Kata Pengantar : Anak dan Dunia

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Berdasarkan goodnewsfromindonesia.id menyatakan bahwasannya KPAI mencatat selama lima tahun (2016-2020) kasus perundungan merupakan kasus yang paling banyak diadukan dalam kluster pendidikan. UNICEF juga melakukan berbagai upaya dalam menekan pembullyan yang terjadi.

Menurut teori Erikson, masa perkembangan anak sekolah dasar (6-12 tahun) ialah masa di mana mereka merasakan perasaan berdaya atau perasaan inferior. Apa yang Author takutkan secara pribadi ialah, ketika mereka udah ngerasa perasaan inferior atau rendah diri. Di mana pandangan mereka terhadap dunia berubah dan keyakinan mereka terhadap diri sendiri jatuh sejatuh-jatuhnya.

Cerita ini--sesuai blurb--jelas tentang perundungan dalam lingkup anak SD. Dan perlu diketahui, dalam perundungan anak-anak, seringkali ditemui jikalau korbannya merupakan anak yang memiliki keterbatasan mental. Entah autis, ADHD, mental disorder dsb. Memang miris untuk ngakui kalau toleransi anak-anak terhadap perbedaan mental itu cukup rendah, di samping mereka memang nggak tahu secara jelas tentang perbedaan tersebut.

Dalam cerita ini, aku pakai sudut pandang sang kakak, individu dari anak korban bullying. Dan sebelum kalian--mungkin--lanjut scroll ke bawah dan mutusin untuk ngebaca nih cerita, Author mau pastiin kalau cerita ini nggak ngejamin akan bikin kalian lega. Akan bikin kalian puas dengan hasilnya. Karena sorry to say, Author mau buat cerita ini serealistis mungkin. Semanusiawi mungkin. Menjalankan plot dan alur apa adanya dan memang tujuannya untuk ngegambarin secara langsung dampak dan kausalitas dari bullying ini.

Kalau ditanya tega apa nggak, jujur Author bener-bener nggak tega TT. Author nggak tega buat cerita yang kejam ini. Korbannya anak-anak dan pelakunya anak-anak😞. Hanya saja Author merasa harus. Harus banget ngangkat hal ini ke permukaan dan kasih sedikit insight mengenai betapa pentingnya edukasi perundungan terhadap anak, adik, ponakan, dan keluarga kita sendiri.

Karena percayalah, ketika anak sudah bisa melihat dunia secara menyeluruh, mudah bagi mereka untuk diajarkan bertoleransi. Mudah bagi mereka untuk menanamkan sikap empati.

Author nulis bukan untuk ngebelain satu anak dan kasih hukuman ke anak lain, tapi Author cuma ingin semua anak melihat apa yang harus mereka lihat dan belajar sesuai dengan perkembangannya.

*

*

*

Selamat Membaca^^













Terima kasih sudah scroll sampai bawah^^

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro