

Berhubung Xander tidak ada, Jeslyn tentu meminta pada Nio. Liam sendiri tak bisa ke sana, hanya orang-orang tertentu yang bisa menembus potralnya.

"Bagaimana?" tanya Jeslyn penuh harap.

"Ya, tapi tidak sekarang," putus Nio, dia tak tega melihat wajah Jeslyn yang memelas. Wanita hamil itu segera berlari dan memeluknya, sesekali ia juga memberikan kecupan di pipi Nio. "Terima kasih, Kakak. Uh, aku menyayangimu."

Seperginya Jeslyn dari sana, Nio memijat dahinya. Kepalanya semakin berdenyut, ia memikirkan alasannya ketika tiba di sana. Mungkin jika Xander yang pergi, daddy-nya itu bisa memberikan alasan yang masuk akal.

"Tidak mungkin aku meminta daddy yang pergi, dia saja sekarang masih mengurus arti mimpiku dengan Moongodness kemarin. Lebih baik aku menunggu daddy pulang terlebih dahulu, aku bisa meminta sarannya."

"Sebaiknya memang begitu, semoga saja daddy cepat pulang. Aku juga harus menyelesaikan pekerjaan ini secepatnya," sambung Nio.

Sedikit informasi, bunga rosell tidak berada di dunia mortal dan immortal. Melainkan berada di ... neraka.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro