Path-35 : Life Disaster

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

"Maaf aku terlambat!" Aku membungkuk, menyentuh lutut, mencoba menopang tubuh karena merasa begitu lelah. Jantungku berderu begitu cepat, peluh membanjiri tubuhku. Seragamku telah kusut karena berlari.

Master Joule di hadapanku bersidekap tangan, menatapku dengan tatapan yang sulit kuartikan. Bukannya menanyakan kabarku atau apa, pria itu justru mulai mengomel, "Kau tahu ini sudah berapa lama?!"

"D-Dua bulan ...," aku menjawab ragu, "Mungkin lebih," lanjutku.

Master Joule memijat keningnya, menghela napas jengah. "Kau bilang sudah menemukan jawaban atas pertanyaanku sejak berbulan-bulan lalu, tapi kau baru datang hari ini, itupun aku yang meminta." Lirikkan matanya mengarah padaku, menatap sinis.

Aku menegup salivaku dengan susah payah. Canggung, hanya bisa menggaruk tengkukku sembari tersenyum bersalah. "M-Maaf," sesalku. "Banyak sekali hal yang terjadi, sampai aku lupa dengan semuanya."

"Hm, aku sudah dengar. Karena itu, aku memaafkanmu." Master Joule melemparkan sebotol jus ke arahku, kemudian kutangkap dengan sigap. "Minumlah, kau pasti lelah karena sudah berlari dari Sekolahmu ke sini."

Sejujurnya, kalimat terakhirnya sungguh menusukku. Tadi setelah menerima pesan dari Master Joule, aku segera berlari keluar dari sekolah, bahkan tanpa meminta izin terlebih dahulu. Nahas menimpaku, kereta terbang sedang dalam perbaikan dan saat ini belum bisa beroperasi. Awalnya aku terbang menggunakan sapu terbangku, dan kesialan kembali menimpaku. Seekor burung menabrakku, membuat keseimbanganku oleng dan terjatuh. Aku cukup beruntung karena berhasil menyelamatkan diri dengan mantra melayang, namun nasib sapu terbangku tidak. Sapu terbangku patah, mungkin karena kayunya sudah terlalu rapuh. Tidak mungkin bagiku melanjutkan perjalanan dengan menggunakan mantra melayang, karena hal itu akan menguras banyak energiku. Maka, kuputuskan untuk berlari selama sisa perjalanan.

Untung saja aku terjatuh saat sudah sampai di kerajaan Selatan, jadi aku hanya perlu berlari selama kurang lebih dua jam saja. Jika saja aku terjatuh saat masih di daerah Kerajaan Barat daya atau Barat, mungkin butuh sehari atau dua hari untuk sampai ke sini.

Untuk catatan, aku memasang mantra speed di sapu terbangku agar dapat terbang berkali-kali lebih cepat.

Kutebas habis sebotol jus pemberian Master Joula hanya dalam beberapa kali teguk. Rasanya begitu menyegarkan, mengalir begitu saja di tenggorokanku yang kering.

"Jadi, bisakah kau memberi tahuku jawabanmu?"

Aku menutup botol, meremasnya sembari merapalkan mantra pelebur. Botol di tanganku hancur begitu saja, menghilang dan melebur menjadi serpihan debu bercahaya. "Jawabanku ...," aku memberi jeda, mencoba meneguhkan hati, "Yang kuinginkan adalah hari esok!"

Master Joule masih menatapku, ekspresinya tidak berubah banyak. "Alasan?"

"Karena dengan adanya hari esok, akan muncul kesempatan baru. Kita bisa bertemu dengan orang-orang terkasih, juga memiliki kesempatan untuk memperbaiki semua kesalahan yang ada," jawabku mantap.

"Kau yakin?"

"Tentu saja!"

Master Joule terdiam. Perlahan, bibirnya menyunggingkan sebuah senyum yang tak pernah kusangka. "Sorot matamu saat ini, begitu berani. Aku puas akan jawabanmu. Kau sudah siap menerima skill terakhir dariku."

Sesuatu terasa mengembang di dadaku, merasa bangga karena telah dipuji oleh seseorang yang begitu kuhormati. "Terima kasih, Master!"

"Kena," Master Joule mengibaskan pelan tangannya. "Mendekatlah."

Aku berjalan mendekat, jantungku berdegup, perasaanku campur aduk. Antara senang, dan penasaran.

Master Joule mendekatkan bibirnya ke telinga kananku, lantas membisikkan sesuatu.

Jantungku terasa berhenti berkerja, pupil mataku mengecil karena terlalu terkejut. Master Joule melangkah mundur, tersenyum lembut.

Aku menatap tidak mengerti. "Apa maksudmu, Master?"

"Itulah skill terakhir yang kupunya, Kena. Sisanya, kuserahkan padamu," Master Joule meraih tasnya dari kursi taman, menyelempangkannya di bahu. "Kau mau menginap di tempatku? Istriku pasti akan senang kau berkunjung. Lagipula, sudah mulai gelap, dan kereta terbang sedang tidak beroperasi." Master Joule terdiam sesaat, "Atau kau mau memakai kristal teleportasi saja?"

Aku tersentak, detik berikutnya aku merasa telah menjadi manusia terbodoh sepanjang masa. Kristal teleportasi ... Kenapa aku tidak memikirkannya sejak awal?!

Tahu begitu, aku tidak perlu berlari tanpa henti selama dua jam!!

"Ah, lihat wajah masammu itu," Master Joule tertawa puas melihat diriku yang penuh dengan penyesalan. "Kecerobohanmu itu memang di luar batas, Kena. Ayo, ikut saja denganku. Siapa tahu masakkan istriku membuat suasana hatimu membaik." Pria itu mulai berjalan menjauh.

Aku mengacak rambutku, masih merasa kesal. Aku mengangguk, sepertinya saran dari Master Joule bukanlah ide buruk. Aku berlari kecil, mensejajarkan langkah dengan guru berpedangku itu. "Si kecil ada di rumah?" tanyaku, menanyakan keberadaan anak perempuan Master Joule.

Master Joule mengangguk, "Iya, hari ini Rui ada di rumah."

"Oke! Aku ikut!"

"Omong-omong, aku menonton pertarunganmu," Master Joule mengangguk-anggukan kepalanya, terlihat puas. "Syukurlah kau menguasai skill-skill yang kuajarkan kepadamu dengan baik."

"E-Eh? Bagaimana caramu masuk ke dalam? 'Kan harus memakai tiket masuk??"

"Wanda memberikan satu kepadaku, karena murid bodohku ini tidak memberikan tiket yang dimilikinya padaku," sindir pria itu.

Aku hanya bisa meringis, lagi-lagi menatap penuh rasa bersalah. "Maaf, aku tidak tahu kalau kau mau datang."

Master Joule menghela napas, menepuk pucuk kepalaku. "Tak apa, sudahlah lupakan saja. Lain kali, ajak aku, ya! Aku ini 'kan bisa menjadi walimu jika si kepala pelayanmu itu sibuk."

Aku tersenyum, "terima kasih, Master."

"Hm. Nah, sekarang ayo cepat! Istriku pasti sudah menunggu."

"Hehe, oke!"

Sepertinya menyegarkan otak sedikit tidak masalah ... bukan?

***

Aku kembali ke sekolah sedikit siang karena kelas senior memang diliburkan untuk persiapan ujian kelulusan yang akan diadakan besok.

Sesuai informasi dari Yura, ujian kelulusan kelas senior akan diadakan di luar sekolah, tepatnya di suatu pulau yang terdapat di wilayah kerajaan Barat. Kami akan menetap di sana selama kurang lebih tiga hari dua malam. Hari pertama akan digelarnya ujian tertulis, hari kedua akan ada ujian individu. Apa yang akan diuji masih belum jelas, dan sepertinya panitia pelaksana memang tidak berniat memberikan clue untuk apa yang diujikan.

Daftar perlengkapan yang harus dibawa telah dikirimkan melalui broadcast pocket, jadi saat ini aku tengah sibuk berkemas untuk besok.

Rasanya ada yang aneh di kamarku, seperti kurang sesuatu.

Setelah berpikir keras, akhirnya aku menyadari apa yang hilang itu.

Si hewan bulat gempal bodohku, Xia-xia.

Kemana dia? Kalau diingat-ingat, aku juga belum melihatnya belakangan ini. Rasanya aneh jika tidak bertengkar dengannya sehari saja.

Sungguh ironis, aku baru akan merasa kehilangan sesuatu saat sesuatu itu telah menghilang.

Ah, apa yang aku pikirkan? Kenapa pemikiranku menjadi serabutan seperti ini?

Setelah melipat baju terakhirku dan memasukkannya ke dalam koper, aku menekan tutup koper lantas menyerut reslettingnya karena memang bawaanku sedikit berlebih. Kuhela napas pelan, menatap langit-langit ruanganku yang berwarna putih polos.

Deg.

Aku refleks menyentuh dadaku yang tiba-tiba saja terasa nyeri. Kemarin, saat di rumah Master Joule, aku juga merasakan hal yang serupa. Kuharap, aku tidak terkena penyakit apapun yang menyerang sistem jantung.

Ah, tidak. Daripada penyakit, entah mengapa sekelebat firasat buruk segera menghantuiku.

Perasaanku tidak enak. Apa ada hal buruk yang terjadi?

Ting!

Aku terlonjak, tersentak kaget. Diam-diam, aku menghela napas lega. Ternyata suara barusan berasal dari pocket-ku yang menandakan ada pesan masuk.

Benar-benar, deh. Membuatku terkejut saja.

Aku mengaktifkan pocket-ku, lantas membuka pesan yang baru saja terkirim di sana.

Ah, ternyata dari Romeo. Katanya, besok pagi-pagi sekali aku dan murid senior lainnya sudah harus berkumpul di lapangan untuk pemberangkatan ke pulau.

Jika situasi jauh lebih baik, aku mungkin akan merasa senang dan begitu bersemangat. Sayangnya kondisi saat ini tidak memungkinkanku untuk merasa demikian. Banyak sekali hal yang harus kucemasi. Aku tak memiliki waktu untuk merasa senang, senyumpun mungkin tidak.

Bosan, kuputuskan untuk berjalan-jalan ke luar sebentar.

Tak ada yang menyenangkan di luar sini, hanya ada lorong asrama yang biasa kujumpai sehari-hari.

Langkahku terhenti. Aku berdiri menghadap balkon asrama lantai dua, menatap bosan pemandangan yang sudah melekat jelas di ingatan. Angin berhembus lembut, membuat rambutku yang terurai bebas menari-nari bersama hempasannya.

Matahari siang ini begitu terik, padahal ini sudah memasuki musim gugur. Mungkin hanya menunggu waktu hingga musim dingin tiba.

Dari kejauhan, dapat kulihat banyak orang yang sedang berlalu lalang do luar sana. Dari seragamnya, dapat kusimpulkan bahwa mereka berada di kelas basic--sedang melatih sapu terbang mereka.

Sesosok lelaki dari kejauhan mencuri perhatianku sejenak. Rambut merah, kulit putih pucat. Meski terlihat samat karena posisinya terlalu jauh, namun aku merasa familiar dengan orang itu.

Aku mengerjapkan mataku beberapa kali. Apakah itu ... Sena?

Ah, mana mungkin, 'kan? Aku belum mendapat kabar apapun dari Raja Raven, itu berarti Sena belum sadar.

Karena tak ada lagi yang dapat kulakukan, maka kuputuskan saja untuk kembali ke kamarku.

Dan ujian kelulusan pun, telah di depan mata.

***TBC***

A/N

Ehm, sekarang hari apa sih? Vara lupa.

Tanggal berapa sih sekarang? Vara lupa lagi.

//kode kerazzzz.

Oke, mari kita abaikan Vara yang gaje ini /plak.

Kena dan Sena belum ketemuan :(

Mungkin takdir belum mempertemukan mereka
(Padahal Vara yang ngerancang takdir mereka wkawkawkakk)

Btw, kalian maunya gimana? Mau Kena pindah shipping ke Leon atau tetep SeKen nih? Vara sih lebih prefer ke LeKen🐥
//digampar berjamaah.

Nggak, bercanda elah! Vara SeKen porepahhhh kok!

Udah ya, Vara lagi belajar nih, update diem-diem :v

Papayyyy

🐣🐤🐥

[Note: Eh, sorry tadi vara unpublish lagi wkwk, lupa kalo ada yg perlu di revisi.

Btw, kalian ada yang main MangaToon kah? Vara boleh minta tolong?

Jadi ceritanya Vara lagi ikut lomba di mangatoon, cerita Syndromes yang vara ikutsertain.

Jadi bagi kalian yang punya mangatoon, vara minta tolong yah hehe. Tolong like dan subs, kalau bisa di share juga heheheee.

Judulnya Syndromes. Di sana, ada beberapa bagian yg vara ubah. Jadi ga sama sama amat sama watty wkwk :v

Udah yaw, papayyy. Maaci!

Dont forget vote and comment!]

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro