Path-04

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Yura menarik napas panjang-panjang, mengira hidupnya akan berakhir seperti itu.

Berbeda halnya denganku, yang justru berdiri. Kedua tanganku terulur ke depan. Entah apa yang mengumpulkan keberanianku, yang jelas, aku akan tetap berdiri, untuk melindungi sahabatku.

Bongkahan es raksasa muncul begitu saja, menghalangi cahaya hitam pekat itu.

"Wah, wah ..."

"Takkan kubiarkan kamu untuk menyakiti sahabatku! Bahkan seujung rambut pun takkan aku biarkan!!"

Aku,

Berdiri disini,

Untuk melindungi sahabatku.

***School of Magic***

"Kekuatan yang hebat, sayang." Wanita itu tertawa puas. "Saat kembali nanti, aku pasti akan naik jabatan! HAHAHAHA!!"

Air mataku hampir saja jatuh, sudah berkali-kali aku mengeluarkan es untuk melindungi Yura dan diriku, es yang terkena sihir hitam itu tetap runtuh hanya dalam hitungan dua puluh detik.

Karena ceroboh, sihir hitam itu masuk melalui celah diantara es Kena. Sihir itu melesat lurus, hendak mengenai Yura.

"YURA!!" Sahutku.

"Jangan pernah mengalihkan pandanganmu saat perang, sayang." Entah sejak kapan, wanita itu berada satu meter di depanku. Tangannya terulur, sihir hitam keluar dari ujung tangannya.

Aku menutup mataku, inikah akhir dari hidupku?

Lima detik berlalu, tapi aku tidak merasakan apapun. Dengan sisa nyali yang kupunya, aku membuka mataku. Aku tercekat, pemandangan yang entah membuatku senang atau justru ngeri. Disana, miss Rosseline berdiri, mengunci pergerakan wanita menyeramkan itu.

Dapat kulihat, aku dan Yura seperti berada di dalam gelembung biru setengah lingkaran tipis, tapi karena itu aku dan Yura selamat.

"Miss Rosseline!" Sahut Yura kegirangan. "Kena! Itu ... miss Rosseline 'kan?"

"Kenapa miss ada di sini?"

Wajah cantik milik miss Rosseline mengembangkan seulas senyuman. "Tentu saja untuk menolong muridku."

"Ros ... se .." wanita yang ada di dalam kuncian miss Rosseline menyeringai kejam. "Dasar ... lagi-lagi kamu menghalangiku ..."

"Aku tidak akan membiarkan makhluk menjijikan sepertimu menyentuh muridku." Miss Rosseline mematahkan tangan wanita itu dalam hitungan detik.

Aku dan Yura hanya dapat meringis ngeri melihatnya. Kemudian, miss Rosseline tampak menumpahkan sebuah serbuk tepat diatas wanita itu. Beberapa saat kemudian, wanita menyeramkan itu berhenti meronta.

"Kalian berdua," panggil miss Rosseline sembari menjentikkan tangannya. Saat itu juga gelembung yang ada di sekitar kami menghilang. "Ayo kita pergi. Tak lama lagi, pasukan Dark Witch akan datang. Kalian takkan bisa selamat."

Miss Rosseline menggenggam tanganku dan tangan Yura. "Maafkan aku, tapi tempat kalian bukan disini."

"A, apa maksud miss?" Tanyaku dengan ragu. Perasaanku tidak enak.

Miss Rosseline tersenyum. "Kalian harus kembali ke dimensi sihir."

Saat itu juga, semuanya gelap.

***

Aku membuka mataku, kemudian mengerjap-ngerjap untuk beberapa saat, mencoba menyesuaikan dengan pencahayaan sekitar. Mataku menelusuri ruangan serba putih yang sangat asing di mataku. Tidak salah lagi, ini bukanlah area perkemahan yang kemarin. Seketika, aku teringat Yura. Aku sempat panik sesaat, ranjang yang aku tiduri diselaputi selaput es tipis, tapi kemudian aku menghela napas lega saat melihat Yura tertidur di ranjang sebelahku.

"Ah, kamu sudah sadar." Suara yang begitu familiar di telingaku terdengar begitu saja. Aku segera menoleh dan mendapati miss Rosseline di ambang pintu, dengan nampan berisi penuh makanan di tangannya. "Ayo, makanlah dulu. Kamu harus memulihkan energi."

Aku hanya mengangguk menurut. Aku tediam, menatap sesuatu yang disebut dengan makanan itu. Bentuknya seperti bubur, berwarna hitam, dan dengan potongan-potongan kotak entah apa. Aku meraih sendok, dan menyesap kecil makanan itu di ujung sendok. Seketika, senyumku mengembang. "Enak,"

Miss Rosseline tertawa. "Tentu saja, itu dibuat dengan cita rasa terbaik. Cepat habiskan makananmu, kamu harus istirahat di kamar. Kamu boleh memulai kelasmu besok pagi.

Aku termenung sesaat. "A, apa maksud miss?"

"Ah, maaf, aku lupa menjelaskan." Miss Rosseline duduk di tepi ranjang. "Kamu harus mendengarkan dengan seksama, oke?"

Aku mengangguk.

Kemudian, miss Rosseline memulai cerita. "Dunia ini terdiri dari tiga dimensi. Pertama dimensi manusia, kedua dimensi sihir, ketiga dimensi dimana iblis dan malaikat berada. Ketiga dimensi itu saling berdampingan, dan harus saling menjaga keseimbangan satu sama lain. Suatu saat, ada seorang iblis yang berkhianat. Maka, iblis itu dibuang ke dimensi sihir. Di dimensi ini, dia menculik para penyihir dan dijadikannya anak buah. Tujuannya adalah untuk menguasai dunia dan membalaskan dendamnya kepada para petinggi neraka dan surga."

"Tunggu, kenapa iblis itu dibuang? Kenapa tidak dibunuh saja kalau begitu??" Tanyaku heran.

"Karena pada dasarnya, iblis dan malaikat itu hidup abadi. Mereka hanya bisa mati jika jantung mereka ditusuk oleh belati keabadian. Tidak ada seorang pun yang mengetahui dimana letak belati itu, bahkan petinggi neraka dan surga sekalipun." Jelas miss Rosseline. "Dimensi dimana para iblis dan malaikat tinggal tidak bisa dimasuki sembarang orang. Sebab, selain itu dimensi tempat iblis dan malaikat tinggal, itu juga adalah tempat arwah manusia atau penyihir yang sudah tiada."

Aku mengangguk mengerti. "Lalu ... miss mencoba mengatakan bahwa aku harus mempercayai semua itu?"

Miss Rosseline mengangguk.

"Mempercayai semua dongeng itu?" Maksudku, ayolah ... siapa pula yang akan mempercayai semua itu? Sihir? Sapu terbang? Semua itu hanya ada di dalam dongeng.

"Kena, aku tahu semua ini sulit di percaya. Tapi, kumohon kamu harus percaya. Sekarang, kamu sudah ada di dimensi sihir, dan kamu harus melatih kekuatanmu itu." Miss Rosseline menatapku dengan tatapan yang bahkan tak bisa aku artikan.

"Lantas, jika aku berada disini, bagaimana dengan ibuku?"

"Maaf, Kena. Tapi, ibumu bukanlah orangtua kandungmu." Ujar miss Rosseline lirih.

Baru saja aku hendak membantah, seseorang membuka pintu dan masuk kedalam. Coba tebak apa, dia menaiki sapu dan terbang dengan ketinggian tiga puluh senti meter diatas permukaan tanah.

"Miss memanggil saya?" Tanya pria itu sambil turun dari atas sapunya.

Miss Rosseline tersenyum hangat. "Ah, Sena, tepat waktu."

"Aku pasti sudah gila." Aku tertawa getir, tanganku mengacak pelan rambutku dengan frustasi.

"Maaf, Kena. Sayangnya ini semua nyata." Miss Rosseline bangkit berdiri dan merapihkan roknya yang kusut. "Kena, ini Sena, dia yang akan menjadi patnermu mulai sekarang. Sena, aku mohon kamu untuk menjelaskan sisanya pada Kena, ya. Aku ada rapat hari ini." Ujar miss Rosseline.

"Eh, tunggu, lalu bagaimana dengan Yura?" Tanyaku.

"Tenang saja, aku yang akan menunggu Yura disini." Seorang gadis yang tampaknya lebih tinggi tiga senti dariku muncul dari ambang pintu. "Namaku Juliet, salam kenal. Aku patner temanmu itu."

Aku menunduk kecil. "Aku Kena, salam kenal juga. Mohon bantuannya."

Miss Rosseline tersenyum. "Baiklah, miss pergi dulu." Ujar miss Rosseline sebelum akhirnya menaiki sapu dan terbang pergi.

"Ayo," ujar lelaki yang kalau tidak salah bernama Sena itu dengan datar. Aku hanya mengekorinya, memulai tur pribadiku dengannya.

Sungguh, ini sama sekali tidak dapat dicerna akal sehat.

***TBC***

Published 21-05-18

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro