Chapter 14: Tupai- Quiser Armadilo

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Hei hei mari kemari Do!
Nyanyikan dengan irama Re!
Menari lalu melompat ke MI!
Lalu mengembungkan pipi dan berteriak PA!
Lalu kau kentut sampai berbunyi SOl!
La la la! La la la!,
Dan tutup hidungmu dengan isolasi, dan teriakan SI!

Nanyian konyol si tupai bernama Quiser Armadilo. Si tupai yang mengaku separuh tringiling separu tupai, dia nampak senang hari ini. Sang tupai naik ke sebuah pohon nangka tepat di halaman rumah Melinda, si tupai nampak ceria dan terus bernyanyi dengan riang.

Bergembira Do!

Begitulah Re!

Sukaria Mi!

Tersenyum lah Pa!

Begitu senang Sol!

Jangan sedih La!

Harus jaga kesehatan Si!

makan yang banyak Do!

Dan aku situpai setengah Armadilo.

Dia bernyanyi tanpa tahu dibawah ada keributan. Nyaayianya semakin nyaring saat dia mencium bau harum buah nangka yang masak langsung dari pohon. Quiser bisa saja mengoyak kulit nangka dan mengambil dagingnya, namun Quiser benar-benar pemalas, dia mengigit batang buah nangka dedikit-sedikit, tapi setiap beberapa gigitan dia harus meludah akibat getah nangka. Dia melalukan itu agar buah jatuh kebawah, dan bahayanya buah nangka itu sebesar dan seberat galon air mineral ukuran 19 liter, tupai konyol.

Sementara itu di bawah pohon nangka, Magnus sedang berhadapan dengan Bell dan Everman melawan Sea.

Magnus tiba-tiba menyerang Bell dengan taji ayamnya, namun Bell secepat angin dan seringan bulu melompat kedekat pohon nangka dengam mudah, dia berhasil menghindari serangan Magnus yang cepat.

Sementara itu Sea nampak cemas melihat Bell melawan Magnus yang kuat juga cepat, tiba-tiba Evermen menyerang Sea dengan tendangan kalkunya. Sea sempat melihat pergerakat tendangan itu, tapi tidak sempat menghindar namun Sea sempat mencakar paha kalkun Everman, Sea terjatuh terguling-guling, sementara paha Everman yang dicakar Sea terasa perih seakan ingin lepas.

"Dasar anak kucing garong, sakit, aduh!" rintih Everman.

Sementara di atas pohon gigitan tupai Quiser menjadi-jadi, buah nangka besar akhirnya jatuh kebawah dan menimpa sesuatu. Terlihat beberapa bulu ayam berterbangan keudara, beberapa ayam betina pingsan dan roboh tak percaya, Sea pun melotot dengan mulut mengganga, Everman pingsan melihat hal itu, dia tergeletak tak berdaya seperti tumpukan daun murbey berbau sayur dan kaos kaki.

Bell menyipitkan matanya, buah nangka itu jatuh di depannya.

"kakak, lihat buah nangka besar dan harum."

Sea melihat keatas pohon, seekor tupai konyol bersiul sambil menyandarkan diri dibatang besar pohon nangka.

"Hoi!, hati-hati menjatuhkan buahnya!," teriak Sea pada tupai.

"Tapi kurasa kalian baik-baik saja," kata Quiser.

"Apanya yang baik!" teriak si Burik.

"Kakak, ayamnya tidak bergerak," Kata Bell pada Sea sambil memperhatikan Magnus tak bergerak tertimpa buah nangka, leher Magnus si ayam jantan patah, buah nangka itu benar-benar berat, Magnus tewas karena tertimpa buah nangka konyol itu, dan itu karena tupai konyol.

"Kau harus bertangung jawab!," teriak Sea pada Quiser diatas pohon.

"Mengapa aku harus bertangung jawab? Kejadian ini hanya kecelakaan kerja biasa," jawab Quiser dengan konyol dan santai. "Kesalahan prosedur umum."

Candidus melihat hal itu tidak percaya, dia melihat dibalik semak di dekat sungai.

"Buah nangka konyol itu, dan tupai konyol yang payah itu!" desis Candidus.

Sea akhirnya bosan dengan masalah buah nangka yang jatuh, dia mulai bicara pada ayam dan para kalkun. Sea mengklaim bahwa halaman dan jalan besar didepan adalah wilayahnya, dan tidak boleh ada lagi binatang yang lewat membuat kekacauan di wilayahnya, para ayam betina sempat perotes, tapi percuma, Sea tidak mau tahu, anak kucing keras kepala.

Kenakalan Sea belum berakhir, dia juga mengkalim halaman belakang rumah. Dengan paksa dia menyuruh Erik sang bunglon turun dari pohon loverbery, Sea mengklaim lagi bahwa wilayah belakang rumah adalah wilayahnya.

Tidak berhenti disitu saja, Sea juga menyatakan semak dibelakang rumah ibu Siska adalah wilayahnya, para ular perotes.

Edwart Smit sang ular piton merasa harus memberi kucing nakal tidak tahu diri itu pelajaran, degan kesal dia menerkam Sea, tapi yang terjadi padanya sunguh keterlaluan, tubuh Edwart penuh luka cakar, kepalanya benjol-benjol, dan lidahnya bengkak akibat cakaran dan gigitan Sea.

Para ular akhinya mengalah dan meningalkan semak, sementara seekor burung merpati bernama Holy Fill melihat kejadian itu, dia terbang kehutan timur yang begitu jauh dan menemui seekor kelinci hutan yang sangat jahil.

"Ada anak kucing nakal di desa pinus," kata Holy.

"Suruh saja para anjing helder penjaga desa, mengurus mereka," kata sang si kelinci.

"Tapi para kucing itu besar sekali dan nakal sekali," kata si merpati.

"Tapi aku ada janji dengan Flaying Beni. Begini saja, kalau urusan ku sudah selesai mereka akan ku tangani," kata sang kelinci.

"Terimakasih, Nicollo Bery."

Gawat Sea dan Bell dalam bahaya.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro