Chapter 6 : Produser !?

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Matahari mulai meredupkan sinarnya perlahan-lahan dan kembali memunculkan kehangatannya pada makhluk kesayangannya.

"Um! um! ingatlah untuk selalu fokus pada tariannya dan jangan terlalu memikirkan hal diluar kegiatan idola," ucap Tomoe dengan ceria pada empat orang pria yang notabenenya adalah adik kelasnya dari sekolah yang berbeda.

"Dan sedikit tambahan dariku, tolong selalu jaga keseimbangan tubuh saat setelah melakukan gerakan memutar. Akan sangat fatal jika kalian tidak mengingatnya," sambung Jun dengan tampang serius.

Dan tentu saja gadis itu baru sadar jika ia dibawa keluar sekolah untuk menjadi produser dari dua pria populer di sekolahnya. Namun, bukannya senang seperti gadis kebanyakan, ia cenderung bosan berada dalam ruangan itu.

Tetapi, ia melihat Tomoe yang tiada henti-hentinya menebarkan keceriaan dimana dia berada. Tidak ada yang bisa membenci Tomoe, sekalipun dia melakukan kesalahan. Itulah yang ada dipikiran sang gadis saat memandangi wajah pria itu.

Klik~

"Ah, Anzu!?" ucap Subaru dengan riang yang membuat semua orang yang berada dalam ruangan tersebut langsung menoleh pada pintu yang menganga.

"Um... permisi," ucap Anzu dan segera menghampiri sang gadis yang tengah duduk di pojokan bersama beberapa botol minuman isotonik.

"Bolehkah aku duduk disini, Senpai?" Tanya Anzu dengan ramah. "Silahkan," sahut sang gadis dengan senyum setipis benang.

"Anzusa ...," lirih gadis itu dengan pandangan yang terus memperhatikan gerak-gerik empat pria yang terus bergerak mengikuti irama ketukan yang dibuat oleh Tomoe dan Jun.

"Um?" respon Anzu dengan tatapan bingung.

Perasaan ragu pun seketika menyelimuti diri gadis itu. Ia bingung ingin menanyakan apa, sekaligus ia pun ragu jika dirinya akan membenci dirinya jika ia mengetahui apa yang sebenarnya terjadi pada dirinya sendiri.

"Tidak jadi," ucap gadis itu sembari melirik arah lain yang tentunya membuat sang lawan bicara kebingungan.

"Bolehkah kami beristirahat? Ini sangat melelahkan," protes Yuki dengan napas tersengal-sengal.

"Benar, kami pun belum beristirahat sedari awal kita mulai," bela Mao sembari menyeka keringatnya.

"Istirahatlah dahulu, aku tahu ini tidak mudah," ucap gadis itu yang berhasil memotong Jun yang hendak mengeluarkan suaranya.

"Anzusa, silahkan," sambung sang gadis yang kemudian melenggang dari empat pria dihadapannya dan segera menuju ke tempat dua pria yang selalu bersamanya sembari memberikan dua botol minuman isotonik.

"Kerja bagus untuk kalian," puji gadis itu dengan senyuman yang secara spontan keluar begitu saja dari bibir mungilnya. Dan tentu saja dua pria dihadapannya langsung menjaga sikap mereka.

"Tentu saja. Terimakasih atas pujiannya, Neko-chan," ucap Tomoe dengan membalas senyuman dari sang gadis. Namun hal itu tak berlangsung lama, sang gadis tiba-tiba mendapat telepon yang membuatnya harus pergi sebentar dari tempat itu.

"Aku izin ke toilet sebentar," ucap Jun yang merasa ada sesuatu tak wajar.

"Apa kau ingin mengejarnya, Jun-kun?" Gumam Tomoe dengan nada amat pelan sekaligus menyiratkan rasa tak suka pada rekannya secara tak langsung.

"Apa kau berbicara sesuatu, Ohii-san?" Tanya Jun yang mampu mendengar perkataan rekannya, hanya saja tidak begitu jelas.

"Tidak, tidak ada apa-apa. Aku tidak mengatakan apapun. Silahkan jika Jun-kun ingin ke toilet," ucap Tomoe dengan nada riang seperti biasa.

Setelah mendengar persetujuan dari rekannya, Jun pun langsung mencari sosok sang gadis yang berada sedikit jauh dari tempat mereka latihan.

Tentu saja Jun tidak langsung menghampirinya, melainkan ia bersembunyi di salah satu tembok yang ada di tempat itu sembari memperhatikan gerak-gerik sang gadis. Karena firasatnya mengatakan jika ada hal yang tak beres dengan gadis itu semenjak ponselnya berdering.

"Da ...." Sang gadis pun memutus hubungan ponsel itu secara sepihak dan setelahnya, ia menutup mulutnya agar tak berteriak ataupun terisak. Sementara itu, kelopak matanya langsung mengeluarkan kristal cair nan bening begitu saja.

"Hiks ...." Isakan yang tak mampu ia tahan pun keluar begitu saja bersamaan dengan tubuhnya yang terus bergetar.

Set!

Sebuah dekapan menghangatkan sekaligus menjadi penopang tangis sang gadis. Ia semakin terisak atas dekapan itu. Semakin ia mencoba tenang, maka tangisnya semakin menjadi-jadi.

"Tenanglah, semua akan baik-baik saja," bisik Jun pada gadis itu sembari mengusap surainya yang terurai dengan indah.

"Aku bodoh... hiks... aku bodoh ...," ucap sang gadis disela-sela isakannya.

"Sssttt... jangan menangis lagi," ucap Jun dengan pandangan sayu.

"Aku memang bodoh... hiks ...," ulang sang gadis yang sekarang telah sesegukan karena tangisnya yang belum berhenti.

Sementara itu, Tomoe yang merasa ada hal yang mengganjal pun memilih untuk menghentikan latihan yang mereka selenggarakan sesuai dengan perjanjian serta permintaan sang ketua OSIS itu dan langsung mencari dua sosok yang seharusnya telah kembali sedari tadi.

Kini sudah lima belas menit lamanya Tomoe berjalan, namun ia berhenti pada pemandangan yang tak wajar. Ya, rekannya sendiri memeluk sang gadis yang ia ajak dan ia selamatkan sedari awal. Tomoe tak bergerak, ia hanya diam di tempat, mencoba mencerna segalanya.

Tak lama kemudian, ia pun merasa tak enak jika harus berada disini dengan menyaksikan dua insan itu berpelukan layaknya sepasang kekasih. Tomoe memutuskan untuk kembali ke asrama duluan tanpa mengabari siapapun.

Ya, ia merasa ada yang aneh dari sisinya. Ia pun tak pernah merasakan hal ini sebelumnya, bahkan ia pun berjalan dengan pandangan sedikit buram. Ia pun menatap sekeliling beberapa kali untuk menahan semua yang ia lihat.

Dan disisi lain, manik Jun menangkap sosok yang seharusnya tak berada disini sedang berjalan menjauh dari lokasi mereka. Jun tahu jika orang itu tahu apa yang ia perbuat, namun ia tak peduli.

Yang ia pedulikan saat ini adalah sang gadis yang ada di pelukannya. Gadis itu membutuhkan dirinya untuk menopang segala bebannya untuk sementara waktu.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro