Chapter 13: Ayam Jantan - Ultra Magnus

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Dahulu kala menurut sebuah cerita yang selalu diingat para hewan di Desa Pinus, dahulu ada seekor elang besar bernama Timey Elescafator. Timey sang elang, sangat lah jahat, dia datang dari hutan di timur yang ditumbuhi tanaman buah bery yang sangat rimbun. timey muncul di desa pinus dan menangkap seekor anak ayam, namun dia sial hari itu, karena dia menangkap anak ayam bernama Littel Magnus, Magnus adalah anak ayam pemberani, saat ditangkap dia tidak berciap malah mematuki kaki Timey. Timey terbang ke hutam timur tempat dia bersarang, namun menurut cerita, Magnus terus mematuk kakinya sampai bengkak sehinga anak ayam terlepas dan jatuh kehutan, lalu sialnya, anak ayam kecil itu jatuh kesarang serigala.

Tapi anak ayam ini begitu lucu, mengemaskan dan berjalan dengan kakinya yang kecil. Si anak ayam melihat dengan kebingung, namun dia tidak takut dengan para serigala. Dengan mata kecilnya yang hitam, dia membalas semua tatapan tajam dan ganas para serigala. Serigala alfa bernama Crome Hille menjadikanya sebagai angota kawanan.

Crome melatih si anak ayam menjadi sekuat serigala, supaya kelak dia tidak digangu oleh musang, elang, dan ular. Dia dilatih bertarung sunguhan. Sampai dia menjadi ayam jantan hitam besar, dan merubah namanya menjadi Ultra Magnus atau sering dikenal sebagai Magnus the Wolf atau Wolfnus (Wolf- Magnus).

Magnus adalah ayam jawara setempat, konok baru dua hari dia kembali ke desa, banyak ayam jantan sok jago dihajar olehnya. Elang Cell Mantor yang terhormat harus memberi hormat padanya setelah dikalahkan oleh ayam jantan Magnus. Lalu ular wering Candidus ditendak jatuh terbang melayang bermeter-meter oleh Magnus, setelah kejadian itu Candidua hanya berani keluar saat malam hari. Musang Vinel Gopeal, dipergoki oleh Magnus sedang makan mie instan dengan campuran nasi, dia terkejut dan terbatuk-batuk menyemburkan mie dan nasi kesana kemari, setelah itu Vinel tidak berani menujukan hidung musangnya lagi di Desa Pinus.

Para ular dan elang akan kabur pontang panting apa bila melihat jambul hitan Magnus. Magnus ayam besar hitam. Seluruh tubuhnya berwarna hitam, mulai dari bulu, kulit, cakar paruh, dan matanya berwarna hitam. Sea juga berwarna hitam kecuali kedua mata bulatnya yang berwarna hijau kacang polong.

Hari ini Sea si kucing nakal benar-benar kena batunya. Magnus dengan cepat tanpa berkokok atau mengibasakan sayap langsung menendang Sea dengan kaki ayamnya yang kuat, Sea tidak bisa menghindar dia jatuh terguling-guling. Beberapa bulu Sea menjadi kusam, tendangan Magnus tadi mendarat di bahu kanannya Sea, tidak sakit tapi Sea sangat terkejut.

Serangan Magnus kembali lagi, dengan caker ayamnya, dia mengores dahi Sea seperti silet, Sea lagi-lagi tidak bisa menghindar, dahinya tergores dan luka. Belum lagi Sea mengosok dahinya yang berdarah, Magnus menendangnya lagi dan Sea terpelanting ke tanah.

Melihat itu ayam-ayam dan para kalkun berbunyi dengan berisik, mereka heboh kehirangan melihat Sea dihajar oleh Magnus. Tapi Magnus yang merasa tergangu oleh suara mereka. Magnus mengepak-ngepakan sayapnya sambil berkokok nyaring, namun tiba-tiba ada sesuatu pukulan sekaligus cakaran mendarat ke wajah Magnus, Magnus si ayam besar terjatuh dengan posisi tiarap. Melihat kejadian mengejutkan itu ayam-ayam, para kalkun, dan Sea terdiam dengan mata melotot dan mulut menganga, mereka terkejut tak bisa bicara seolah paruh dan mulut mereka lumer seperti mentega.

Bell sambil menyipitkan mata dan mengembungkan pipi baru saja memukul Magnua sampai jatuh tiarap seperti seekor komodo.

"Kakak, ayam ini nakal jadi ku pukul saja." Bell memang ahli kecepatan dan serangan cepat, saking cepatnya Magnus tidak sadar diserang oleh Bell.

"Yeee," teriak si anak ayam Burik. "Ayam jahat!"

"Bagus," kata Sea yang kini bergerak akan melakukan serangan ke arah Magnus.

Magnus terlihat bingung namun berusaha memahami apa yang sebenaranya terjadi. Saat Magnus sedang mencoba berdiri, dan berhadapan dengan Bell si adik kucing yang terus mengeong-ngeong manis dari tadi. Sea langsung bergegas menyerangnya, tapi tiba-tiba sesosok makhluk besar menghalanginya.

"Sabar anak kucing," kata Everman Lastdrox sang kalkun jantan besar dengan bulu lebat dan jenger merah panjang menjuntai dan bergoyang.

Sea sangat tidak senang denganya, Everman berbau sayuran dan bercampur bau kaos kaki di bulan desember.

"Aku lawan mu kucing!," kata Everman penuh semangat yang kini berada dihadapan Sea seperti bulldozer.

Candidus muncul didekat sungai kecil di seberang jalan didepan rumah Melinda. Bertapa kagetnya Candidus saat melihat keadaan halaman rumah Melinda.

"Para ayam-ayam dan kalukun sialan itu," katanya mendesis marah. "Dan mengapa harus ada kucing-kucing sialan itu lagi!"

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro