31. New Day

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Gadis masih terpekur melihat hasil pemeriksaannya hari itu. Tangannya gemetar melihat satu kata: Hamil.

Dia tidak pernah memperkirakan hal ini. Yang dia tahu, orang tidak bisa hamil dengan mudah. Orang yang sudah menikah pun harus berusaha dengan banyak cara untuk bisa memiliki anak, malahan ada yang sampai puluhan tahun menikah, tapi tidak juga mendapatkan anak yang diharapkan. Lalu, kenapa dia yang hanya melakukannya dalam satu malam saja bisa hamil?

Kane Walker masih berdiri di depannya. Lelaki itu masih setia menemaninya dan tidak mengganggunya dengan meminta agar lekas pergi dari ruang pemeriksaan. Dokter Dubois yang menangani pemeriksaan Gadis sudah membereskan klinik kecil di bawah tanah itu dan pergi dari tempat itu karena sudah terlalu malam, tapi Kane masih tetap menemani Gadis. 

Dia seperti melihat anaknya sendiri. Anak perempuannya juga hampir seusia Gadis. Kane tahu benar kalau dia akan hancur sekali kalau sampai anak itu hamil tanpa suami seperti yang terjadi pada Gadis saat ini. 

"Apa kau membutuhkan sesuatu?" tanya Kane setelah mereka satu jam berada di klinik itu.

Gadis mendongak menatap Kane. Dia berusaha bertanya pada diri sendiri apa yang dia butuhkan saat ini, sesuatu yang mungkin bisa dibawakan Kane untuknya. Namun, dia tidak merasa butuh apa pun. 

Ada suara dalam hatinya yang ingin meminta agar bayi di dalam perutnya dikeluarkan saja. Dia ingin melanjutkan hidup tanpa harus memikirkan manusia lainnya. Untuk hidup di sini saja dia harus banyak berlatih, bagaimana kalau dia harus merawat seorang bayi lagi?

Di sisi lain, dia sadar benar tidak mungkin membunuh bayi yang ternyata sudah beberapa bulan ada di dalam perutnya. Bayi itu memang masih belum berbentuk seperti bayi manusia, tapi dia sudah memiliki detak jantung. 

Dia melihat ke bawah, pada perutnya yang masih datar. Di dalam tubuhnya ada detak jantung lain yang tumbuh dari benih percintaannya bersama lelaki yang seharusnya tidak didekatinya. Rasa suka itu membuatnya menyeret bayi yang tidak berdosa dalam hidup yang menyedihkan ini.

"Gadis?" panggil Kane lagi. 

Gadis mendongak lagi. 

"Aku tidak akan mengganggumu, tapi ini sudah terlalu malam. Aku hanya ingin mengingatkanmu kalau kau butuh makan dan istirahat. Saat ini kau hidup untuk dua orang, dirimu sendiri dan bayi itu. Kau tidak bisa hanya diam saja semalam suntuk begini."

"Aku harus melakukan apa?" Gadis berkata seperti orang linglung. Dia memang tidak tahu apa yang harus dia lakukan.

Kane menyeret kursi untuk duduk di depan gadis muda itu. "Apa yang kaupikirkan saat ini?" tanya lelaki bertubuh tinggi besar itu.

Dengan jujur, Gadis menggeleng. "Tidak ada. Aku tidak memikirkan apa pun. Aku bingung."

"Kalau begitu, kau perlu minum air putih hangat dan berbaring. Kau bisa memikirkannya lagi besok. Bagaimana menurutmu?" Kane mencoba memosisikan diri sebagai ayah yang berusaha menenangkan anak gadisnya. 

Dia tahu tidak ada lagi yang bisa dilakukan selain menerima anak itu. Sebagai seorang ayah, dia tidak bisa membiarkan Gadis menggugurkan bayinya. Dia ingat benar bagaimana tangis istrinya saat mereka kehilangan anak kedua. Istrinya memegang janin pucat di tangannya dan menangisi anak itu. Berhari-hari istrinya menangisi anak mereka yang harus dikeluarkan karena istrinya mengalami luka parah dalam usaha pelarian mereka.

Tidak mungkin saat ini dia menyarankan pada Gadis untuk membuang anak di dalam kandungannya. Anak itu tidak salah. Anak itu hanya sebuah proses alamiah bernama takdir yang terjadi karena hubungan atas dasar kesadaran.

"Kau mencintainya?" tanya Kane dengan suara pelan, khawatir melukai hati gadis itu.

Gadis terdiam sebentar, lalu dia mengerjap dan meneteskan air mata. Dia ingin mengatakan kalau tadinya dia mencintainya, bahkan sampai sekarang pun dia masih mencintai Juan Butoijo, tapi dia tidak ingin menjadi pengkhianat di antara The Orders. Dia tidak ingin menyakiti kelompok yang telah begitu baik padanya dan menjaga perdamaian dunia.

Kane membungkuk agar matanya sejajar dengan mata Gadis. Dari pengalamannya menjadi ayah selama ini, cara ini memang merupakan cara terbaik untuk berbicara dengan anaknya, sekalipun anaknya dalam kondisi emosi yang buruk.

"Gadis, aku bisa mengerti kalau saat ini kau merasa tidak baik. Kau mungkin merasa tertekan dan bingung saat ini. Menurutku, sebaiknya kau tidak usah memikirkan apa pun dulu. Tidurlah dulu, Gadis. Tenangkan dirimu. Kau perlu sendirian dan beristirahat. Besok, setelah kau merasa lebih baik, baru pikirkan sesuatu."

Gadis masih belum bisa menelaah ucapan Kane, tapi dia juga tidak menolak sat Kane mengajaknya ke kamar. Dia diam saja saat Kane menyuruhnya berbaring di tempat tidur dan mematikan lampu. Namun, begitu sendirian, dia merasa seluruh hidupnya benar-benar tidak beres.

Dia menangis. Dia memanggil ibunya. Dia meminta maaf pada ibunya karena telah melakukan kesalahan yang sangat fatal. Seharusnya dia mengingat pesan ibunya untuk selalu menjaga diri, bahkan dari lelaki yang kelihatannya sangat baik. 

Kenapa dia lupa kalau setan-setan sering menampakkan diri dalam bentuk lelaki tampan yang membimbing manusia pada kesesatan?

"Tapi aku suka dia. Sampai sekarang aku tidak bisa melupakan dia. Aku ingin bersamanya lagi. Bagaimana ini? Apa yang harus kulakukan?" bisik Gadis pada kegelapan. 

Memiliki anak itu berarti selamanya memiliki bagian dari Juan. Namun, membunuh anak ini akan selamanya membuatnya menjadi pembunuh. Dia tidak akan mungkin bisa menghormati diri sendiri lagi jika sudah membunuh anak ini, anak yang besar di dalam dirinya sendiri.

Sebelum pagi tiba, dia keluar kamar dan buru-buru mencari Kane. Setelah melihat Kane yang sedang membaca kitab kecil di tangannya, dia langsung berkata, "Apa yang mungkin terjadi kalau aku membesarkan anak ini?"

Kane melihatnya sebentar dengan alis berkerut, lalu menjawab, "Kau akan melahirkan anak itu di sini dan semua orang di tempat ini akan menjadi ayah bagi anak itu. Kami semua akan membantumu menjaganya, apa pun jenis kelaminnya nanti."

Gadis melihat beberapa lelaki lain yang duduk di sekitar Kane dengan rasa malu. Tadinya hanya dia, Kane dan Dokter Dubois saja yang tahu tentang kehamilan ini, tapi sekarang semua orang tahu kondisinya. 

Beberapa orang melihat Kane dengan rasa ingin tahu. Mereka memang tidak yakin kalau anak yang dibicarakan Gadis adalah anak Kane. Menurut mereka, Kane tidak akan mungkin menyentuh gadis lain sembarangan. Selain memiliki keteguhan dalam agama, Kane juga masih setia pada istrinya yang sudah tiada.

"Apa itu akan menjadikanku ... murahan?" tanya gadis itu lagi.

Kane tersenyum. "Yang menjadikanmu murahan adalah sikapmu pada diri sendiri dan orang lain. Kau akan tetap menjadi gadis yang baik dan dilindungi di sini jika kau bisa bersikap baik. Kau akan menjadi gadis yang mungkin akan membawa masalah besar di sini jika kau menjadi gadis yang nakal."

Kane menutup kitabnya dan memegang dengan kedua tangan sambil menatap gadis muda itu.

"Gadis, beberapa di antara kami memiliki anak dan istri. Kami tahu benar bagaimana rasanya menjadi ayah. Kau sudah seperti anakku. Jika anak itu lahir, aku akan menganggapnya sebagai cucuku. Siapa pun ayahnya, tidaklah penting. Dia memiliki kau sebagai ibunya dan The Orders sebagai keluarga besarnya. Yang perlu kau tahu, sekalipun kami di sini sering disebut 40 penyamun, perampok, dan pembunuh, tapi kami memiliki cukup banyak ruang dalam hati untuk mencintai anakmu."

Gadis melihat Kane dengan tatapan penuh haru. Dia juga melihat laki-laki lain yang memang sudah seperti keluarganya di depannya. Mereka semua tersenyum padanya. Beberapa malah menggeleng seolah sudah bisa membayangkan tempat ini akan ramai dengan suara bayi. 

"Kalau kau membunuh anak di dalam perutmu itu, kau tidak akan tahu bagaimana kami mendidik seorang anak sebagai pejuang," ucap Danilson yang baru menarik lepas topi putih di kepalanya. "Aku sering membunuh orang, Gadis. Aku menembaki banyak sekali manusia, tapi aku tidak akan bisa menyakiti seorang bayi. Sekalipun kau belum melihat dan belum memiliki ikatan dengan janin itu, tapi tetap saja, janin itu milikmu. Janin itu bagian dari dirimu. Membunuhnya akan sama kejamnya dengan memutilasi tanganmu sendiri."

Gadis menangis tergugu. Dia sampai duduk lemas di lantai karena ucapan dua lelaki itu. Dia tidak menyangka akan mendapatkan kekuatan dari laki-laki yang selama ini dia pikir tidak memiliki sisi lembut sama sekali. 

"Sepertinya, kita harus merayakan hari baru ini. Kita akan mengubah satu kamar menjadi kamar bayi dan memberikan Gadis tugas untuk lebih banyak tidur dan berolahraga agar proses kelahirannya bisa lancar," kata Kane lagi. "Aku pernah membantu kelahiran anak pertamaku dan itu sangat sulit. Kau harus banyak berolahraga hingga sampai pada hari itu.

"Terima kasih, Kane. Terima kasih untuk kalian semua. Aku ... andai aku bisa membalas yang kalian lakukan hari ini padaku ... terima kasih banyak," ucap Gadis dengan suara yang tidak jelas karena dia sesenggukan.

Itu bukan tangis kesedihan lagi. Itu adalah air mata kebahagiaan dan harapan untuk hari baru demi anak yang dia yakin akan dia cintai sepenuh hati.

***

Catatan Penulis

Halo, Little Bees!

Maaf banget saya baru update Gadis lagi. Saya benar-benar hectic kemarin ditambah kondisi badan lagi nggak enak juga. Sekarang alhamdulillah sudah lebih semangat, makanya saya share nih cerita yang kalian tunggu-tunggu.

Buat yang baca Selingkuhan Nyonya Muda di Fizzo, sudah tahu kan gimana The Order sejak zaman dulu itu?

Kira-kira Emir ke mana ya sampai nggak ada di The Order yang sekarang? Apa dia sudah terlalu tua dan meninggal? 

Yang mau kenalan sama cowok tampan nan soleh, bisa melipir ke Fizzo, ya. Pemimpin The Order sebelum Kane ini ganteng banget. Hihihi...

See you next part, Bees.

Mohon doanya ya biar bisa update lagi minggu depan.

Love,

Honey Dee

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro