BAB 16: Inddy

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Aku dan Andrew telah kembali ke rumah dan bergabung bersama Sasa dan Sani di studio ku.

Saat ini kami semua sibuk dengan laptop kami masing-masing mencari tahu para haters dari kedua korban. Membaca komentar para haters terhadap para artis membuat ku sadar,  walaupun kamu berkelakuan baik sekalipun, kamu akan tetap mendapatkan orang yang membenci mu. Bukan karena sikap kamu, tapi hanya karena kamu lebih sukses darinya. Sikap iri dan dengki yang dimiliki manusia membuat manusia tidak sadar dengan apa yang dia lakukan.

Haters Daffa dan Tania cukup banyak. Namun, yang lebih banyak mendapatkan haters dari keduanya adalah Tania. Membaca komentar buruk yang dilontarkan untuk Tania membuat bulu kuduk ku berdiri sendiri. Jika aku menjadi Tania mungkin aku akan mengalami insomnia karena terus dihantui kata-kata buruk.

Aku bersyukur memiliki Andrew yang bekerja keras untuk ku. Ia membuat ku terhindar dari membaca komentar buruk orang-orang kepada ku, sebab ketika aku mendapatkan komentar buruk Andrew akan langsung menghapusnya.

Aku menatap Andrew yang terlihat serius dengan laptop dan juga 2 monitor yang ada di dalam studio ku. Tangannya bergerak cepat di atas keyboard tersebut membuatnya terlihat keren. Ia hanya duduk sambil menatap 3 layar monitor tersebut dan juga mengetik di keyboard tapi, kenapa dia malah terlihat sangat keren?

Argh! Apa yang aku pikirkan. Astaga!

"Kamu kenapa?" tanya Sani, ternyata dari tadi Ia memperhatikan ku yang mengetuk-ngetuk dahi dengan jari-jemariku.

"Hanya pusing mencari haters mereka," bohong ku.

Sani tersenyum menggoda ke arahku. Sial! Jangan bilang ia mendapati ku menatap Andrew dengan tatapan kagum.

"Lagi berusaha menyadarkan diri agar tidak menyukai Andrew?"

Ugh!

Pertanyaan Sani sukses menarik perhatian Sasa dan sialnya Andrew juga mendengar itu.

"Apa yang kamu bicarakan? Fokus sana." Aku beranjak dari tempat duduk dan berpindah ke kursi yang ada di set untuk YouTube ku.

"Aku tahu kamu suka Andrew," ucapan Sani membuat Andrew yang sedang minum tersedak air.

Aku beranjak cepat dari tempat duduku dan menepuk punggung Andrew.
"Kamu tidak apa-apa ndrew?"

Andrew menatap bingung ke arahku sedangkan si kembar menatapku penuh godaan.

"Ap-apa? Aku hanya menepuk punggungnya karena dia tersedak air." Aku malah salah tingkah dengan kelakuan ku sendiri. Perlahan aku menarik tanganku dari punggung Andrew dan kembali ke tempat ku.

"Aku tidak tahu kamu bisa seperhatian itu, nddy," goda Sani.

"Diam kamu! Fokus kerja sana," aku menatap ke arah Sani dan sialnya Sani masih saja menatapku dengan penuh godaan.

Kami kembali fokus dengan tugas kami masing-masing. Saat ini kami membagi tugas agar pekerjaan kami cepat selesai dan besoknya kami bisa melangkah lebih maju.

Aku dan Sani mencari haters yang sama yang membenci kedua korban, lalu memberikan usernamenya kepada Andrew untuk diselidiki profil yang sebenarnya dan juga lokasinya. Sedangkan Sasa mencari berita-berita yang membahas tentang kedua korban.

Mata ku terasa lelah karena menatap layar terlalu lama, sedangkan tengkuk ku rasanya ingin patah karena terus menunduk. Aku yakin teman-teman yang lain juga merasahkanya namun, mereka tetap menahannya.

"Jika kalian ingin istirahat sebentar, silakan. Jangan terlalu memaksakan diri," ucapku.

"Emmm. Perhatian," goda Sani.

Aku memilih tidak menggubris kelakuan absurd Sani.

"Punya bantal leher?" Tanya Andrew.

"Sebentar," aku mengambil ponselku dan mengirim pesan ke mang Dadan untuk membawakan kami bantal leher.

"Ternyata di masa lalu Daffa dan Tania pernah berpacaran."

"Hah?"

Saat ini kami mengerubungi laptop Sasa untuk membaca apa yang ia temukan. Terdapat sebuah cuitan di Twitter yang membagi foto Daffa dan Inddy saat keduanya masih menginjak bangku SMA. Keduanya terlihat akrab namun tidak mesra layaknya dua sejoli yang sedang menjalin hubungan.

"Ini belum pasti. Mungkin hanya cuitan iseng," ucap Sasa membaca komentar dan repost tentang apa yang Ia dapatkan.

"Mereka memang satu SMA tapi bukan berarti pernah pacaran," aku membaca komentar dari cuitan di Twitter tersebut.

"Bukan berarti kita tidak menyelidikinya. Cari tahu lebih lanjut," ucap Andrew dan kami semua langsung kembali ke tempat kami masing-masing.



Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro