26 - Ayumi Hara

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

"Jadi... Ayahku dan Ibu, tidak mendapat restu dari nenek?"

Kazune menganggukkan kepalanya dengan berat, matanya memandang sendu ke arah Ify dan Yuki bergantian. Perasaan bersalah pun mulai memenuhi seluruh isi hatinya, karena saat pertama kali menyadari siapa Ify sebenarnya. Kazune justru menutupi kenyataan bahwa Yuki dan Ify adalah dua bersaudara yang telah lama terpisah.

"Aku juga baru tahu dari jurnal pribadi Ibuku, Fy."

Ify mengangkat kepalanya dan menatap Yuki yang tengah mengunyah Daigo Imonya lahap. Apa Miyuki sudah mengetahui semua ini sebelumnya?

"Miyuki tuna rungu juga tuna wicara, Fy. Dia tak bisa mendengar percakapan kita, kecuali dengan melihat gerakan bibir kita. Dia hebat bukan?"

Ify mengangguk terharu, matanya kembali berkaca-kaca lagi. Adiknya yang selalu dirindukan ibu. Adiknya yang menghilang sebelum sempat Ify melihatnya. Adiknya yang ternyata seorang penderita tuna rungu sekaligus tuna wicara ini mirip dengan ibunya, pandai melukis.

"Yuki, kau suka dengan makanannya? Apa tidak terlalu manis?" tanya Kazune lembut saat Yuki mendongak.

Yuki menjawabnya dengan dua acungan jempol, lalu tangan kanannya pun menusuk sepotong kentang dan mengulurkannya pada Ify. Ify menerimanya dengan senang hati, namun Yuki langsung menggeleng cepat. Dia pun membuka mulutnya seolah memberikan tanda bahwa Yuki ingin menyuapi Ify.

Ify tertawa kecil, dia pun menggumamkan "Aaa..." dan kentang itu pun sukses masuk ke rongga mulutnya.

"Hm... Enak," kata Ify sambil mengunyah. "Kau bisa membuatkanku nasi kepal lagi, Yuki? Aku pernah makan nasi kepalmu sekali waktu itu, musim dingin lalu."

Kelopak mata Yuki melebar, dia pun menatap Kazune bingung.

"Itu bukan buatannya, Fy," aku Kazune dengan wajah bersalah. "Itu buatanku."

"Kenapa−"

TING TONG...

Ketiga orang yang tengah duduk di meja bar pun menoleh ke arah pintu masuk. Aneh sekali, bukankah tetangga sekitar tahu bahwa Kazune dan Miyuki sudah pindah rumah. Tapi kenapa sekarang justru ada tamu.

"Fy, bawa Yuki ke atas," tandas Kazune kemudian pria itu beranjak dari duduknya.

"Kenapa?"

Kazune mendelik, "Mungkin saja itu pesuruh nenekmu untuk kemari!"

"Apa?" Ify pun segera mengajak Yuki untuk ke atas, tak lupa pula membawa mangkuk Daigo Imo beserta kedua cangkir miliknya dan Yuki. Adiknya mungkin dalam bahaya saat ini.

Ify sudah berhasil membawa Yuki ke kamarnya dan memerintahkan dia untuk tetap di sana sampai Ify atau Kazune menjemputnya. Tapi Yuki menahan lengan Ify yang hendak menutup pintu dan memberikan pandangan memohon.

"Yuki..." ujar Ify menggantung. "Kau yakin itu bukan pesuruh nenek?"

Adiknya mengangguk.

"Tapi aku khawatir, kita baru saja bertemu−" Jemari tangan Ify mendadak terasa menggenggam sesuatu. Tangannya dan Yuki kini sudah menjadi satu. "Baiklah, tapi kita hanya akan mengintip, oke?"

Sekali lagi, adiknya itu mengangguk.

***

Ryo tidak terkejut saat sambutan yang dia terima adalah tinjuan Kazune. Pukulan seorang karateka memang luar biasa efeknya untuk wajah Ryo. Sudut bibir Ryo terasa berdenyut dan panas secara bersamaan.

Belum puas dengan sekali tinju, Kazune menarik kerah baju Ryo dan membuat pria itu berdiri kemudian memukulnya lagi dengan tangan kirinya yang mengepal. Tulang pipi Ryo kini ikut merasakan sakit yang sama.

Tepat sebelum Kazune memberikan tendangan ke tubuhnya, terdengar jeritan seseorang yang begitu familier di telinga Ryo.

"Oniisan! Cukup!" Ify berlari mendekati Kazune dan Ryo yang berduel dengan sangat tidak adil. Antara si karateka dan pemberontak kacangan. Sudah jelas siapa yang akan menjadi pemenang dan pecundang di sini. Ify berjongkok dan melihat kondisi wajah Ryo yang memprihatinkan. "Berapa pukulan yang Oniisan berikan padanya?" tanya Ify kesal pada Kazune.

Yuki cukup syok saat tahu bahwa yang datang ke rumahnya adalah mantan kekasihnya. Adik dari Daniel Tennouji, orang jahat yang memandangnya sebelah mata. Semua ingatan masa lalu Yuki akan pengusiran Daniel terhadap dirinya saat Yuki tengah melukis di taman tempat biasanya bertemu Ryo pun terputar.

Kazune yang menyadari raut wajah Yuki pun segera memeluk gadis itu erat dan mengalihkan pandangan Yuki dari adegan romantis kakaknya dengan orang spesialnya, dulu. Pria ini datang hanya membawa derita bagi Yuki, rutuk Kazune dalam hati.

"Ify, kau lebih mementingkan orang itu daripada adikmu?" tanya Kazune sengit. "Kau tak lihat apa akibatnya orang itu datang kemari?" Kazune bicara seolah Ryo adalah manusia tanpa nama.

"Yuki," bisik Ify sedih saat melihat Yuki menangis di pelukan Kazune.

"Maafkan aku, Kak," ujar Ryo dengan susah payah. Dia meringis beberapa kali saat tahu kalau bibirnya terasa ngilu saat bicara. "Kakakku juga sudah menyesali perbuatannya. Maafkan aku."

Ify mendongak dan menatap Kazune dengan pandangan memelas, "Kumohon, Oniisan, jika kau ingin memukulnya setidaknya kau harus memukul Daniel juga. Kau pasti tahu kan maksudku."

"Kau membelanya karena kau menyukainya, Ify!" seru Kazune marah. Yuki yang menyadari ketegangan tubuh Kazune pun menguraikan pelukannya.

Yuki menatap Ify dan Ryo bergantian.

Apa kakak mengenalnya?

Ify mengangguk seolah bisa membaca pikiran Miyuki. Kelopak mata adiknya itu seperti mengisyaratkan semua isi hatinya.

Apa kakak menyukainya? Kenapa kakak begitu khawatir padanya? Apa kau tak tahu bagaimana penolakan Daniel padaku dulu? Dia bilang aku hanya gadis cacat, Kak, batin Yuki dengan air mata yang kembali mengalir. Daniel menyuruhku untuk menjauhi Ryo.

"Aku tak tahu apa yang kau pikirkan Yuki. Tapi jika kau masih menyukai Ryo..." Suara Ify tersendat, rasanya kata-kata ini tak ingin keluar dari bibirnya. "...kau boleh memilikinya lagi, sungguh."

Yuki terperanjat. Apa maksudmu, Kak? Mata Yuki menangkap juga keterkejutan Ryo atas ucapan Ify.

"Ify, tapi aku menyukaimu," sela Ryo merasa bahwa statement Ify harus diluruskan. Ryo menatap Ify penuh dengan kesungguhan, lalu menoleh pada Yuki dengan pandangan mengiba, "maafkan aku, Miyuki, hanya saja, aku... Aku sudah terlanjur menyukai kakakmu. Aku tak bisa membiarkannya pergi dan menghilang seperti dirimu dulu."

"Ryo! Bagaimana bisa kau seegois ini? Daniel membuatmu berpisah dengan adikku. Dan sekarang kau menyatakan perasaanmu di depan Yuki?! Kau keterlaluan!" seru Ify dan memukul bahu Ryo bertubi-tubi.

Melihat Ryo yang wajahnya sudah lebam dan kembali dipukuli oleh kakaknya membuat Yuki menarik lengan Ify dan menghentikan aksi brutalnya. "Dia harus dipukul agar otaknya bisa berguna dengan benar, Yuki!"

Ify baru saja mau memukul kepala Ryo dengan tangan yang satunya. Tapi, Kazune yang menahan tangan itu tiba-tiba. Ify pun memandang bingung ke arah keduanya.

"Kalau ada orang yang pantas dipukul dan memukul. Seharusnya Daniel dan Yuki," kata Kazune dengan emosi yang sudah stabil.

"Tapi tadi kau menghajarnya," protes Ify tak terima. "Kalau begitu kita berdua harus memukuli Daniel juga, Yuki, kau setuju?"

Entah kenapa ekspresi wajah polos kakaknya membuat Yuki tersenyum, dia pun berhenti menangis dan ikut memukuli Ryo seperti yang Ify lakukan. Setelah melihat Ryo mulai kesakitan dan menyerah, mereka pun berhenti.

Kazune sedikit heran dengan respon Yuki, tapi sepertinya ini pertanda baik. Mungkin, Miyuki sudah mengikhlaskan Ryo untuk kakaknya. Dan bentuk pukulan tadi adalah pukulan ancaman bagi Ryo untuk jangan pernah menyakiti Ify.

"Arghh... Ampun, ampun!" ujar Ryo disela tawanya, pukulan pukulan yang dia terima lebih mirip seperti sebuah gelitikan dari Ify dan pukulan angin dari Yuki. Tak ada rasa sakit, yang ada justru menggelitik.

***

"Ayumi Hara?"

Kazune mengangguk mantap. Malam ini Ify menginap di rumah Kazune dan sudah mengirimkan surat keterangan ke sekolah untuk esok hari. Rencananya Ify ingin bolos sekolah dulu untuk menghabiskan waktunya bersama dengan Miyuki.

"Apa aku harus mengganti namaku dengan nama itu?" tanya Ify bimbang. Ayumi Hara adalah namanya yang sebenarnya. Menurut jurnal ibu Kazune, nama Fyka Sakura adalah nama samaran agar suatu saat ketika Ify datang ke Tokyo untuk menyusul ayah dan adiknya. Dia takkan ketahuan. Sepertinya ayahnya sudah merencanakan hal itu, mengingat bahwa kondisi Ibunya tak memungkinkan untuk ikut ke Tokyo juga.

"Terserah kau saja, tapi ada baiknya kau menggunakan nama itu dan menunjukkan pada nenekmu. Bahwa kalian berdua adalah bukti cinta dari Daichi Hara dan Eka."

Ify melirik ke arah Yuki yang tertidur di sofa dengan kepala yang bersandar di bahunya. "Tapi aku ingin membawa Yuki pulang ke Indonesia."

"Pulang?" tanya Kazune dengan suara yang mendadak berat. "Pulang ke mana? Bukankah Ibumu sudah tak ada?"

"Aku bisa melakukan apa saja, lagipula Ibu masih meninggalkan rumah sederhana untuk kami di Bandung."

Kazune terdiam, apa kalian tak bisa menetap di sini saja? Dan menjadi adikku untuk selamanya. Kata-kata itu hanya berani Kazune pendam dalam hati.

"Sebelum itu, kau harus ziarah ke makam Ayahmu dulu." Kazune sempat menyesali perkataannya. Seolah Kazune mengiyakan keputusan Ify untuk pulang ke Indonesia.

Ify ikut menyandarkan kepalanya di puncak kepala Yuki. "Bagaimana caranya? Bukankah ayahku dimakamkan di pemakaman keluarga Hara?"

Kazune tersenyum samar, "Ayahmu sangatlah pintar, Fy. Dia tidak meninggalkan kalian dengan tangan kosong." Kazune menyerahkan sebuah map pada Ify dan gadis itu membukanya perlahan. "Ayahmu ingin kau menjadi penerus Hara Grup suatu hari nanti."

"Apa?!"̒

BERSAMBUNG

Yeay, tinggal last part dan Epilog! Cerita ini akan tamat. Ditunggu terus ya sampai akhir kisah, makasih.

☆ヘ(^_^ヘ) Ditunggu tanda bintang & komentar kalian ya

See you next part!

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro