EPILOG

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Ayumi tersenyum haru melihat ke arah adiknya yang menatap nisan ibu mereka dengan pandangan rindu. Ternyata tanpa Kazune ketahui, sejak lama Miyuki sudah mengetahui bahwa dia adalah anggota keluarga Hara, bukan adik kandung pria itu. Hanya saja Miyuki tak memberi tahu Kazune dan diam-diam juga mencari kakaknya dengan sering pergi keluar, melukis di alam bebas.

"Yuki," panggil Yumi, membuat lamunan Yuki pun sirna. Yuki membalas senyum kakaknya, "Kau masih ingin di sini?"

Yuki berpikir, dia menoleh ke nisan ibunya.

Aku harus kembali, Bu, kakak dan aku harus menghadiri acara peresmian kami.

Tangan Yuki mengusap lembut nisan ibunya sekali lagi, kemudian berdiri. Dia pun memberikan isyarat pada kakaknya.

"Sungguh? Peresmiannya kan baru lusa, kita bisa lebih lama di sini jika−"

Yuki segera menggeleng.

"Baiklah, ayo kita pulang."

Ayumi dan Yuki pun bergandengan menyusuri jalan. Meninggalkan nisan ibunya yang terpatri abadi di negeri kelahirannya, Miyuki serta Ayumi. Indonesia.

***

"Oppa!"

Via dan Ashilla yang berdiri tidak jauh pun saling tatap. Mereka saling berpandangan heran, kenapa mereka bisa menyebutkan nama panggilan yang sama. Sementara orang yang Via maksudkan adalah Alvin yang tengah berjalan menghampirnya bersama mantan bosnya, Daniel. "Siapa kau?" tanya Via dengan mata setajam elang.

Ashilla yang menyadari bahwa yang menanyainya adalah Siren Victoria−kekasih serta model abadi Alvin dalam setiap photo session−pun hanya tersenyum penuh arti.

"Adik sepupuku, Via. Dia Ashilla Kim," jawab Alvin kalem dengan tiba-tiba.

"Kenapa kau tak pernah menceritakannya padaku?" tanya Via penuh rasa cemburu.

"Aku sudah cerita, kan, sekarang?" Alvin segera merangkul gadis itu untuk menunjukkan bahwa model yang mulai terkenal ini adalah miliknya. "Aku yang harusnya cemburu, lihat berapa banyak laki-laki yang melirik ke arahmu?" bisik Alvin dan menggerakkan dagunya ke arah para pria yang mencuri pandang ke arah Via.

Pipi Via merona mendengar ucapan Alvin, pria ini benar-benar tahu bagaimana cara meredam amarahnya.

Ashilla dan Daniel yang melihat kemesraan itu hanya bisa tertawa kecil. Apalagi setelah tahu bahwa gadis yang dirangkul kakak sepupunya dulu sempat mengagumi Daniel.

"Oppa, aku juga ingin dirangkul seperti itu," gumam Ashilla dan memandang penuh harap ke arah Daniel.

Daniel berdeham sekali dan menarik napasnya pelan, "Aku tak bisa memenuhi permintaanmu kali ini, Ashilla."

"Atau kau mau aku merangkul Ryo saja?"

Berhasil. Daniel segera menarik lengan Ashilla yang hendak berjalan ke arah Ryo dan menggenggam tangan gadis itu. "Jangan coba-coba," tandas Daniel.

Ashilla tersenyum puas, "Pertahankan sikap mudah cemburumu pada Ryo, Oppa, karena aku menyukainya."

Daniel mendengus melihat wajah Ashilla yang tersenyum puas.

***

Malam ini Ayumi mengenakan sebuah gaun berwarna abu-abu dengan pita di pinggang sebelah kiri dan model rok bertumpuk di bagian bawah. Rambutnya digerai dan dibuat bergelombang.

"Kau siap?"

Ayumi menoleh dan mendapati Ryo tengah berdiri persis di belakangnya. Gadis itu pun tersenyum masam dan mendesah. Melihat keraguan di wajah Ayumi membuat Ryo khawatir.

"Aku sudah bilang jangan lakukan ini, seharusnya saat rapat direksi kau tidak mengiyakan isi dari surat wasiat itu." Tangan Ryo mengusap bahu Ayumi yang terbuka.

"Aku takut, Ryo."

"Takut apa?"

"Takut semuanya tidak sesuai rencanaku semalam, aku takut aku melupakan hafalanku."

Ryo terkekeh, "Kau membuat pidato?" Tawa Ryo semakin renyah saat wanita itu menganggukkan kepalanya.

"Aku justru ingin semuanya tidak sesuai rencanamu." Ayumi mendelik. "Aku ingin semuanya sesuai rencana Tuhan, kemudian kau akan bahagia. Aku bahagia. Kita semua bahagia."

Mata Ayumi mengerjap.

"Aku menyukai sesuatu yang tidak ada di rencanaku. Termasuk bertemu denganmu."

"Kalau itu aku juga menyukainya," jawab Ayumi kesal. "Aku−"

Hening. Ayumi begitu terkejut saat tahu Ryo kini tengah berlutut di hadapannya dan menatap mata Ayumi dengan penuh keseriusan. Ryo kini merogoh saku jasnya dan mengeluarkan sebuah kotak merah. Degup jantung Ayumi sudah begitu cepat, hingga rasanya semua hafalan yang susah payah Ayumi ingat hilang begitu saja.

"Aku akan melakukan ini di atas panggung, aku harap kau tak terkejut dan melupakan hafalanmu," kata Ryo santai dan kembali berdiri. Dia pun membalikkan tubuhnya sambil menahan senyum.

"Hei, Ryo, kau!" seru Ayumi tak tahan. "Arhss..."

TAMAT

25 Oktober 2017
Mungkin agak terlambat, karena RFM Anniv itu kemarin, tapi biarlah. Anggap saja ini hadiah dariku untuk ICL dan RFM semua.

Yey!!!
Terus baca karya-karyaku ya!
Masih ada dua karya yang bisa kalian nikmati lho...

See you in other story!

Jika berkenan, silakan tinggalkan kesan dan pesan kalian buat kisah ini ya, kutunggu lho! ヽ(´▽`)/

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro