BAB 9: The Notes

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Badan tegap itu berdiri menatap seorang perempuan yang terlunglai lemah di bawah lantai. Kedua tangan dan kaki perempuan itu dirantai seperti seorang tahanan. Mata tajam itu menatap perempuan itu tanpa kedip. Matanya tidak memancarkan ekspresi apa pun, ia hanya menatap kosong perempuan tersebut.

Bunyi gemericik rantai terdengar memenuhi ruangan sempit itu ketika, perempuan itu mulai sadar dan mencoba bangun dari posisi tertidurnya.

Perempuan itu mulai panik ketika melihat suasana sekitarnya yang suram dan keadaannya yang dirantai. Ia mencoba melepaskan diri dari rantai, mulai dari tangan hingga kakinya. Ia terus mencoba melepaskan diri dari rantai tersebut hingga akhirnya menangis sesenggukan karena usahanya sia-sia.

Orang berhodie hitam itu masih tidak bergeming dari tempatnya. Tatapannya masih sama. Kosong.

Perempuan itu mendongak menatap orang itu lalu mencoba untuk mendekati orang tersebut namun tertahan oleh rantai yang mengikatnya. Ia terus mencoba dan mencoba hingga akhirnya berhenti karena tangan dan kakinya mulai terasa perih karena terus tergesek dengan rantai.

Dor...

Bunyi besar tersebut membuat perempuan itu kaget dan mendongak melihat tulisan  berwarna merah darah yang terbuka lebar dihadapannya. Isi tulisan tersebut adalah kata Prank dengan tiga tanda seru dibelakang kata.

"Sialan! Keluar kamu? Tidak lucu prank seperti ini. Sakit tahu di rantai," perempuan tersebut berdiri dari tempatnya sambil mengusap air matanya. Rautnya menunjukan emosi yang menggebu-gebu dari dalam dirinya.

"Rizal? Aku tahu itu kamu. Baby, keluar kamu. Lepaskan aku, sakit nih." Perempuan tersebut memperhatikan area sekitar mencari kamera lalu mendapati sebuah kamera terpasang di sudut ruangan.

"By, keluar kamu. Prank kamu berhasil. Aku ngaku kalah. Kamu memang yang paling hebat kalau soal prank," ucap perempuan tersebut ke arah kamera. "Tapi, untuk apa alat-alat tukang kayu itu," ia menunjuk ke arah dinding yang terdapat berbagai alat berat hingga tajam yang terpasang di dinding. Matanya juga memperhatikan dua kursi mengerikan yang tertancap beling dan paku. Selain itu, ia memperhatikan juga meja yang terdapat alat pemotong kayu dengan ukuran yang cukup besar.

Matanya membelalak ketika memperhatikan alat-alat itu penuh cipratan berwarna merah.
"By, kamu pake darah apa? Bau darahnya benar-benar real. Bahkan ditembok pun penuh cipratan darah," komentarnya lagi menatap ngeri tembok di belakangnya yang penuh dengan noda cipratan berwarna merah. Perempuan tersebut menutup hidung dan mulutnya menghindari menghirup bau amis darah.

Bunyi rantai memenuhi ruangan kecil tersebut akibat perempuan tersebut yang tidak bisa diam. Ia merasa ngeri ketika tahu lantai yang dipijaknya sekarang pun penuh dengan noda berwarna merah terang. "Apakah ini semua darah?" Tanyanya dan orang itu mengangguk membenarkan.

"Darah apa? Tidak mungkin darah manusia 'kan? "tanyanya lagi kali ini dengan raut ketakutan.

Orang  itu mengangguk dan langsung membuat perempuan itu panik stengah mati. Kakinya yang telanjang berusaha menghindari jejak darah yang ada dilantai namun usahanya hanya sia-sia belaka. Ada banyak noda darah diarea tempat ia dirantai.

Orang yang sejak tadi berdiri diam di tempatnya, kini bergerak maju melepaskan borgol di tangan dan kaki perempuan itu.

"Sialan kamu! Berani-beraninya kamu menakut-nakuti aku dengan noda darah palsu itu," maki perempuan tersebut hendak melangkah keluar dari ruangan namun, tubuhnya di tarik oleh orang tersebut dan didorong hingga Ia terjatuh diatas kursi yang terpasang beling.

Perempuan itu berteriak kesakitan, ketika beling-beling itu menusuk area paha, bokong, hingga punggungnya.

"Selamat kamu kena Prank," ucap orang tersebut. Suaranya disamarkan hingga tidak dapat dibedakan bahwa itu suara laki-laki atau seorang perempuan.

Darah mulai mengalir keluar dan menetes ke lantai. Sementara si perempuan, ia berusaha menahan rasa sakitnya dan mencoba bangun dari posisi yang menusuk kulit hingga dagingnya dari berbagai sisi.

"Jangan berger-ak," ucap orang itu menekan tubuh perempuan tersebut hingga beling-beling itu menusuk kulitnya semakin dalam.

Perempuan itu histeris kesakitan ketika tekanan itu semakin ditambah. Air mata membasahi kedua pipinya, tangisan dan erangannya terdengar di seluruh ruangan. Darah menetes semakin cepat membuat lantai yang berada tepat di bawah kursi kini tergenang oleh darah.

"Ak-aku mohon lep-lepaskan aku," mohonnya di sela-sela tangisnya.

"Ini cuman prank. Tenang saja," bisik orang itu lalu ia menekan tubuh perempuan itu semakin kuat membuat erangan itu semakin terdengar keras.

Orang itu menarik tubuh perempuan itu dari kursi dengan kasar dan melempar tubuhnya ke dinding. Tubuh perempuan itu jatuh lunglai, dengan gerakan pelan Ia memutar tubuhnya agar posisinya menjadi telungkup. Ia tidak bisa duduk atau berbaring dengan keadaan seluruh luka di area punggung, paha, hingga bokongnya.

"Ras-rasa sakit in-ni, da-an semua luk-ka ini kamu bilang hany-hanya prank?" Protes perempuan tersebut lemah.

Orang itu tertawa menggelegar memenuhi seluruh ruangan.
"Apakah waktu itu kamu memperhatikan rasa sakit dan luka ketika melakukan prank?" Tanya orang itu.

"Ak-aku tidak mengerti mak-maksud kamu."

"Kamu boleh bersenang-senang dengan apa pun. Silakan membuat konten prank sesuka kamu tapi ingat, jangan melibatkan rasa sakit dan luka seseorang. Sebab, ketika waktunya pembalasan kamu hanya bisa dipaksa untuk mengerti rasa sakitnya dan mendapatkan lukanya daripada penjelasan mu," ucap pria tersebut menatap tajam perempuan tersebut yang kini posisinya mulai tergenangi darah yang terus mengalir keluar dari luka-lukanya.

"Akhirnya kamu bisa merasakan apa yang dia rasakan," ucap orang itu lalu pergi meninggalkan perempuan dengan keadaan tubuh bagian belakang yang hancur termasuk celana dan baju bertuliskan  Queen Prank dengan logo YouTube dibawah tulisan besar tersebut.

...

Malamnya orang itu datang lagi dengan tatapan penuh belas kasih. Ia mendekati perempuan itu yang kini terkulai lemah karena kehilangan banyak darah dan juga tenaga untuk menahan semua sakitnya.

Dengan santai Ia melepaskan baju dan celana perempuan tersebut, sementara si perempuan tidak bisa melakukan perlawanan karena kehilangan tenaga.

Pria itu mengeluarkan kapas dan alkohol dari dalam kotak P3K yang dibawahnya. Ia menuangkan satu botol alkohol ke seluruh luka perempuan tersebut membuat suara jeritan kesakitan kembali terdengar. Tanpa memperdulikan keluhan rasa sakit perempuan di sampingnya, orang itu mulai membersihkan darah yang berada disekitar luka dan juga lukanya menggunakan kapas.  Satu botol alkohol di tuangkan lagi ke area punggung hingga Pahanya membuat suara jeritan kesakitan semakin terdengar.

"Sttt. Ini adalah tanda permintaan maaf ku. Walaupun terasa menyakitkan tapi akan menyembuhkan mu," ucap orang itu.

Setelah selesai dengan luka-luka itu, orang itu mengeluarkan benang dan jarum medis dari dalam kotak P3K dan mengarahkan jarum dan benang ke luka di punggung yang cukup besar dari luka lainya. Perempuan tersebut berteriak kesakitan ketika jarum itu menusuk kulit pingiran lukanya. Belum selesai ia menahan rasa perih ketika alkohol itu menyentuh lukanya, kini Ia harus menahan jarum itu menusuk setiap luka-lukanya.

Satu jam berlalu dan orang itu belum selesai dengan jahitannya. Perempuan itu kini terlihat lemah dan tidak bisa berteriak kesakitan lagi. Ia terlihat pasrah ketika jarum itu menusuk kulitnya. Sesekali matanya terpejam menahan rasa sakit yang masih terus menyerang tubuhnya.

"Akhirnya selesai," ucap orang itu memasukkan kembali semua peralatan medis ke dalam kotak P3K lalu meninggalkan perempuan itu.

...

Tiga hari kemudian orang itu mendatangi perempuan tersebut yang kini sudah tidak bernyawa. Ia menatap perempuan itu lebih tepatnya luka-luka hasil karyanya dan juga jahitannya yang terlihat seperti sarang laba-laba, berjarak dan tidak menyatukan antara bibir luka itu dengan bangga.

"Dasar perempuan. Lemah. Padahal seharusnya kamu harus menduduki satu singga sana lagi. Kasian Queen tidak bisa menempati singga sana terakhir. Haruskah aku membantu mu?"

Orang itu menarik tubuh tak bernyawa perempuan itu lalu mendudukkannya di atas kursi yang ditancapi oleh banyak paku dengan posisi tajam mengarah ke atas. Paku-paku itu menusuk tubuh tak bernyawa perempuan itu. Paku-paku itu menghancurkan beberapa jahitan, menambah lebar luka lama, dan menciptakan luka baru.

Orang itu tertawa menggelegar sambil menekan tubuh korban. Ia terlihat menikmati apa yang telah Ia lakukan kepada korbannya.

Setelah puas, ia mengangkat tubuh korban dan memasukkan ke dalam plastik sampah dan membawa tubuh itu keluar dari gudang kecil itu.

To Be Continue...

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro