BAB 8: Inddy

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Setelah penelusuran yang berakhir tidak mendapatkan apa-apa kemarin. Aku dan teman-teman ku kembali berkumpul setelah selesai kuliah untuk membahas rencana baru.

"Andrew?" Tanya Sani kepada ku sebab laki-laki dua kepribadian itu belum datang juga sejak tadi.

"Aku tidak tahu. Sudah aku chat tapi belum di balas sama dia. Kayaknya masih kuliah dia. Apa kita bahas saja tanpa dia?" Tanyaku sambil mengaitkan papan tulis putih ke dinding setelah memasang pengaitnya.

"Aku saranin mending jangan. Kita tunggu dia saja," ucap Sasa menyalakan tv dan langsung mencari channel berita.

"Setuju," ucap Sani terlihat sibuk menonton film di tabletnya.

"Sambil menunggu Andrew, bagaimana kalau kita cari kasus untuk dibahas Minggu depan," saranku.

"Bukanya semua sudah dirancang dalam rancangan konten bulanan. Setahu ku kita akan membahas kasus senso kematian," ucap Sasa mengalikan pandangannya dari TV, memandang ku sesaat lalu kembali sibuk menonton.

Sebagai seorang YouTubers yang yang sudah menekuni dunia ini selama dua tahun, ada banyak hal yang aku dan teman-teman ku pelajari dan temukan. Contohnya adalah rancangan konten bulanan. Setiap akhir bulan kami akan mengadakan rapat yang membahas tentang konten tiap minggunya. Setiap dari kami akan memberikan kasus untuk kalender rancangan bulanan tersebut. Hal ini kami lakukan agar menghindari dari telat upload karena kekurangan ide kasus atau konten mendadak dengan informasi yang sedikit.

Setelah membuat rancangan konten bulanan setiap orang dari kami bertanggung jawab mencari informasi tentang kasus yang  kami sarankan. Lalu, informasi-informasi yang didapatkan akan di bahas kembali sehari sebelum hari membuat konten.

"Kamu kekurangan informasi?" Tanya Sani.

"Bukan. Aku hanya tidak ingin membahas hal itu. Aku takut aku akan kesulitan tidur lagi karena terus-menerus mengingat kejadian itu," jujurku. Kasus senso kematian yang akan aku bahas adalah kasus yang terjadi dalam hidupku. Aku ada didalam cerita kasus tersebut.

"Kalau tidak bisa kenapa dimasukkan ke dalam jadwal?" Tanya Sasa.

Entah apa yang aku pikirkan saat itu hingga berani memasukkan kasus yang membuat ku kesulitan tidur selama satu tahun ke dalam jadwal.

"Aku minta maaf," aku tertunduk penuh rasa bersalah.

"Konsep dari kontennya sudah kita bahas, Informasi-informasi dari kasus sudah kita cari tahu dan sudah mendapatkan semua informasinya. Kamu tidak bisa membuang satu perjuangan kita hanya karena ego diri sendiri. Kita adalah tim kamu tidak boleh egois," tekan Sasa membuat ku semakin merasa bersalah.

"Kalau kamu tidak bisa membahasnya kita bisa menundanya sampai kamu siap. Kita memang tidak bisa membatalkan konten yang sudah terjadwal tapi kita bisa menundanya." Aku menoleh ke arah pintu mendapati Andrew yang tengah melepaskan kemeja kotak-kotak berwarna hitam yang ia kenakan dan menggantungnya di penggantung pakaian yang aku sediakan di dekat pintu.

"Kalau itu aku setuju. Bisa menundanya tapi tidak untuk membatalkannya," tegas Sasa masih fokus menonton berita politik.

Pantesan saja dia sensi sejak tadi, ternyata karena menonton berita politik. Entah apa yang membuatnya kesal stengah mati setiap kali menonton berita politik aku pun tidak mengerti. Yang aku mengerti adalah kami akan menjadi tempat pelampiasannya untuk marah.
Aku tidak suka menonton berita seperti Sasa begitu pun Andrew dan Sani. Kamu bertiga hanya bisa pasrah ketika Sasa mulai melampiaskan amarahnya kepada kami.

"Karena aku sudah datang, mari kita langsung mulai saja rapat kita." Pintah Andrew duduk di kursi yang sering Ia duduki ketika ada rapat.

"Sasa matikan TV-nya. Sani kamu juga. Dasar kembar!" Cibirku.

"Sial!" Maki keduanya secara bersamaan.

Aku dan Andrew tertawa kecil melihat raut wajah keduanya yang terlihat kesal karena mengucapkan kalimat yang sama.

Biasanya anak kembar akan kesenangan karena memiliki ikatan batin yang kuat dengan kembarannya, namun berbeda dengan Sani dan Sasa. Keduanya malah kesal stengah mati ketika ikatan batin mereka kuat. Sayangnya tuhan lebih senang membuat keduanya kesal karena mereka adalah anak kembar yang memiliki ikatan batin yang cukup kuat. Bahkan ketika Sasa sedang kesal atau emosi Sani akan ikut merasakannya hasil akhirnya Sani yang tidak mengerti apa-apa harus ikutan emosi.

"Baiklah. Mari kita mulai rapat kita." Aku berdiri di depan Sasa, Sani, dan Andrew. Ketiganya memperhatikan ku dengan raut penasaran menanti ide yang akan keluar dari mulutku.

"Bukti yang kita dapatkan saat ini adalah Notes dan hasil otopsi. Berdasarkan hasil otopsi korban disiksa hingga kehabisan darah dan meninggal. Terdapat beberapa lebam di tubuh korban itu artinya, korban disiksa dengan benda tumpul lalu kemudian menggunakan benda tajam. Terdapat 40 luka sayatan di seluruh tubuh korban, 10 luka sayatan yang jahitannya telah terbuka secara tidak beraturan, dan 30 luka sayatan yang sudah di jahit," jelasku. Aku mendapatkan informasi itu dari Iptu Ezra beberapa saat yang lalu saat Andrew masuk ke dalam studio.

"Apakah sudah diketahui senjata apa yang digunakan?" Tanya Sasa dengan raut datar namun terdapat sorotan mengerikan dari matanya.

"Karena lukanya yang tidak beraturan sangat tidak mungkin pelaku menyayat tubuh korban. Saat ini belum dapat ditetapkan senjata apa yang digunakan untuk membunuh korban karena luka tidak beraturan. Menurut kalian pelaku menggunakan senjata apa?" Tanya ku kepada ketiga temanku dan ketiganya langsung merespon pertanyaan ku terlihat  dari raut wajah mereka yang sedang berpikir.

"Biasanya yang menyebabkan luka tidak beraturan hanyalah cambuk, tapi cambuk hanya dapat menyebabkan lebam bisa juga sampai luka tapi tidak akan dalam lukanya, atau sampai separah yang didapatkan korban," jawab Sani lalu beranjak dari tempat duduk mengambil beberapa minuman cola yang ada di dalam kulkas yang aku sediakan di studio lalu membaginya kepada kami.

"Setuju," aku dan Sani satu pemikiran. Namun bagaimana cambuk bisa menyebabkan luka seperti sayatan.

"Cambuk yang bisa menyebabkan luka sayatan," gumam Sasa terlihat masih berpikir. Ia mengambil cola yang diberikan Sani lalu meneguknya.

"Bagaimana jika di ujung cambuk di pasang  benda tajam. Bukankah itu memungkinkan?" Ucap Andrew ragu -ragu tapi aku tidak ragu-ragu membenarkan dugaannya.

"Bisa jadi. Berdasarkan isi Notes yang menunjukkan bahwa pelaku memiliki dendam pribadi terhadap korban, maka akan sangat memungkinkan pelaku memasang serpihan tajam di ujung cambuk lalu dia mencambuk tubuh korban secara membabi-buta mengikuti alur perasaan dendamnya. Itulah kenapa luka-luka itu tidak beraturan," jelasku penuh keyakinan.

"Setuju," ucap Sasa dan Sani bersamaan.

"Namun, kenapa pelaku menjahit kembali luka korban yang ia berikan?" Tanya Andrew.

"Soal itu biarkan pihak kepolisian mencari tahu setelah menangkap pelaku," jawab Sasa.

"Lalu, strategi kita apa sekarang?" Tanya Sani.

"Karena ini menyangkut dendam, itu artinya pelaku tidak akan berada jauh dari korban. Rencana ku adalah kita menyelidiki orang-orang yang pernah mempunyai masalah dengan korban mulai dari masa lalunya, hatersnya, dan orang-orang yang berada di dekatnya. Kadang-kadang sering ada musuh dalam selimut," ucapku menyampaikan ide yang bersarang di kepala ku sejak kemarin. 

"Aku setuju dengan ide kamu namun, kamu tahu dari mana jika itu dendam?" Tanya Sasa terlihat kritis.

"Dari isi Notes yang bertuliskan mati adalah mati, dendam adalah nyawa. Aku yakin tulisan tersebut memiliki makna terpendam. Jika bukan dendam yang sudah tertulis jelas di dalamnya lalu apa?" Tanyaku dan di balas Sasa dengan anggukan mengerti.

"Aku setuju kalau itu dendam. Jika berkaitan dengan dendam itu artinya korban atau Daffa pernah membuat kesalahan fatal di masa lalu sehingga membuat pelaku ingin membalas dendam dengan cara yang begitu keji seperti ini," ucap Sani.

"Maka dari itu aku menyarankan kita mencari tahu tentang masa lalunya," ucapku.

"Andrew, kamu cari tahu tentang haters Daffa karena kamu ahlinya. Sani kamu cari tahu tentang orang terdekat Daffa karena kamu paling memiliki akses masuk dibandingkan kita. Aku akan mencari tahu berita-berita yang pernah membahas tentang masalah Daffa karena aku ahlinya, lalu Inddy kamu mencari tahu tentang masa lalu Daffa karena kamu seorang YouTubers yang pasti mengenal banyak sesasama kalian. Bagaimana?" Tanya Sasa setelah memberikan saran pembagian tugas.

"Aku setuju," setuju ku.

"Aku juga," jawab Sani.

"Kamu?" Tanya Sasa kepada Andrew.

"Memangnya tidak apa-apa kita bekerja sendiri-sendiri seperti ini? Apakah tidak pake ti..."

"Jangan cari alasan buat modus berduaan sama Inddy ya," tegas Sani.

"Bukan seperti itu. Ak..."

"Karena kita semua sudah setuju, maka rapat kita sudah selesai. Selamat bekerja teman-teman."

To Be Continue...

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro