BAB 15: Inddy

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Saat ini aku dan Andrew telah sampai di kantor polisi untuk menemui Iptu Ezra. Sebelum itu, aku sudah menghubungi Iptu Ezra dan dia telah menungguku di kantornya.

"Selamat pagi, Iptu Ezra." Sapaku dan langsung duduk dikursi kosong yang tersedia di depan meja Iptu Ezra.

"Selamat pagi Inddy dan juga..." Iptu Ezra terlihat berpikir sebentar "..."Andrew. Andrew 'kan?" Tanyanya.

Andrew mengangguk lalu menarik kursi yang kebetulan ada di samping meja Iptu Ezra lalu mendudukinya.

"Jadi, kamu mendapatkan sesuatu?" Tanya Iptu Ezra tanpa basa-basi terlebih dahulu.

"Sebuah bukti yang mungkin akan mengubah alur penyelidikan kalian," jawab Andrew.

"Wow. Bagus itu. Jadi apa yang kalian inginkan?" Tanya Iptu Ezra.

"Rekaman CCTV dari semua jalur yang dilewati mobil yang menculik Tania," jawabku.

Aku memperhatikan raut Iptu Ezra yang tampak kaget karena permintaanku.

"Bagaimana?" Tanya Andrew.

"Emmm. Itu permintaan yang sulit, apa lagi nantinya kalian akan meng-upload rekaman itu ke channel YouTube kalian."

"Kalau begitu beritahu kami lokasi terkahir mobil itu," pintah ku.

"Lokasi mobil itu berakhir di tempat yang sama."

"Hah! Maksudnya?" Bingungku.

"Mobil itu berhenti didepan minimarket tempat terkahir Daffa terlihat," jawab Iptu Ezra.

"Tempat itu lagi. Tempat dimana tidak ada tanda-tanda pembunuhan sama sekali, lebih tepatnya tempat yang tidak mungkin untuk dilakukan pembunuhan." Tempat itu lagi? Aku bingung harus memulai dari mana.

"Benar sekali. Tim kami sudah melakukan penyisiran dengan area yang lebih luas tapi hasilnya nihil," ucap Iptu Ezra.

"Apa perlu menggeledah rumah warga satu persatu?" Tanya Andrew yang terkesan seperti memberi saran.

"Itu namanya menjadikan seluruh warga diarea situ tersangka. Tapi, pertanyaan kamu menghasilkan Ide baru," Iptu Ezra tersenyum senang mendapatkan ide itu.

"Jika korban dibawah ke tempat itu dimana tempat yang sama dimana korban pertama juga menghilang, Bukankah itu berarti kasus ini berubah menjadi pembunuhan berantai?" Tanya Andrew.

"Belum ada bukti yang cukup, namun kami pun sudah menduga bahwa dua korban itu berasal dari pelaku sama."

"Tim kami mencurigai bahwa alibi pelaku membunuh korban karena memiliki dendam pribadi," ucapku.

"Jika itu dendam pribadi, berarti ada satu individu atau kelompok yang memiliki dendam dengan dua korban tersebut," simpul Iptu Ezra.

"Bukankah itu sudah menyempitkan investigasi kalian Iptu Ezra?" Tanya Andrew.

"Kamu benar," Iptu Ezra membenarkan.

"Barter kita seimbang hari ini. Kami membantu penyelidikan kalian dengan meberikan hasil analisis yang kami lakukan selama ini," Andrew tersenyum puas.

"Emm. Okay. Jika ada bukti yang kalian dapatkan tolong jangan di simpan secara pribadi. Kami butuh itu untuk mencegah adanya korban selanjutnya atau mempercepat kami menangkap pelaku," ucap Iptu Ezra membuat aku merasa bersalah karena menyimpan bukti itu.

"Aku punya bukti tapi aku mau adanya barter lagi," ucapku dan Andrew langsung menatap ku bingung.

"Kamu yakin buktinya seimbang dengan apa yang akan kamu tanyakan?" Tanya Iptu Ezra.

"Aku sangat yakin ini seimbang," ucapku penuh keyakinan.

"Jangan manfaatkan bukti itu untuk pertanyaan yang tidak dibutuhkan atau yang bisa kita carikan sendiri jawabannya," protes Andrew berbisik ke arahku.

"Aku tidak yakin itu darah hewan," ucapku.

"Jika bukan darah Hewan tentu saja mereka sudah menangkap pelakunya," protes Andrew lagi.

"Apa yang kalian inginkan? Terlihat perbedaan pendapat diantara kalian," tanya Iptu Ezra.

"Jangan lakukan itu," bisik Andrew. Kali ini penuh dengan penekanan.

"Kita tidak bisa menahan bukti ini lama," tegasku.

"Inddy? Andrew?" Tegur Iptu Ezra.

"Maaf pak. Apa hasil tes DNA darah yang ada di Notes tersebut?" tanyaku dan Iptu Ezra terlihat kaget mendengar pertanyaan ku tentang bukti yang hanya diketahui oleh pihak kepolisian.

"Bagaimana bisa kamu mengetahui bukti tersebut?" Tanya Iptu Ezra. Matanya menyipit menyapaku penuh selidik.

Apa yang dia selidiki dari ku? Aku seorang YouTubers sekaligus orang yang menyelidiki kasus yang sama sepertinya, tentu saja ada kemungkinan aku akan mendapatkan bukti yang sama sepertinya. Apa dia ingin aku tidak boleh membeberkan kasus ini lebih cepat dari pihak kepolisian? Ah! Apa yang aku pikirkan!

"Kita punya banyak koneksi selain Iptu Ezra," jawab Andrew ngasal.

"Lalu, apa yang akan kalian tukar dengan info itu?" Tanya Iptu Ezra terlihat tidak menggubris jawaban dari Andrew.

"Bukti yang sama. Kami mendapatkannya," jawabku dan Iptu Ezra terlihat kaget dan juga bingung.

"Bukti yang sama?" Tanyanya penuh selidik.

"Kami mendapatkan note lain di rumah korban kedua," jawabku.

"Baiklah, Barter kali ini akan sangat memuaskan," ucap Iptu Ezra terlihat bersemangat.

"Hasil tes DNA-nya?" Tanya Andrew tidak sabaran.

"Dari hasil tes DNA, darah yang ada di Note tersebut merupakan darah dari korban sendiri." Ucapan Iptu Ezra membuat ku semakin bingung.

Darah dari korban sendiri? Apakah note tersebut dikirim setelah korban diculik atau  sebelumnya? Bukankah note tersebut adalah ancaman dari pelaku untuk korban sebelum dia menculik korban dan memutilasinya? Lalu, bagaimana bisa darah korban menjadi tinta untuk isi Notes tersebut? Kasus ini menjadi sangat membingungkan dan sulit untuk dipecahkan.

"Jadi, korban mengancam dirinya sendiri begitu? MUSTAHIL!" Tanyaku menyampaikan kesimpulan yang ada dalam otaku.

"Kasus ini cukup membingungkan dan nantinya akan sangat menguras tenaga jika tidak diselesaikan dengan cepat," ucap Iptu Ezra.

"Bagaimana bisa korban menulis kalimat itu tanpa curiga sedikitpun," bingung Andrew.

"Eits, jangan mengambil kesimpulan seperti itu. Itu yang membuat pemikiran jadi tidak lebih maju karena sudah ada kesimpulannya," protes Iptu Ezra.

Benar sekali. Jangan pernah mengambil sebuah kesimpulan jika hal itu belum diselidiki dengan baik. Sebab, pada dasarnya manusia akan malas berusaha ketika sudah mendapatkan hasil. Entah hasil itu benar atau tidak, yang ada dipikiran mereka adalah hasilnya sudah ada.

"Lalu, Iptu Ezra sudah menyelidiki CCTV rumah korban pertama?" Tanyaku.

"Sudah. Tidak ada tanda2 orang aneh yang masuk ke rumah itu," ucap Iptu Ezra.

"Itu berarti semua orang yang tinggal didekat korban dan juga orang yang dekat dengan korban harus diperiksa bukan begitu Iptu Ezra?" Tanyaku.

"Kamu benar. Karena keadaan saat ini masih berduka jadi keluarga korban belum mau diperiksa. Sedangkan orang-orang terdekat korban sudah diperiksa dan mereka bersih," jawab Iptu Ezra.

"Cara satu-satunya saat ini adalah melanjutkan apa yang kita selidiki. Tadi kita belum membahasnya hingga selesai," ucap Andrew ke arahku.

Aku mengangguk setuju dengan ucapan Andrew. "Kamu benar."

"Infokan saja jika sudah mendapatkan hasil. Aku percaya dengan hasil penyelidikan mu," ucap Iptu Ezra menepuk bahuku.

"Karena mempermudah pekerjaan kamu," cibir Andrew.

Aku menatap bingung dengan sikap Andrew yang akhir-akhir ini menjadi sangat berbeda dari biasanya. Andrew biasanya bersikap manis kepada siapa saja, namun untuk Iptu Ezra dia membuat pengecualian. Aku tidak mengerti kenapa dia bersikap seperti itu kepada Iptu Ezra padahal Iptu Ezra membantu penyelidikan kami.

"Kalau begitu, aku dan Andrew pamit. Terima kasih untuk waktu dan jawabannya," ucapku sopan.

"Sama-sama," ucap Iptu Ezra.

"Timbal balik. Tidak perl..." Aku menutup mulut Andrew dengan tanganku lalu menariknya keluar dari ruangan Iptu Ezra sebelum dia mengatakan hal tidak sopan yang membuat kerja sama antara aku dan Iptu Ezra hancur.

To Be Continue...

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro