24 - The Truth

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Aslinya sih, belum waktunya publish, tapi kok aku jadi greget sendiri, yaudah lah, sekali-kali publish sebelum waktunya. Semoga tetep dinanti dan disuka, meski pun banyak kekurangan. Happy reading!

BRAK!

Daniel seolah tak terkejut mendengar suara ribut di luar pintu ruang kerjanya yang disusul dengan dobrakan pintu. Sesuai dugaan, Ryo. Direktur muda itu hanya menutup laptopnya dan mulai memerhatikan sang adik yang...

"Astaga, kenapa kau berantakan sekali?" tanya Daniel cemas. Dia menatap Ryo dari ujung kepala sampai kaki. Rambut adiknya berantakan, wajahnya pucat, bibirnya mengering ditambah lagi dengan matanya yang memerah. Satu lagi yang mulai diketahui Daniel, Ryo bau alkohol.

Daniel mengernyit, "Kau... Kau minum?!" tanyanya kali ini dengan nada meninggi.

Diam. Respon Ryo hanyalah sebuah tawa sinis, lalu dia memilih untuk duduk dan menidurkan kepalanya di punggung sofa. Benar sekali, Ryo sudah meminum beberapa kaleng alkohol yang didapatinya dari mesin minuman pinggir jalan. Kebiasaan buruk yang sebenarnya sempat berhasil dibuang oleh Ify.

Tak tahu harus berbuat apa membuat Daniel mengikuti gaya adiknya, dia pun duduk di sofa depan Ryo dengan mata menyelidik. Semalam, dari pembicaraannya dengan Ify yang terputus Daniel memang sempat mendengar kemarahan Ryo yang meletup pada Ify. Tapi sepertinya kelembutan Ify sudah tak berpengaruh pada Ryo. Alkohol kembali menjadi pelampiasan adiknya.

"Kau tak ingin memarahiku?" tanya Daniel penasaran.

Ryo tertawa dingin, "Apa itu akan merubah status bahwa kau adalah kakak yang selalu benar?" sarkas Ryo.

Tidak ada jawaban karena yang selama ini terjadi memang begitu. Daniel bertindak seolah dirinyalah yang paling benar. Karena dirinya yang lebih tua. Dirinyalah sang kakak yang mengetahui segala hal lebih banyak dari adiknya. Karena Daniel... merasa bisa mengendalikan segalanya sesuai rencana.

Daniel menundukkan kepalanya. Sejak semalam dia tidak tidur dan berusaha menyibukkan dirinya dengan pekerjaan, jauh lebih gila lagi dari yang kemarin. Mungkin jika Alvin di sini. Alvin akan berusaha keras menyeretnya keluar dari ruang kerja dan menyiramnya dengan air dingin. Kemudian menyuruhnya untuk tidur persis seperti seorang ibu pada anaknya yang susah diatur.

"Ibu," ujar Daniel teringat sesuatu. "Beliau menelepon semalam."

Alis Ryo terangkat, "Apa Ify kau jadikan sebagai ibumu sekarang?" tanya Ryo sarkas.

"Sebelum Ify meneleponku," jelas Daniel. "Beliau menanyakan kabar kita berdua. Aku jawab bahwa kita merindukannya."

"Benarkah?" Ryo berpura-pura terkejut, kepalanya mendongak dan menatap Daniel dengan tatapan melecehkan. "Ahh, Ibu menelepon di saat yang tepat, jika aku anak berumur lima tahun mungkin aku akan mengadukan kelakuanmu pada Ibu sekarang."

"Kau bukan anak berumur lima tahun, Ryo. Tapi sampai kapan pun, kau tetap adikku yang manja."

Kaki kanan Ryo menendang meja yang ada di hadapannya, melampiaskan kemarahannya pada Daniel. Sudah sejak tadi dia berusaha sopan pada "kakaknya" ini walau pun sebenarnya tangannya sudah gatal ingin melayangkan setidaknya satu tinjuan saja. Tapi dia tak bisa.

"Manja, kau bilang aku manja?!" tanya Ryo, nada suaranya meninggi.

"Kau selalu manja padaku, dulu, sebelum kau mengenal Miyuki," jawab Daniel tenang. "Kau masih terus bermain saat umurmu menginjak usia lima belas tahun, sementara aku, usiaku tujuh belas tahun dan aku harus mempelajari semua hal mengenai dunia bisnis. Aku harus bolak-balik dari sekolahku kemari hanya untuk belajar. Setiap hari kuhabiskan waktuku untuk belajar. Sementara kau, apa yang kau lakukan?" ucap Daniel tanpa henti dengan mata yang mulai memerah.

Ryo menatap bingung kakaknya yang biasa tenang itu. Daniel... Beginikah Daniel yang sebenarnya?

"Kau hanya sekolah, itu pun tidak serius. Kau hanya melukis, itu pun tak pernah kau selesaikan. Sampai akhirnya kau mengenal Miyuki dan mulai melupakan keberadaanku. Aku kakakmu, tapi kau justru lebih menyayangi Miyuki daripada aku. Walau pun kau tahu bahwa yang aku punya hanyalah kau. Hanya kau, Ryo!"

Napas Daniel tersengal dan matanya yang memerah kini mulai basah. Kini Daniel memalingkan wajahnya ke arah luar jendela ruang kerjanya.

"Apa kau tahu? Setiap kali Otousan meneleponku, yang Beliau tanyakan adalah bagaimana sekolahku, bagaimana bisnis ini, dan bagaimana dirimu. Semua berjalan lancar sesuai rencananya, tapi tidak untuk dirimu. Kau begitu liar dan tidak teratur.

"Bukan aku yang mengirim pengawal itu untuk mengawasimu. Tapi Otousan. Bukan aku yang memberikan ide untuk mengirimmu ke asrama pada awalnya. Itu ide ibu. Aku tak pernah melakukan apa pun, kecuali memisahkan kau dengan Miyuki agar kau kembali kepadaku. Bermain denganku selayaknya remaja bersaudara."

Daniel mengusap wajahnya dengan tangan yang gemetar. Semua perasaan bodoh ini berhasil dia tutupi dengan segudang kesibukannya. Tapi semua berantakan sejak dia bertemu dengan Ify. Ify seperti embun pagi yang menyejukkan, sampai membuat Daniel terlena. Ryo pun jatuh cinta. Tapi semuanya berantakan. Rencananya untuk mengobati luka hati Ryo secara diam-diam gagal.

"Aku ingin sepertimu Ryo, ingin tapi aku tak bisa. Aku terlahir sebagai seorang kakak untuk melindungimu. Lalu siapa yang akan melindungiku? Siapa?!" seru Daniel berapi-api. Daniel kembali menatap wajah Ryo lekat.

"Aku datang kemari untuk memarahimu, bukan untuk mendengarkan curahan hatimu itu!" seru Ryo tak mau kalah. "Kau pikir aku akan melupakan semua kekesalanku dengan ceritamu yang mengharukan? Kalau itu yang kau inginkan kenapa kau tak pernah mengatakannya pada Otousan dan Ibu!? Sejak awal aku tahu ada yang tidak beres denganmu. Kau membuatku berpisah dengan Miyuki. Kemudian Ify muncul dan itu semua juga masih ulahmu!"

Ryo terengah, begitu juga dengan Daniel. Kedua kakak beradik itu belum pernah seperti ini. Mereka mengutarakan semua yang ada di hati. Mengeluarkan semua emosi yang terpendam sekian lama.

"Kakak..." panggil Ryo, suaranya parau. "Kenapa kau tak pernah jujur padaku? Kenapa kau harus melakukan semua ini, Kak? Kenapa?" Nada suara Ryo mulai melemah.

Daniel menghela napas. Matanya bertemu pandang dengan Ryo. Mereka laki-laki, tapi kali ini mereka berdua sama-sama membuang gengsi itu. Cukup sudah, tidak ada lagi yang namanya kebisuan. Ketidakjujuran selalu berbuah menyakitkan.

"Maafkan aku, Ryo. Aku benar-benar kekanakkan."

Ryo bangkit dari duduknya dan hendak keluar dari ruangan sebelum...

"Aku memang menyuruh Ify untuk mendekatimu. Tapi gadis itu justru yang lebih dulu jatuh cinta padamu."

Ryo terhenti.

"Dia cemburu saat melihatmu dan Ashilla begitu dekat. Dia cemburu saat tahu kau melukiskan sketsa wajah Miyuki. Dia cemburu saat tahu, kau masih begitu memikirkan gadis masa lalumu."

Ryo menolehkan wajahnya yang datar ke arah kakaknya yang sudah berdiri.

"Kalau boleh jujur, aku iri melihat kedekatan kalian. Aku juga iri saat mengetahui bahwa Ify begitu takut kau kembali terluka saat semua rahasia kami terbongkar. Ternyata Ify benar, kau begitu... kecewa. Sampai kau menangis di depanku."

Ryo mendesis, "Kau meledekku?" tanyanya tak suka.

"Ryo, kau mau kuberitahu satu hal?" tanya Daniel tanpa memedulikan pertanyaan adiknya.

Ryo berpura-pura tak acuh. Meski pun sebenarnya dia sangat ingin tahu apa itu.

"Ify... Miyuki... Mereka adalah kakak beradik," kata Daniel tenang.

"Apa!?" Kelopak mata Ryo melebar. Dia langsung mendekati kakaknya dan menarik kemeja jas pria yang sedikit lebih tinggi darinya. "Ini tidak lucu!"

Daniel tersenyum, "Ify mengetahui banyak hal tentangmu. Tapi kenyataan bahwa Ify datang ke Jepang untuk mencari adiknya. Kau bahkan tidak tahu?" sarkas Daniel. Matanya sempat mengernyit karena cengkeraman Ryo pada kemejanya membuat Daniel sesak.

"Mencari... adik?" gumam Ryo mengulangi kata-kata Daniel. Ryo melepaskan cengkeramannya.

"Hm," jawab Daniel. "Bagaimana ini? Kau sudah melibatkan perasaanmu pada sepasang saudara yang lama terpisah. Belum lagi, kau harus menghadapi Kazune Itou yang seorang karateka. Apa kau siap?" tanya Daniel dengan nada mengejek.

Ryo masih terdiam. Ada apa ini? Jadi Ify jauh-jauh datang ke Jepang hanya untuk mencari adiknya? Lalu, ternyata adiknya adalah cinta pertama Ryo? Sementara Miyuki sendiri memiliki seorang kakak bernama Kazune Itou?

Daniel berjalan ke arah mejanya dan mengambil sebuah map berwarna biru. Diulurkannya map itu ke arah Ryo yang masih membatu.

"Kau akan temukan jawaban semua pertanyaan yang menyelimuti otakmu saat ini di sini," ujar Daniel. "Kali ini, aku tak akan campur tangan lagi, Ryo. Aku benar-benar menyesal. Cukup Miyuki dan Via yang kusakiti perasaannya. Aku juga tak ingin menyakiti perasaan Ify, dia terlalu manis untuk itu."

Ryo mendelik, "Kau..."

"Pergilah, aku ingin adikku menyelesaikan urusannya dengan para gadis." Daniel memunggungi Ryo dan duduk kembali di kursi kerjanya.

Ryo yang melihat kakaknya yang bergelut lagi dengan laptop dan banyak berkas membuat hatinya terenyuh. Diam-diam dalam hati Ryo memaklumi perbuatan Daniel yang membuatnya tersakiti, merasa dibohongi dengan perlakuan manis Ify yang rupanya adalah sandiwara Daniel.

Kacamata. Ryo tersentak saat baru menyadari bahwa kakaknya ternyata memakai sebuah kacamata dan ponselnya beberapa kali berdering. Orang itu benar-benar sibuk. Sekarang Ryo seperti tengah melihat Otousan dan Ibunya yang memiliki dunia sendiri. Sampai kedua orang yang paling disayanginya itu seolah melupakannya dan kakaknya, Daniel.

"Ryo? Kenapa masih di sini? Kau tak menemui Ify sekarang?"

Rio mengerjap.

"Mau sampai kapan kau berdiri di sana? Aku sudah merelakanmu untuk berpacaran dengan Ify, Miyuki atau gadis mana pun. Itu hakmu, Ryo."

Ryo tersenyum dan menggeleng, "Kau terlihat tua, Kak. Ambillah jatah liburanmu dan temui Ashilla di Seoul," ujar Ryo. Dia tak lagi memedulikan ekspresi Daniel sekarang dan segera keluar dari ruangan.

Ashilla.... Daniel menatap daun yang terbang bebas tertiup angin musim gugur. Rasanya, Daniel mirip daun itu sekarang. Haruskah aku ke Seoul?

BERSAMBUNG

Tersisa tiga part akhir + epilog, semoga bisa nembus vote 1k saat cerita ini tamat, berharap aja gitu, hehehe... Makasih udah mau baca sampai sejauh ini yaaa

Ditunggu tanda bintang dan komentarnya
☆ヘ(^_^ヘ)

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro