17. Perasaan Yang Sulit

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

.
.
.

Selama dalam perjalanan pulang keduanya hanya terdiam tanpa ada pembicaraan satu sama lain. Tadi setelah mengantarkan Dae Hae ke gedung fakultas seni, Renjun dan Jaemin pulang bersama, kebetulan hari ini Renjun tidak membawa mobilnya dan diantar sopir.

Sejak bertemu dengan Erick tadi pikiran Ren berlarian kemana-mana. Dia cukup menikmati kehidupan barunya disini, tapi kenapa dari sekian banyak negara dan universitas di dunia ini dia harus kembali bertemu Erick?
Renjun membencinya, sangat membencinya. Selama ini dia tidak pernah mengatakan apa alasan kebenciannya dengan Erick Son pada siapapun, hanya Mark yang tahu. Dia bahkan tidak memberitahukan masalah ini pada Jaehyun.

Bukan karena Erick selalu mengatakan hal buruk mengenai statusnya di keluarga Wayland, baginya itu bukan masalah besar begitupun bagi sang mama dan kakeknya. Namun setiap kalimat buruk yang diucapkan Erick mengenai mama-nya lah yang membuat Renjun sangat membencinya. Sang mama tidak berhak mendapat penghinaan atau kalimat buruk dari siapapun.

"Siapa?" suara Jaemin menghentikan percikan emosi yang terpantik dalam kepala Renjun, dia menoleh dan mendapati sang kakak menatapnya ditengah-tengah kegiatannya menyetir.

"Apa?"

"Yang tadi di kampus, teman di London dulu?" Jaemin sesekali melirik adiknya yang entah kenapa tampak terganggu.

"Bukan."

Jaemin terdiam mendengar jawaban Renjun, bukankah anak tadi jelas-jelas mengatakan bahwa dia teman lama Renjun? Kenapa Renjun bersikap ketus? Tapi Jaemin sepertinya belum pernah melihat anak laki-laki itu di Skyndia sebelumnya.

"Sepertinya aku baru melihatnya hari ini." ujar Jaemin masih berusaha membuat Renjun bicara.

"Memang tidak." lagi-lagi Renjun hanya menjawab pendek dengan intonasi dingin, melihat hal itu Jaemin memutuskan untuk tidak lagi bertanya karena siapapun anak laki-laki tadi, hubungan keduanya tidak baik.

Renjun tampak mengeluarkan ponselnya lalu mengetikkan sesuatu pada ponselnya dengan cepat sebelum akhirnya tanpa sadar dia menghela napas kesal.
Jaemin kembali melirik Renjun disampingnya, dia tahu bahwa sampai sekarang Renjun masih menjaga jarak darinya dan belum sepenuhnya membuka diri padanya.

"Ren," mendengar Jaemin memanggilnya, Renjun menoleh.

"Apa?"

"Aku tidak tahu ini waktu yang tepat atau bukan namun aku ingin mengatakan padamu bahwa
sekarang kau memilikiku bersamamu. Jadi jangan khawatirkan apapun."

Sejenak Renjun hanya menatap Jaemin yang barusan bicara dengan tatapannya fokus ke depan dan Renjun tidak tahu harus menanggapi apa selain, "Ya."

Dan tanpa aba-aba tangan Jaemin terulur dan mengusak puncak kepala Renjun membuat adiknya itu tertegun namun kali ini dia tidak menolaknya.

"Adek lucuku sudah besar ternyata." ujar Jaemin dengan seulas senyuman tersungging di bibirnya.

.
.
.

"Hei Mark. Si brengsek itu disini." Renjun langsung menghubungi sahabatnya itu begitu dia sampai dirumah. Sebelumnya dia sudah mengabarkan pertemuannya dengan Erick pada Mark.

"God! Gue udah menduga itu sebelumnya dan what?! Erick beneran nyusulin lo kesana?!"

"Maksud lo, dia sengaja nemuin gue disini?"

"Yaps! Beberapa waktu lalu gue pernah cerita kan kalau si Erick ini tiba-tiba menghilang dari kampus? Padahal dengan perginya lo sebelumnya, itu udah jadi klarifikasi nggak langsung untuk membersihkan namanya di kampus. Dan berjarak beberapa bulan dia nggak pernah keliatan di kampus and tiba-tiba ada berita dia keluar dari kampus."

"Brengsek!"

"Hei, calm down buddie! Gue takutnya dia bakalan bikin kekacauan di hidup lo seperti sebelumnya."

"Lo tahu Mark, gue udah memikirkan betapa menyenangkannya hidup baru disini. Tinggal sama Dad, Jaemin dan Mom yang sesekali akan datang kesini, seperti impian gue sejak kecil.
Gue bahagia impian itu terwujud dan gue berharap akan menjalani hidup seperti layaknya keluarga lain."

"Ren..."

"Gue nggak butuh pengakuan status dari siapapun karena yang gue inginkan adalah keluarga utuh. Tempat yang akan menerima gue, tempat gue pulang."

"Ren, gue tahu banget apa yang lo rasain selama ini. So please, lo harus menjaga impian lo yang mulai terwujud ini. Jangan biarkan orang seperti Erick merusak kebahagiaan lo."

"Gue pasti akan lakuin hal itu, tapi..."

"Udah, jangan overthinking dulu! Ah sial! Seandainya gue ada di dekat lo saat ini!" keluh Mark yang membuat segaris senyum terlukis dibibir Renjun.

"Gue akan berusaha menghindari masalah dengan Erick. Gue nggak mau Dad dan Mom kesulitan lagi."

Setelah mengakhiri pembicaraan dengan Mark, Renjun merebahkan dirinya dan memejamkan mata sejenak. Diam-diam berdoa dalam hatinya agar semua hal tetap baik-baik saja seperti yang dia inginkan selama ini.

Tak berapa lama, Renjun mendengar sayup suara memanggilnya. Membuka matanya perlahan dan beradaptasi dengan cahaya, Renjun melihat Jaemin duduk disamping tempat tidurnya.

"Ren, udah bangun?"

"Mm?"

"Turun yuk, disuruh bunda makan malam."

Renjun menoleh dan mendapati bahwa dia sudah tertidur selama 4 jam.
Setelah memastikan kesadarannya kembali sepenuhnya, Renjun bangun dan duduk.

"Mom sama Dad udah pulang?"

"Iya, makanya kamu disuruh turun. Ganti baju aja, nggak usah mandi."

Renjun dan Jaemin melangkahkan kaki menuruni tangga menuju ruang tengah tempat Kyuhyun dan Hyuri menunggu.

"Loh, katanya makan malam?" tanya Renjun bingung mendapati orangtuanya sedang duduk di sofa alih alih menunggu mereka di ruang makan.

"Kita makan malam diluar, Sayang." jawab Hyuri lembut.

"Kok nggak bilang?" protes Renjun yang menyadari semuanya berpakaian rapi kecuali dirinya yang tadi hanya ganti menggunakan hoodie kesayangannya.

"Kan aku tadi udah bilang buat ganti baju." sahut Jaemin kalem.

"Tapi kan, ah!" Renjun berbalik dan kembali menaiki tangga menuju kamarnya.

"Loh, mau kemana Ren?" kali ini Kyuhyun yang bertanya melihat sikap aneh putranya itu.

"Mandi dulu Dad! Bentar aja 5 menit!"
sahutnya yang kemudian menghilang dibalik pintu kamarnya.

Ketiganya menggeleng pasrah melihat sikap Renjun.

"Padahal nggak mandi juga nggak apa-apa." ujar Kyuhyun ringan.

Mereka berempat makan malam di sebuah restoran yang berada di salah satu hotel milik keluarga Wayland yang letaknya berseberangan dengan sungai han, sehingga dari dinding kaca tempat mereka berada sekarang, keindahan pemandangan malam kawasan tersebut.

Lagi, Renjun mendapati dirinya merasa begitu bahagia karena salah satu keinginannya terwujud kembali.

Makan malam keluarga.

Ren tidak menginginkan makan malam yang mewah, hanya saja saat ini keadaan mereka memang mewah. Namun berkumpulnya orang-orang yang dia sayangi seperti ini membuatnya istimewa.

Dulu sekali mereka memang pernah makan malam bersama saat dia masih kecil, namun suasana saat itu tidak seperti ini. Makan malam yang hanya seperti formalitas bagi orangtua mereka bertemu dan menyenangkan anak-anak mereka. Tapi sekarang, sang mama bisa tersenyum dengan bebas saat bicara dengan Jaemin atau dirinya meski kecanggungan antara orangtua mereka masih terasa namun tidak lagi sekaku dulu. Mereka masih bisa berbincang dengan 'santai' dan sesekali melempar senyum canggung.

Renjun merasa waktu yang didapatkannya ini begitu berharga dan rasanya dia ingin menangis sekarang.

Tuhan mengabulkan impiannya satu persatu.

"Ren, kenapa tidak makan Nak, kamu tidak suka menunya?" Kyuhyun yang menyadari putranya itu sejak tadi terdiam kini menatapnya khawatir.

"Nggak Dad, Ren suka kok." ucapnya kemudian menyuapkan ke mulutnya.

"Kamu nggak apa-apa, Sayang? Ada yang sakit?" kali ini sang mama bertanya khawatir.

"Aku nggak apa-apa, Mom."

"Wajah kamu merah loh." kali ini Jaemin yang duduk disebelahnya mengulurkan tangan menyentuh dahinya. "Nggak demam kok, bunda."

"Gue baik-baik aja, Jaem." ujarnya sembari menurunkan tangan sang kakak dari dahinya.

Setelah sedikit perdebatan karena kekhawatiran mereka, akhirnya keempatnya kembali menikmati makan malam mereka dengan tenang.
Sampai kemudian saat mereka berbincang ringan ada sebuah suara yang menginterupsi.

"Nyonya Kim?"

Mendengar itu mereka berempat menoleh dan mendapati seorang wanita dengan balutan dress berwarna merah terang yang mencolok namun berkelas. Wanita itu cantik namun terlihat angkuh dengan pandangan mata yang meremehkan.

"Wah, lihat siapa yang kutemui disini! Nyonya Kim dan 'keluarga' yang jarang sekali terlihat." ucapnya dengan nada yang dibuat-buat.

"Tidak kusangka bertemu dengan anda, nyonya Lee. Aku pikir anda berada di London saat terakhir kita bertemu." jawab Hyuri ramah.

"Tentu. Aku bisa kemana saja yang kuinginkan." jawab wanita itu angkuh, kemudian matanya mengamati satu persatu orang di meja Hyuri dan menyunggingkan senyum seolah meremehkan. "Kupikir anda cukup cerdas dengan terus memiliki hubungan dengan mantan suami anda. Tentu saja bisnis harus jadi nomor satu kan?"

"Tidak seharusnya anda bicara seperti itu, nyonya." kali ini Renjun menjawab karena sejak tadi dia sudah tidak nyaman mendengar wanita ini bicara.

"Lihatlah siapa ini yang bicara, bahkan dirinya sendiri tidak malu berada dalam lingkaran keluarga." sinisnya menatap Renjun.

Melihat sepertinya ada hal yang tidak menyenangkan ini, Kyuhyun berdiri, "Senang bertemu dengan anda nyonya, tapi maaf karena sepertinya kami harus melanjutkan makan malam kami." ucapnya sopan.

"Ah, tentu saja tuan Cho. Aku hanya menyapa nyonya Kim setelah lama tidak berjumpa."

"Mama." Wanita itu menoleh saat seorang anak laki-laki memanggilnya dan berjalan mendekat.

"Erick Sayang, kemarilah." anak laki laki itu berjalan mendekat, "Bukankah kau harus menyapa keluarga nyonya Kim?" ucapnya lagi seolah tidak peduli bahwa dia mengganggu urusan orang lain.

"Oh, keluarga Cho ya." ucap anak laki laki itu kemudian membungkuk untuk memberikan sapaan sopan meski senyum yang sama dengan ibunya terukir di bibirnya. "Dan juga ada Ren Wayland."

Renjun yang namanya disebut kini diam diam meremas jarinya dibawah meja menahan diri.

"Baiklah, senang bertemu 'keluarga' anda nyonya Kim, dan ya sepertinya putraku begitu terobsesi dengan 'putra Wayland' anda. Sampai jumpa." kemudian dua orang itu berlalu dari sana seolah yang mereka lakukan adalah hal yang menyenangkan tanpa peduli.

Sementara hanya keheningan yang tertinggal di meja keluarga Hyuri.

Sebenarnya restoran ini merupakan area privat dan hanya mengijinkan beberapa tamu reservasi. Namun kenapa dari sekian banyak orang harus wanita itu ada disini?

"Ren ke toilet dulu ya."

Belum sempat mereka menjawab, Renjun sudah beranjak pergi sementara sang mama memandangi punggung putranya itu dengan tatapan penuh arti.

Di dalam toilet, Renjun mencuci wajahnya yang terasa panas menahan kekesalan sejak tadi. Setelah memastikan tidak ada orang lain di dalam, dia kemudian jatuh merosot pada dinding. Dia merasa semua emosi yang dirasakannya ini menguras energi. Dan tanpa sadar sudut matanya terasa panas hingga butiran bening meleleh dari sana.

Kenapa?

Hari ini begitu istimewa untuknya namun tiba tiba saja ada hal yang menghancurkannya.

Sekali lagi dia melihat orang lain memandang rendah sang mama.
Dan dia tidak bisa berbuat apa apa untuk membela, hanya bisa diam seperti anak tidak berguna.
Kenapa hal seperti ini terjadi di depan papanya? Haruskah sang mama dipermalukan begitu dihadapan papa?

Seandainya...

Seandainya dia tidak ada, tidak pernah lahir di dunia ini akankah sang mama mengalami hal ini?

Tidak.

Jika dia tidak ada dalam keluarga ini, mama dan papanya tidak akan bercerai dan menjadi bahan pembicaraan orang lain. Tidak akan dipandang rendah orang lain. Dan tidak ada yang akan mempertanyakan statusnya yang bukan bagian dari keluarga.

Brengsek!

Renjun mengusap kasar sudut matanya, menarik napas panjang guna menetralkan perasaannya yang kacau.
Berusaha melawan rasa takut dan kebencian dalam dirinya.

Setelah beberapa saat, Ren membasuh wajahnya sekali lagi memastikan jejak emosi itu tidak tampak lalu berjalan keluar ketika papanya masuk.

"Dad."

"Kamu udah selesai? Mama kamu khawatir, jadi Dad susulin kamu kesini."

Renjun tersenyum dan mengangguk sebagai jawaban.
Kyuhyun maju perlahan dan menatap putranya itu dalam, meski agak ragu namun Kyuhyun membuka suaranya.

"Ren, kamu adalah tanggung jawab Dad disini. Jadi kamu tidak harus merasa sendirian dan menanggung beban. Kamu boleh membaginya. Dad percaya kamu sudah mulai dewasa, jangan menyalahkan diri atas apa yang sudah terjadi."

Renjun tidak berani menatap papanya, dan tidak tahu harus menanggapi.

"Diusap itu air matanya, kamu jelek ah kalau nangis. Sejak kapan anak Dad cengeng begini?"

Renjun terkekeh kecil mendengar ucapan papanya yang kemudian menariknya dalam pelukan singkat.

"Dad sayang sama kamu. Kamu percaya kan?"

"Mm, Renjun juga sayang Dad. Terimakasih sudah menjadi papa untuk Ren."

Kyuhyun tersenyum mendengar ucapan putranya itu, kemudian mengusak puncak kepala Renjun dengan lembut.

Dia tahu putranya ini tidak sekuat apa yang ditampakkannya di hadapan orang lain. Hatinya yang rapuh mengingatkannya pada seseorang di masa lalu. Seseorang yang hingga kini menjadi akar rasa bersalahnya.
Karena itulah Kyuhyun menyayangi Renjun lebih dari apapun.

Maafkan Dad ya... nak.

.
.
.

.
.

Bersambung.

Halo lagi semuanya ^^
Semoga masih ada yang mampir baca, ehehe.
Terimakasih untuk yang masih mengikuti keluarga JaemRen.

💚 : Aelah, tiap ending bilang gitu mulu kaga bosen apa?

💬 : nggak, soalnya aku orangnya ga pedean. Jadi mesti banyak banyak terimakasih buat yg mau baca work ini.

Sekali lagi terimakasih yeorobun!

Salam cinta,
Mamanya JaemRen.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro