WU's Adventures - Genre Romance

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Ditulis oleh:
KagayakiMiHa

Note: niatnya mau nistain Pak Kemen, tapi aku malah nistain diriku sendiri muehehehe. Terus, teruntuk Ipi dan Natalia, maafkan aku! //kabur

Teruntuk siapapun pokoknya yang kutulis namanya di sini, tolong maafkan diriku yang absurd ini. Aku hanya virus kecil yang terbang di udara //hah

Disclaimer, cerita yang jadi latar di sini itu nggak ada, murni ala-ala. Tapi, ya, setidaknya memang pernah kulihat ada cerita nyasar gitu hehe—ada lah ya ngga usah dibahas yang mananya. Enjoy! Btw lagi, maaf agak garing lol.

[Welcome back in WU Wonderland, our proud Agent (Selvi)!]

Gadis itu melihat pemberitahuan dari hologram kecil yang muncul di hadapannya, lalu tersenyum manis. Ia meraih karet gelang dan mengikat rambutnya menjadi kuncir satu, kemudian berjalan dengan antusias ke arah bangunan bertingkat seperti istana setelah memberikan kartu pengenalnya ke dua buah manekin setinggi tiga meter yang mengenakan baju pengawal abad pertengahan.

Pintu yang dihiasi dengan huruf WU di tengahnya itu otomatis terbuka dan ia langsung bergegas masuk. Sebuah ruangan megah dengan didominasi warna keemasan dan dekorasi yang elegan—namun berhasil menciptakan kesan ceria sekaligus menghangatkan—menyambutnya.

Rasa nostalgia ketika menginjakkan kaki di salah satu anak tangga yang berdiri kokoh di tengah ruangan membuatnya berhenti. Ia mengedarkan pandangan dan mengingat ratusan hari lalu saat ruangan ini masih dihiasi oleh pesan-pesan virtual dari setiap penghuninya.

Dua tahun lebih. Ia tersenyum masam.

“Selvi?”

Ia terkesiap dan langsung membalikkan badan. Seorang perempuan yang menggunakan kacamata dan sedikit lebih tua darinya melambaikan tangan, mensejajarkan diri sehingga keduanya saling berhadapan.

“Hai, Selvi. Sudah lama nggak ketemu, ya?” sapanya tenang, namun kebahagiaan terlihat jelas dalam manik hitam di balik bingkai itu. “Apa kabar?”

Gadis yang dipanggil Selvi itu tersenyum lebar. Ia mengangguk dan menjawab dengan rasa senang yang sama, “Baik, kok. Kalau Nat?”

Nat—nama lengkapnya Natalia—tersenyum tipis. Keduanya menaiki tangga tersebut berbarengan. “Masih sama kayak dulu, nggak banyak yang berubah, kok. Hanya sekarang aku makin tua.”

Selvi mengangguk paham. “Sama aku juga, hehe.”

Keduanya menjadi diam. Nat memang bukan orang yang pandai berbasa-basi dan Selvi yang pengertian memakluminya. Sebelum Selvi membuka pembicaraan lain karena suasana menjadi agak canggung, gadis berkacamata itu terlihat muram. Pandangannya tenggelam pada beberapa foto anggota WU yang berjajar di sisi ruangan, tatapannya penuh rindu.

Nat bergumam, “Aku bersyukur WU bisa hidup lagi.”

Selvi terhenyak. Selama ratusan hari kekosongan ini, ia selalu berharap WU kembali bangkit walaupun ia tidak pernah berharap banyak. Mengingat dua tahun yang lalu, suasana WU sangat ramai—dipenuhi oleh canda tawa dan diskusi yang membangun—juga menjadi salah satu sumber kebahagiaan kecilnya, ia juga sangat berlega hati karena semua ini bisa kembali menghiasi hari-harinya. Walaupun, ya, tidak seperti dulu.

Setelah keduanya saling diam dan tenggelam dalam pikiran masing-masing, tidak terasa mereka sudah sampai di depan pintu besar yang sudah tidak asing lagi. Di balik pintu ini, terdapat sang Ratu, salah satu pendiri WU.

Keduanya menahan napas secara tidak sadar, memandang haru Jade yang duduk di tengah ruangan dengan senyum lembutnya. Aura keibuan sangat kental di sekitarnya, ia masih sama seperti yang mereka ingat.

“Hai, Selvi! Hai juga, Nat!”

“Hai!”
“Hai, Jade.”

“Sudah lama, ya?” ucapnya basa-basi. “Gimana? Kalian sudah tahu tugas pertamanya, kan?” Entah bagaimana, tapi setiap penghuni WU sebenarnya tidak suka—pandai—basa-basi.

Keduanya mengangguk bersamaan.

[Quest: Review beberapa cerita di aliran tertentu]

[Username: Selvi (@drianivi)
Level        : Profesional
Class        : Event
Skill         : Diversion (lvl. 10 {max})
Attribute: Attack (lvl. 4), Stregth (lvl. 5), Durability (lvl. 3), Speed (lvl.9), Mana Capasity (lvl. 9), Cooldown (lvl. 3), ....

Quest: Review min. 2 cerita di aliran Romance]

[Username: Natalia (@HalfBloodElf)
Level       : Profesional
Class        : Materi, Seni
Skill         : Beast Transformation (lvl. 10 {max})
Attribute: Attack (lvl. 7), Strength (lvl 8), Durability (lvl. 6), Speed (lvl. 9), Damage (lvl. 9), Critical Hit (lvl. 8), ....

Quest: Review min. 2 cerita di aliran Romance]

Selvi dan Nat saling menatap satu sama lain, dengan pandangan penuh arti.

“Kalian dapatnya sama, ‘kan?” Jade mengangguk puas. Saat wanita itu melihat aliran apa yang kedua penghuni itu dapat, ia tidak bisa menyembunyikan tawa di bibirnya lagi. “Romance, ya?” bahunya berguncang pelan, “duh, sabar, ya.” Ia berdeham pelan. “Oh, ya. Sebentar lagi MiHa datang, kok.”

Aliran romance. Entah ada apa dengan aliran satu ini, tapi setiap anggota WU—bahkan yang mengaku menulis romance—paling menghindarinya untuk dibedah. Salah satu member berkata karena itu bukan cup of tea-nya, yang lain bilang lebih suka aliran lain, bahkan ada yang terang-terangan mencibir karena aliran romance hanya dipenuhi oleh konsep yang tidak realistis, banyak ngehalu, itu-itu saja, dan terkenal hanya karena ada adegan plus plus—jangan lupa daya tarik dari cover-covernya.

Selvi dan Natalia hanya bisa mengembuskan napas pasrah.

Hajar saja.

Tak lama setelah ketiganya menunggu, sebuah portal kecil timbul di samping Jade. Gerbang hitam seperti galaksi itu perlahan terburai dan memunculkan satu chibi yang langsung melesat untuk menerjang dua sosok yang dengan spontan merentangkan kedua tangannya.

“Ipi Ipi! Natalia Natalia!” Pipi empuk dan kemerahan itu mengelus keduanya bergantian. “Akhirnya kita ketemu lagi!”

Ketiganya tertawa bersama.

MiHa, salah satu pendiri WU yang saat ini tidak dalam bentuk aslinya dengan riang menyambut mereka semua. Chibi dengan mata bulat dan besar ini memiliki tinggi sekitar empat puluh senti dan merupakan avatar yang biasanya ia pakai ketika bertugas untuk memandu para penghuni lama maupun baru.

Setelah bercuap-cuap ria, mereka langsung berbaris di hadapan Jade lagi dengan tenang—MiHa terbang diapit keduanya.

“Kalau begitu, aku serahin semuanya sama kalian, ya!” ujar Jade berbarengan dengan MiHa yang mengeluarkan portal dimensi baru. “Good luck, guys!”

Seperti yang sudah dikatakan, penghuni WU tidak suka basa-basi bahkan di momen seperti ini. Apalagi membernya sudah biasa melakukannya tanpa perlu dipandu secara detail lagi.

Setelah sosok Jade yang mulai menghilang—tergantikan oleh gerlap-gerlip cahaya biru keunguan di dalam ruang kosong—mereka melayang sembari mengeteh dan makan beberapa cemilan virtual. Ketiganya sibuk mengobrol dengan asik, tidak ingat waktu. Kebanyakan tentang hal yang mereka lakukan dalam dua tahun terakhir ini.

Misi untuk menelaah dan menilai cerita-cerita di Wattpad—aliran romance— akan segera dimulai!

[START]        [REJECT]

* * *

[Story 1 (Uncompleted to Load)
Loading: 45%]

“Mih, Mih.” Gadis yang dikuncir satu itu meraih chibi MiHa yang berputar-putar di udara karena bosan. “Kalau member yang lain gimana?”

MiHa beroh ria. “Tenang. Mereka sudah bareng sama MiHi lain (panggilan MiHa untuk avatarnya sendiri) sebelum kalian datang, kok!”

Nat penasaran, “Siapa saja partner-partnernya?”

[Story 1 (Uncompleted to Load)
Loading: 67%]

“Philia sama Rin di aliran fantasi, Hai sama Jazzie di aliran petualangan, dan Pak Kemen sama Nozzie ....”

MiHi yang seharusnya tampak imut terlihat tersenyum ganjil, membuat dua penghuni ini agak ketakutan karena semua ide MiHa selalu absurd dan mengkhawatirkan kondisi dua penghuni terakhir tersebut.

Selvi bertanya agak ragu dan masih mempertahankan senyum tenangnya. “Mih, mereka nggak apa-apa, kan?”

“Nggak apa-apa, kok. Serius!”

Nat menjadi semakin tidak percaya. “Jangan bilang mereka masuk ... aliran thriller?”

Selvi merasakan lidahnya kelu. Untuk masuk cerita dengan genre thriller, penghuni WU tidak pernah ada satupun yang mengalaminya. Entah mungkin karena memang sengaja tidak didaftarkan atau memang sengaja ditolak—demi keselamatan setiap penghuni.

Kalian tahu, bertemu langsung dengan sosok psikopat bukan hal yang bagus.

“Nggak, kok. Setidaknya mereka masuk ke aliran yang tidak semenegangkan itu.”

Keduanya perlahan mengembuskan napas lega.

“Mereka masuk aliran horor.”

“Mih.”

“Iya, Ipi?”

“Nanti kamu kualat!—“

Ssst. Santai ae. Walaupun Pak Kemen sering nistain MiHa, ini semua murni kesalahan sistem dan tidak ada sangkut pautnya dengan dendam kesumat di antara kita. Ini—“

“Aku, kok, malah jadi mikir kalau ini semua ada sangkut pautnya, ya?”

“Nooo, Natalia. Ini beneran salah sistem karena baru dipakai lagi setelah sekian lama ....”

[Story 1 (Unclompeted to Load)
Loading: 94%]

“Kita semua cuma bisa berharap skill ‘Mbah Dukun Ngaku Babang Tampan Sedunia lvl. 10 {max}’ ngga berefek sampai lintas cerita,” ujar Nat serius.

Selvi mengangguk mantap. Ia pernah menjadi sasaran Pak Kemen ini yang untungnya lebih memilih mengirimkannya ke Nat dan MiHa. “Tapi, Mih. Tadi kamu bilang kalau ada kesalahan sistem? Itu ... gimana? Berarti ada kemungkinan—“

[Story 1 (Completed to Load)
Loading: 100%]

[Open the World]

[Log in Sucsess]

[Welcome,
Agent: Natalia, Selvi; Guide: MiHa—avatar number 4]

[We wi—zzz—h for your experience and g—oooot lak!]

“—kalau kita bakal ngehadapin beberapa masalah ....”

Ketiganya mematung di tengah lapang yang dipenuhi oleh manusia berpakaian putih abu-abu. Momen yang seharusnya berlangsung khidmat, sekarang berhenti mendadak sehingga menjadikannya adegan penuh kecanggungan. Entah darimana mulanya, tapi pasti ada satu sosok yang memecah keheningan dengan berteriak histeris. Semua orang di sana—baik tua maupun muda—langsung panik dan ada beberapa yang melesat maju untuk menangkap tiga orang yang datang secara tiba-tiba di pertengahan upacara bendera ini.

“Mih! Mih! Mih! Ayo lakuin sesuatu—WAAA.”
“Astaganaga.”
SYSTEM! EMERGENCY! HALLO? SYSTEM!!!—Hiyaaa.”

MiHa berhasil menghindar dengan elegan. Selvi yang biasanya terlihat tenang mulai panik dan mengguncang hebat ‘patung’ Nat.

Dengan bantuan sistem, ketiganya mengirim pesan penuh penyesalan ke sosok yang terjebak di aliran horor dan sedang bersembunyi di bawah kasur bersama remaja laki-laki sambil menahan napas.

Sialnya, pesan tersebut membuat kaget pria—yang mengaku tampan—ini sehingga tubuhnya membentur sisi atas, memecah keheningan yang sudah susah payah mereka buat. Pak Kemen dan Nozzie saling berpandangan.

“Pak ...,” cicit Nozzie lemah.

Pria yang dipanggil itu langsung mengumpat dalam hati— ia tidak ingat sudah berapa kali melakukannya sampai sekarang. Semua ini ia salahkan kepada sosok chibi yang sebelumnya berjuang bersama, dan akhirnya bergeletak tidak berdaya karena menjadi ‘pengorbanan’ agar keduanya bisa berhasil kabur dari sosok hantu yang memburu mereka juga tokoh utama.

“Pak, kenapa mereka bertiga minta maaf? Jangan-jangan Pak Kemen nyantet mereka lagi, ya?” Nozzie menggelengkan kepalanya. “Pak, ini ... kenapa nggak hantunya saja yang disantet, Pak?”

Shhh, ngaco kamu. Sejak kapan hantu bisa disantet!?”

“Tapi, Pak. MiHa, kan, sejenis virus atau alien. Kalau dia bisa, kenapa hantu nggak?”

Awalnya Pak Kemen ingin membantah hal tersebut, tapi mengingat MiHa memang seabsurd itu, dia jadi diam. “Yasudah. Ayo kita coba. Habis ini kita harus ngehidupin MiHi lagi biar bisa keluar.”

“Tapi, tokoh utamanya?”

“Nyerah, Bapak nyerah! Selama dia tokoh utama, nggak mungkin kalau nanti dia tiba-tiba mati.”

Peraturan utama cerita: tokoh utama meninggal, cerita selesai.

Nozzie akhirnya mengangguk patuh. “Oke. Nanti waktu sampai lobi, aku mau ngajuin kompensasi sama perbaikan sistem juga,” ujarnya lalu ia pun menggunakan skill Future Event Sight, keahlian yang membuatnya dapat menerka event-event penting dalam cerita sehingga remaja itu bisa memanfaatkannya untuk mencari celah melarikan diri.

Misi dadakan menyelamatkan MiHi yang tergeletak dan berguling-guling di lantai, dimulai!

* * *

MiHa, Selvi, dan Nat terkapar di salah satu lorong sekolah yang sepi karena jam kegiatan belajar-mengajar sedang berjalan. Ketiganya pucat pasi, kelelahan karena mengalami peristiwa yang tidak disangka-sangka sekaligus membuat mereka menjadi buronan dalam tempo singkat. Setelah sistem berjalan normal, bentuk fisik mereka di cerita ini berubah transparan serta kejadian barusan telah dihapus dari novelnya.

“Miha, aku mau nanya.”

“Iya? Ada apa, Nataliaku sayang?”

Gadis berkacamata itu—dan penghuni WU lain—sudah biasa mendengar kata ‘sayang’ dari sosok MiHa, jadi bukan hal aneh lagi. “Kok, kita ada di sekolahan? Bukannya seharusnya cerita ini masuk teenfiction, ya?”

Dua sosok lain saling berhadapan.

“Mungkin karena teen-fict masih masuk aliran romantis kali, Nat.” Selvi duduk lalu membenarkan ikat rambutnya. “Cuma, kan, bedanya dari target pasar saja.”

MiHa mengangguk kecil. “Mungkin karena ada ‘aspek romantisnya’, jadi sistemnya malah masukin kita ke sini.”

“Eh, tapi aku pernah nemu cerita tentang sekolahan yang di-tag romance, lho?”

“Masa, sih, Nat?” Selvi mengerjap pelan. “Ah, mungkin penulisnya saja yang lupa. Biasanya kalau cerita tentang kehidupan remaja gitu masuknya lebih pas ke teen-fict. Ya, kan, Mih?”

“Yap! Yasudah, ini bisa jadi bahan laporan kita juga hehe. MiHa juga barusan ngecek dan ternyata memang banyak, kok, yang ‘nyasar’ kayak gini. Jadi, yasudahlah, ya.”

Nat membenarkan kacamatanya. “Yasudah, kalau begitu. Ayo kita review plotnya.”

“Kay!”
“Ayo.”

[MiHa, Selvi, Nat has requested for ‘Reader Point of View’]

[Reader Point of View’s Property is Activated!]

[Bring the Hosts to Main Events]

[Story 1 (Proceed: 10%)]

“MIH! MIH! OH, TIDAK! OH, TIDAK!”

“MIHAAA! ASTAGANAGA!”

SYSTEM! Omaigad. Ini, sih, bukan salah sasaran target lagi! Ini SUDAH BEDA ALIRAN!!!”

“Kenapa kita ada di sini!!!” Selvi berteriak sambil berlari menjauhi kamar mandi. Saat ini, tokoh utama laki-lakinya bukan manusia. Iya, kalian nggak salah baca.

Bukan. Manusia.

Tapi, hantu.

Setan.

Ketiganya berhenti di balik rak buku di perpustakaan. MiHa berputar-putar di udara dan Selvi mengambil salah satu buku untuk dijadikan kipas darurat, tapi akhirnya memilih untuk menyimpannya lagi dengan hati-hati.

“Kenapa jadi gini?” gumam Nat sambil memeluk lututnya.

[Story 1 (Proceed: 21%)]

“Haha!” Nat tertawa hambar. Tubuhnya masih berlari dengan ekspresi datar. “Ini mungkin sterotip dari kebanyakan romance. Tokoh utama laki-laki hanya peduli dan baik ke tokoh utama perempuan.”

“IYA, TAPI, TOLONG! DI MANA STEROTIP TOKOH UTAMA LAKI-LAKI YANG SUMPER TAMPANNYA!”

Selvi masih tersenyum tenang, tapi matanya berkata lain. “Kenapa saat tokoh utama perempuannya pergi, dia harus berubah ke penampilan asli dan bukan dingin lagi ini mah, tapi udah kayak seram-seram menusuk gitu.”

[Story 1 (Proceed: 53%)]

“MIH! Kenapa jadi ada adegan ngebantai satu sekolah segala!?”

“....”

“AAA! NATALIA JANGAN NGEMATUNG TERUS, AYO LARI!” MiHa semakin histeris. “SYSTEM!!!”

[Story 1 (Proceed: 67%)]

“Miha, Selvi. Kurasa sampai di sini kebersamaan kita di cerita ini.”

“Nat!”
“NATALIA!!!”

Gadis berkacamata itu menggigit bibirnya, memalingkan wajah sehingga ia tidak bisa melihat dua sosok yang sama lemah dengan dirinya di belakang. “Cepat pergi! Aku bakal ngalihin tokoh utama wanita yang sudah kerasukan ini beberapa menit! Cepat!”

Sebelum keduanya menolak, Nat sudah melesat maju dan mengaktifkan skill Beast Transformation (lvl. 10 {max})-nya. Sosoknya kini berubah menjadi serigala besar berwana keperakan seperti sinar rembulan. Matanya yang biru memantulkan perubahan tubuh tokoh utama wanita yang terpelintir di sana sini dan merangkak di atas lantai. Tubuhnya menghadap ke bawah, sedangkan kepalanya terputar 180 derajat juga kedua bola matanya berubah menjadi hitam jelaga.

Pertarungan antara serigala setengah peri dengan makhluk jadi-jadian pun dimulai!

[Story 1 (Proceed: 71%)]

“Mih, gimana? Sudah bisa buka portalnya?”

Chibi MiHa yang sudah dipenuhi darah itu menggeleng pelan. Kepalanya yang mungil tertunduk dalam-dalam. “Belum, sistemnya masih error.”

Selvi mengembuskan napas panjang. Sekarang mereka berdua sudah berada di tempat lain dan melihat pertarungan Nat dari kejauhan. Sebenarnya skill Nat ini sangat keren, apalagi jika berada di aliran fantasi karena bisa berinteraksi langsung dengan adegan cerita dan menjadi boss terakhir yang tentu memiliki kekuatan yang sangat besar.

Hanya saja, karena dunia ini berlatar ‘kenyataan’ dan kekuatan gelap yang paling mendominasi di sini, wujud Nat yang dialiri oleh darah suci menjadi terbatas dan kali ini kekuatannya hanya sebanding seperti kekuatan para serigala umumnya. Tapi tenang, Nat sudah sangat profesional sehingga pertarungan ini bukan hal yang terlalu sulit baginya, namun tetap saja ia tidak bisa bertahan terlalu lama.

“Terus gimana, Mih?” Selvi menatap cemas Nat yang disabet oleh cambuk hitam dan tubuhnya yang ditarik oleh ratusan tangan yang muncul dari tanah. “Gimana caranya kita keluar dari cerita ini?”

Chibi MiHa terdiam. Aura ceria dan penuh semangat yang selalu ia pancarkan telah berubah serius dan dahinya sedikit berkerut. “MiHa kepikiran satu hal, yaitu untuk menuju akhir cerita ini.”

“Caranya?”

Jari imut itu menunjuk tubuh tokoh utama wanita yang menguarkan kegelapan di sekitarnya. “Dengan membunuh mereka bersamaan.”

Gadis berkuncir satu itu tertegun. Arah pandangnya mengikuti jari itu dan lidahnya terasa kelu. Sebenarnya ia pernah mengalami hal serupa seperti ini, di mana ia harus bertarung dengan beberapa monster untuk membantu mempermudah plot cerita—karena kebanyakan penulis terlalu fokus dengan adegan aksi yang bisa ditulis sampai beberapa chapter dan ia merasa perlu ‘memangkasnya’. Namun, itu adalah dirinya dua tahun yang lalu. Untuk menghadapi situasi yang tidak serupa namun sama ini, hatinya agak gamang.

“Tenang, Ipi!” MiHi tersenyum riang kembali. “Ada MiHa sama Natalia di sini, jadi Ipi jangan takut.”

“Aku nggak takut, kok, Mih.”

Bibir kecil itu tertawa renyah. “Iya deh, iya. Walaupun MiHa nggak bisa ngeaktifin skill secara maksimal, setidaknya MiHa masih bisa memanipulasi ruang dan waktu. Natalia juga hebat, terus Ipi juga! Aku yakin kita bisa!”

Di hatinya, Selvi merasakan ketenangan setelah mendengar kata-kata sederhana tersebut. Saat ini ia tidak sendirian, ada dua orang yang selalu menemaninya beberapa tahun terakhir dan ia paham betul bagaimana kehebatan masing-masing.

Setelah menetapkan hati, keduanya bergegas ke tempat Nat.

“Ipi, karena ada beberapa kesalahan sistem yang sangat fatal, MiHa nggak bisa memanipulasi ruang dan waktu terlalu banyak. Sekarang MiHa hanya bisa melakukannya dalam rentang area yang terbatas. MiHa akan coba memperlambat si Monster dan menekan skills menyebalkannya.” Sosok MiHa kecil menghilang seolah ditelan dimensi. “Ipi tahu apa yang harus Ipi lakukan. So, good luck!”

Selvi sudah penuh tekad, lalu dengan penuh konsentrasi mulai mengaktifkan skill-nya.

[Skill Diversion (lvl. 10) is Active!
Pemilik skill ini dapat membuat pengalihan/penyimpangan dalam suatu adegan. Hal ini terbatas kepada benda-benda mati dan tidak berlaku kepada tokoh-tokoh bernama. Dimohon menggunakannya secara bijak.]

Senyum tersungging di bibirnnya. Skill ini adalah skill yang ia peroleh ketika mendaftarkan diri sebagai divisi event. Ia sudah tidak asing dan tidak ragu menggunakannya.

[Skill sudah mencapai maximal! Seluruh area menjadi otoritas Anda sepenuhnya]

Ia berdoa dalam hati.

“Pohon-pohon jatuh! Tanah mencuat!” Dua perintah itu langsung terproses dan berhasil membantu Natalia menghalangi beberapa serangan fatal yang hampir melukainya. Selvi sekarang sudah berdiri di samping Nat.

“Selvi!” Nat berseru. “Kenapa kamu ...?”

“MiHa sama aku memutuskan untuk mengakhiri ceritanya sampai di sini,” katanya dengan tenang. “Bagaimana, bukan ide buruk, kan?”

Kedua mata biru berkedip, namun akhirnya Nat mengembuskan napas pasrah. “Sia-sia aku berusaha mengorbankan diri tadi. Padahal aku sudah kelihatan keren.”

Selvi terkekeh pelan. Dengan santai ia naik ke punggung Nat yang berwujud serigala memukau ini dan keduanya kembali menuju monster tersebut tak lama kemudian.

Skill diversion ini sebenarnya sangat kuat, tapi waktu pemulihannya sangat lama. Jadi, ia hanya bisa menggunakannya satu sampai tiga kali dalam satu cerita dan ini menyimpulkan bahwa momen saat ini memang krusial.

Dengan bantuan Selvi yang membantunya bertahan, Nat yang menjadi penyerang utama di pertempuran ini semakin lincah dan berhasil memberikan gigitan yang mematikan di salah satu tentakel hitam yang akhirnya menghilang. Total tentakelnya berjumlah sembilan dan suara monster yang menjerit kesakitan itu membuat keduanya yakin bahwa itulah titik lemahnya.

Nat melompat dan berputar di udara. Cambuk-cambuk berupa tentakel itu mencuat ke sana ke mari, menari-nari di sekeliling monsternya dan di bawah mereka terdapat ratusan tangan yang siap menenggelamkan keduanya ke dalam kegelapan kapan saja.

Gerakan makhluk jadi-jadian itu tiba-tiba melambat, disusul dengan terkurungnya para tangan tersebut dalam sebuah ruang kerlip kebiruan. Nat mendarat di atasnya dengan anggun, lalu melihat benda-benda di sekitar mereka bergerak patah-patah. Ini adalah salah satu kekuatan MiHa, pemanipulasi ruang dan waktu. Untuk mengaktifkan skill ini, ia harus menghabiskan banyak durasi di dimensi lain untuk persiapan sehingga baru bisa melakukannya.

Selvi dan Nat yang sudah tahu keadaan sudah berbalik ke tangan mereka kemudian bergegas ke depan tanpa membuang waktu lagi. Gadis berkuncir satu itu mengumpulkan batu-batu yang melayang menjadi tumpukan yang cukup tinggi dan Nat langsung meloncat dari puncak, memberikannya ketinggian yang cukup untuk mengasilkan momentum yang siap menghancurkan tubuh utama juga mengoyak tentakel yang tersisa.

Monster itu mengaum sangat keras. Darah hitam pekat menyembur dan Nat dengan mudah menghindarinya. Setelah tokoh utama meninggal, latar belakang yang menjadi pendukung adegan ini mulai retak dan berhambur menjadi kepingan kecil. Suara sistem terdengar tak lama kemudian, memecah keheningan yang muncul ketika cerita telah selesai.

[Story 1 (Proceed: 100%)]

[Congratulations! The hosts have just cleared the mission.]

[The Completed Story’s Review: 1/2 Story]

[Would you like to continue?]

System! Open personal chat!” seru MiHa berapi-api. Ketiganya sekarang sedang beristirahat di lobi—ruang di dalam portal seperti galaksi yang digunakan sebelum memasuki cerita.  Nat merapikan kacamata dan rambutnya, sedangkan Selvi langsung menyeduh teh.

[Hello! This is system! May I help you?]

System, explain this right now!—please?

[Dear, Guide MiHa avatar number 4, what is it to explain?]

OMG EXPLAIN—sebentar. Change to Bahasa.”

[Main system is changing the English Language to Bahasa
....
Perubahan selesai.]

“Sistem, dari awal kita masuk cerita, kok banyak hal aneh? Kenapa? Kamu sakit?”

[Pemandu MiHa, Yang terhormat. Dikarenakan sistem utama yang baru saja aktif setelah masa hiatus, beberapa kendala telah ditemukan dan masih diperbaiki.]

“Eh? Jadi semua tim juga kena?”

[Betul sekali.]

Miha mengembuskan napas kasar. Rasanya setelah keempat avatarnya bersatu nanti, ribuan memori yang bergabung dan dipenuhi nasib sialnya di perjalanan kali ini akan membuatnya sakit kepala. Dengan tidak minat, ia pun menutup obrolan pribadinya--karena sudah malas dengan sang sistem—lalu duduk di samping cangkir teh Selvi serta memakan beberapa kue kering di sana.

“Jadi, bukan kita doang, ya?” Nat memejamkan mata sembari bersandar di sofa. “Aku jadi khawatir sama yang lain.”

“Kita sebaiknya khawatir sama diri sendiri dulu, Nat. Kan, sebentar lagi kita harus pergi ke cerita yang berikutnya.” Selvi menyeruput teh dengan tenang, tapi wajahnya yang kelelahan terlihat jelas di sana.

“Kita harus istirahat dulu, Ipi.” Miha memandang gadis itu dengan tatapan penuh harap. “Ya?”

Selvi setuju.

“Sistem, berapa lama sampai masalahnya diperbaiki?”

[Guide MiHa, Yang tehormat. Sistem akan pulih dalam waktu 21:34 menit lagi]

“Apakah ada kompensasinya?” Kali ini Nat buka suara.

[Agen Natalia, Yang terhormat. Kami memberikan kebebasan untuk memilih kategori yang akan digunakan untuk memilih cerita berikutnya.]

“Bagus!” Selvi mulai semangat. “Aku mau cerita yang nggak terlalu berat, boleh? Plotnya jangan ribet-tibet.”

“Oh, ditambah tokoh utamanya ganteng mirip Shawn Mendes atau Thomas Brodie-Sangster.” Natalia tak kalah antusias. “Mirip cast mainstream kayak Sean O’pry juga boleh.”

“Kita perlu yang segar-segar. Kayak ‘roti sobek’ misalnya, ‘kan?”

Ketiganya tertawa kecil.

[Kami akan mencari cerita yang sesuai referensi untuk destinasi berikutnya. Terima kasih atas masukannya!]

* * *

Misi yang melibatkan seluruh penghuni WU sudah berakhir beberapa waktu yang lalu. Seorang gadis muda dengan aura ceria yang menguar di sekitarnya berjalan mantap di tangga itu kemudian menemui sosok yang sedari tadi menunggu kedatangannya.

“MiHa, selamat datang kembali!” Jade tersenyum lebar. “Gimana misi-misinya?”

MiHa dalam bentuk aslinya ini menggeleng, wajahnya benar-benar terlihat tidak baik. “Mungkin karena ini baru dilakukan lagi, jadi ada beberapa kendala.”

Sosok di hadapannya mengangguk paham. “Gimana dengan tim 4?”

Wajah MiHa terlihat pias seketika. “Kami gagal di cerita kedua.”

“Lho? Kenapa?”

Suara gadis itu seperti mencicit, “Karena kami kelelahan setelah menyelesaikan cerita pertama, kami akhirnya minta cerita yang plot-nya nggak rumit, dipenuhi pria tampan, dan ... ada roti sobek ....”

“???”

“Iya, ceritanya benar dari aliran romance, tapi ....”

“Kenapa? Kenapa?”

MiHa menutup wajahnya yang memerah dengan kedua tangan. “Kita malah masuk ke cerita plus-plus!!!”

“....”

“Aku—kami ternodai! Sudah mah plotnya hanya di sekitar itu! Argh!” kesal MiHa dengan mata berapi-api. “Kenapa ada yang buat cerita kayak gitu, sih!? Setidaknya tolong masukin itu ke konten dewasa!!! Terus eksplisit lagi! Terus ....”

Jade yang mendengarnya hanya tersenyum tenang. Diam-diam ia memukul kotak sistem utama cukup keras. “I see ....” Ia mengerjap pelan. “Tapi, kalian udah legal semua, kan, sekarang?”

“Iya kita sudah cukup umur jadi mungkin sistem malah masukin kita bertiga ke sana, tapi, kan!—“

Hari itu, WU Wonderland dipenuhi oleh keluh kesah setiap member—terutama MiHa. Untuk itu, kegiatan review kali ini sampai di sini saja dan ....

Sampai jumpa lagi!

Hai, para makhluk yang membaca cerita ini. Aku tahu ini nggak jelas banget kayak orangnya, tapi setidaknya diriku sudah berjuang.

Ini kucap cerita fantasi gagal, humor setengah-setengah, dan intinya emang nggak tahu apa—aku juga bingung. Yang pasti, seorang manusia yang sering disebut alien inilah penulisnya.

Sudah deh. Semoga terhibur?

Papoy!

16 Januari 2021

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro