23

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Dini hari, Ify berjalan menyusuri jalan yang sepi dan memasuki gang-gang yang mulai dia hapal. Selesai sudah, Ryo marah, Via kecewa dan adiknya pun tetap belum ditemukan. Tapi masih ada satu pertanyaan besar, siapa itu Miyuki? Mengapa Ryo menyebutkan nama itu dan mengaitkan dirinya dengan Kazune Itou yang telah lama menghilang?

Tidak ada jalan lain, Ify harus segera menemukan jawaban atas pertanyaannya dan lekas hengkang dari depan mata Ryo sebelum pria itu sendiri yang mengusirnya. Ryo. Pria itu menangis dan membentaknya. Usai sudah, takkan ada maaf bagi Ify. Ryo hanya akan mengenangnya dalam kebencian. Mengingatnya saja membuat Ify susah bernapas.

Udara malam musim gugur di Tokyo tak lagi mengganggu Ify. Desahan napas Ify membentuk asap putih yang menguar di kegelapan, sebenarnya gadis ini kedinginan. Hanya saja bayang-bayang ibunya membuat Ify terasa sedikit hangat.

Apakah aku harus pulang, Bu? Tanpa Ayah, tanpa adik, batin Ify sedih. Bagaimana pun juga niatnya datang kesini adalah untuk bertemu dengan adiknya, juga ayahnya yang dia rindukan.

Kaki Ify mulai terasa kebas, bibirnya memucat dan wajahnya mulai seputih salju di musim dingin. Mata Ify yang terus mengeluarkan air itu pun membulat. Ada orang lain yang berdiri di depan pintu rumah lama Kazune. Ify baru saja hendak bersuara sesaat sebelum akhirnya orang itu membalikkan tubuhnya dan menatap Ify bingung.

Ify membungkukkan badannya begitu pun dengan orang itu. Pakaian hangat yang dikenakannya membuat Ify sulit mengenali sosok asing yang berdiri tak jauh darinya. Dia perempuan atau laki-laki, Ify sama sekali tak bisa menebak.

"Apa yang Anda lakukan di sini?" tanya Ify sopan dengan bahasa Jepangnya yang sudah lancar. "Sepagi ini."

Orang itu hanya diam, tapi sepertinya dia memang tak memiliki niat untuk menjawab pertanyaan Ify.

"Apa Anda saudara jauh Kazune Itou?" tanya Ify lagi, dia sangat penasaran. "Sebenarnya, kata tetangga Kazune oniisan dan adiknya sudah pindah. Tapi aku tetap nekat datang kesini lagi. Aku benar-benar harus bertemu dengannya."

Masih sama saja. Tak ada jawaban.

"A... apa, Anda tak bisa, bicara?" tanya Ify tak enak hati. Tapi Ify benar-benar seperti orang bodoh yang bicara sendiri.

Orang itu mengangguk! Ify mendesah pelan, dia segera mendekatinya dan membungkukkan badan.

"Maafkan aku, aku sungguh lancang."

Orang itu mengeluarkan tangannya dari saku pakaian hangatnya yang terlihat nyaman, kemudian mengulurkannya ke tangan Ify yang terasa seperti es batu.

"Oh? Ah, tidak perlu," kata Ify sungkan. Orang ini sangat baik, pikir Ify. "Sepertinya, Anda sebaya denganku," lanjutnya. "Tangan Anda lembut sekali," puji Ify kagum saat tangan orang asing itu mengusap dan memberikan kehangatan pada Ify. Seperti tangan Ibu.

"Tangan Anda... mengingatkanku pada seseorang." Ucapan Ify membuat kepala orang itu mendongak dan mulai menatap Ify. Sinar matahari pagi mulai menerangi gelapnya subuh yang terasa begitu dingin. Bersamaan dengan cahaya dari timur itu, Ify seolah diberikan jawaban atas pertanyaan besarnya.

"Ma-mata Anda..."

***

Kazune mengetikkan sandi perangkat komputernya dengan lincah di atas keyboard. Sandinya terlalu panjang dan terlihat seperti sebuah salam pembuka surat resmi. Rekaman demi rekaman kamera pengawas pun mulai berputar. Tak ada yang terjadi, akhirnya Kazune menambah kecepatan pemutar menjadi dua kali lipat dan kelopak mata Kazune sontak melebar saat dilihatnya Miyuki membuka pintu depan.

Yuki pergi dan Kazune bergegas keluar dari ruang rahasianya menuju kamar Yuki. Dibukanya pintu kamar gadis itu secara kasar dan dilihatnya keadaan ruangan yang kosong. Yuki belum pulang. Awalnya Kazune sempat berpikir mungkin Yuki sedang jogging, tapi saat diingatnya Yuki sudah pergi sejak subuh tadi, Kazune merasa pasti ada sesuatu yang terjadi.

Pria itu berlari kembali menuju kamarnya, dicarinya ponsel yang sebelumnya sempat ditaruhnya secara asal. Kazune segera menarikan ibu jarinya di atas layar dan menemukan nama seseorang.

***

"Moshi moshi," jawab Via dengan mata yang masih terpejam.

"Via-chan, ini aku," sahut Kazune cepat.

"Aku tahu, Oniisan, ada apa?" tanya Via malas, matanya masih terasa lengket.

"Apa kau−"

Hening, Kazune tak melanjutkan ucapannya dan membuat Via bingung, "'Apa aku' apa?"

"Oh, itu, apa Ify ada?"

"Kau menghubungiku pagi-pagi begini hanya untuk bertanya mengenai Ify?" tanya Via kesal. Tidur panjangnya diganggu hanya untuk pertanyaan semacam ini. Menyebalkan!

"Jawab saja, Via-chan."

"A− Kemana dia...?" gumam Via saat didapatinya ranjang Ify kosong. "Sepertinya dia tak ada, Oniisan. Atau mungkin dia tak pulang malam ini. Mungkin menginap di rumah kerabatnya. Ahh, iya, dia kan tidak punya kerabat di Jepang," kata Via lebih pada dirinya sendiri.

"Oniisan?" tanya Via bingung, alisnya berkerut saat yang didengarnya hanya nada panjang yang konstan: TUUUUTT...

***

Napas Kazune berantakan begitu juga dengan penampilannya, sebisa mungkin Kazune menaiki bus terpagi dan berlari secepat cheetah yang kelaparan. Namun semuanya sia-sia, pemandangan yang Kazune dapatkan justru pemandangan yang selama ini sudah Kazune coba untuk hentikan.

Benang merah itu tetap terikat begitu kuat. Akhirnya kedua saudara kandung itu bertemu juga.

Yuki dan Ify tengah berpelukan begitu erat. Mereka berdua sama-sama terduduk dan menangis tepat di depan pintu rumah lamanya. Sebenarnya, Kazune hendak menyeret Yuki pulang dan kembali menutup rahasia yang sedikit demi sedikit mulai diketahuinya. Rahasia yang begitu sempurna ditutupi oleh ibunya dan ayah Yuki selama ini.

Pemandangan di depan Kazune mendadak berubah ke sebelas tahun lalu, hari di mana keluarganya kedatangan tamu. Kazune kecil terlihat membuka pintu rumah dan seorang pria tampan tersenyum ke arahnya. Pria itu mendekap seorang bayi yang begitu mungil.

Seandainya saja hari itu tak pernah ada, mereka pasti tak pernah terpisah.

Bibir Kazune melengkung, matanya berkaca-kaca. Dilihatnya Yuki yang menangis sambil tersenyum, bahkan beberapa detik kemudian mereka tertawa bersama. Kazune mendesah pelan.

"Bu... Apa aku harus kehilangan Yuki sekarang?" gumam Kazune pada udara di sekitarnya.

BERSAMBUNG

Kutahu, mungkin sebagian dari kalian sudah memprediksi siapa adik Fyka Sakura. Tapi kuharap, tetap bisa dinikmati ya karya kedua yang berhasil kutamatkan ini. Karya pertama ada di Facebook, dan tulisannya masih sangat hijau alias perlu banyak latihan ^‿^

Ditunggu ya 4 part terakhir dari THE PLAN.

See you next part!

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro