[06]; Ngejar

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

The Royal; Bloody Dance
[06]; Ngejar

□□□□□

"Kayaknya gue tahu deh," sahut Minjoo.

Hwall menaikan sebelah alisnya, "Tahu apaan?"

Minjoo membuat gestur agar orang-orang di sekitarnya mendekat. Lalu cewek itu mulai menjabarkan semua pemikirannya.

"Yang Chenle undang, pasti anak-anak SMA Korea Selatan semua. Iya enggak?" Minjoo mengacungkan jarinya kearah Chenle. Chenle otomatis mengangguk.

"Dan disini tertulis, si vampir ini hobi nari sama pencipta tarian, berarti masuk akal dong dia anak klub dance? Yiren juga anak klub dance kan? Kaya, kalian ketemu kolerasinya ngak?"

Kedua mata GoWon membola. "Anjiir, otak lo encer gercep juga."

"Si vampir ini juga pendendam. Jadi dia ngebunuh Yiren karena dia dendam sama Yiren?" tukas Soobin. "Make sense, tapi kenapa kita juga kena?"

"Mungkin karna kita deket sama Yiren? Tapi cuma gue sih yang deket soalnya satu kelas," ujar Jeno.

Minjoo menoleh ke Chenle, "Lumba, lo deket sama Yiren? Kenapa ngundang dia?"

"Kak Daniel sama panitia OSIS minta semua anak diundang ke pesta gue, sekalian buat pengunguman kalo Kak Mingyu bakal pergi ke Jepang buat lomba dance, kaya semacem acara goodluck gitu," ujar Chenle.

"Dan lo mau-mau aja?" tanya Hwall. "Goblok ah, bisa aja Niel-niel itu gunain lo buat berlaku jahat. Atau ada anggota OSIS yang dendam sama Yiren dan gunain pesta lo!"

Chenle mengernyit, "Kok lo yang sewot sih?"

"Soalnya ini nyangkut hidup dan mati orang, Le."

"Tapi biasa aja muka lo. Kaya mau makan orang aja."

"Salah kalo gue mau makan lo? Lo ngeselin soalnya."

"Lo---"

Minjoo menggebrak meja. Chenle maupun Hwall langsung terdiam dan mengalihkan pandangan mereka ketika cewek Kim itu melirik mereka tajam.

"Mulai besok kita masuk sekolah. Saling hubungan satu sama lain, dan mulai cari pelakunya di sekolah."

Minjoo menoleh kearah Chenle, "Lo tetep di rumah, bapakmu yang ningrat itu nyuruh lo tetep di rumah. Kalo ada yang neror lo lagi tinggal hubungin polisi ama gue ama bapak lo."

Soobin mengangguk, "Kita buat grup, jadi gampang kalo ada satu orang yang ketemu clue lagi." Soobin mengeluarkan hapenya. "Kita cari clue di sekitar anak anak klub dance, GoWon, lo deket sama Heejin kan? Heejin anak klub dance, coba cari clue dari dia."

GoWon memasang senyum kecutnya, "Gue gak mau deket-deket dia, tapi bakal gue usahain."

"Ini nama grupnya mau apaan?" celetuk Hwall. "Lima Sekawan?"

"Kebanyakan baca novel sepuluh ribuan ya gini," ujar Soobin. "Nanti aja kita tentuin bareng-bareng, kalo masalah ini sudah selesai, dan kalo kita masih bareng."

□□□□□

"Min! Bener katanya Yiren dibunuh vampir?!"

Minjoo memutar kedua bola matanya jengah ketika Nancy bertanya kepadanya dengan wajah tidak santai.

Minjoo menghendikan bahunya sambil menggeser tubuh gempal Nancy, tapi Nancy masih menghalangi jalannya. "Jawab dulu elah, kepo gue!"

"I'm sorry, what did you say?" Minjoo melirik tajam kepada Nancy. Kepo? Kepo Nancy bilang? Oke ngak salah sebenarnya Nancy kepo. Tapi ngak segitu juga. Minjoo paling ngak suka masalah pribadinya di kepoin apalagi oleh Nancy---si lambe turah dari kelas XI IPA 1---menyebalkan rasanya.

Kematian Yiren pasti akan Nancy sangkut pautkan dengan Chenle. Habis itu pasti Chenle akan disangkut-pautkan dengannya. And Minjoo hate that.

"Gue kepo kenapa Yiren bisa mati, siapa yang bunuh, vampir betulan? Lo liat vampirnya? Vampirnya ganteng gak---"

"Mati aja lo." Minjoo menyingkirkan tubuh Nancy dengan sekali dorongan. Cewek blasteran itu limbung dan nyaris terjatuh, namun Felix yang entah dateng darimana menahannya. "Kasar amat lo! Pelit juga!" seru Nancy. "Awas lo! Orang pelit kuburannya sempit!"

Minjoo menatap Nancy malas sebelum berjalan keluar kelas meskipun bel tanda masuk telah berbunyi. Mood sekolahnya udah nguap ke udara.

"Ati-ati Nen. Orang kepo biasanya matinya cepet."

□□□□□

"Tumben amat bolos."

Jeno menoleh ketika mendapati Minjoo dan GoWon yang berdiri berjarak satu meter darinya. Jeno terkekeh sambil menutup kedua matanya, "Males, banyak yang gunjingin gua di kelas."

"Sok ikut campur lah, sok pahlawan lah, awas mati lah, kok belon masuk penjara sih? Gue kira lo yang bunuh." Jeno menghela nafasnya kemudian mengacak rambutnya. Minjoo melihat Jeno sebagai sosok yang frustasi kali ini. "Anak-anak kelas pada blangsak semua, jadi bolos gue."

"Sama," ujar GoWon sambil duduk di gazebo yang tersedia di atap sekolah.

"Kalian barengan kesini?" tanya Jeno. Minjoo mengangguk. "Pas gue jalan lewat lorong laboratorium, gue liat tu cewek di buli rombongannya Kim Hyunjin, gue tolongin lah."

Kedua mata Jeno melebar, kemudian sontak ia menoleh kearah GoWon yang mencibir. "Ngak nyangka gue, lo anak bulian," ujar cowok bermata garis itu.

GoWon mendecih, "Seneng dapet title kek gitu dari pangeran sekolah," ujarnya sinis.

Hh, Minjoo menghela nafasnya kemudian duduk di sebelah GoWon. Mereka bertiga memandang langit biru dari atap tanpa peduli bahwa mereka telah melewatkan pelajaran pertama sampai ketiga. Bodo amat, mereka udah pinter kok.

Saat Jeno hendak menutup kedua matanya dan tidur, tiba-tiba kerah seragamnya ditarik ke depan untuk duduk.

Pranggg!!!!

"Anjirr! Itu siapa woi!!" GoWon berteriak dan hendak melihat arah botol kaca yang terlempar itu datang. "Minjoo! Jagain Jeno! Gue ngejar orangnya!"

"Cewek goblok, ayo kejar Joo!" tukas Jeno sambil mengikuti GoWon yang mengikuti si pelaku. Meskipun ia masih sedikit kaget karena mukanya mungkin akan hancur kalo Minjoo ngak menariknya, tapi ia memaksakan dirinya untuk berlari.

□□□□□

Ps; drama banget elah ;")

pengen cepet ni ff habis, soalnya dikit yang tertarik hiks (drama elah)

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro