Path-03

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Matahari mulai tenggelam, bulan mulai naik, menggantikan matahari mencahayai malam dengan damainya. Tenda-tenda sudah berdiri dengan gagah, api unggun juga sudah menyala dengan membara.

Sekarang, disini para murid, sedang merapat bersama, makan malam sambil mencoba menghangatkan diri dengan aura api unggun.

"Hey, kena." Panggil Yura dengan wajah masam. Biar kutebak, mood nya pasti sangat buruk malam ini. "Menurutmu, bagaimana rasa makanan ini?"

Aku mengangkat kedua bahu sambil terus mengunyah sup krim dengan sayuran kering di mulutku. "Biasa saja."

"Menurutku tidak enak sama sekali." Keluh Yura sebal. "Sayuran keringnya dimasak kurang pas, sup krimnya juga kurang kental. Ini lebih cocok untuk pakan ternak daripada untuk makan malam."

Aku tertawa geli mendengar ocehan Yura. Bagaimana pun, perkataan Yura memang benar. "Seharusnya, mereka membiarkanmu yang memasak."

Yura mengangguk menyetujui. "Benar! Menurutmu, lebih baik seperti itu, kan?"

"Iya."

"Lalu, bagaimana dengan goa itu?"

Aku mendesah tertahan. Ini sudah hari kedua berkemah dan aku sudah berkali-kali mencoba mengalihkan topik pembicaraan dari itu. Kemarin, saat permainan mencari jejak pun, Yura bersih kukuh untuk masuk kedalam goa. Untung saja kami bertemu miss Rosseline dan melarang Yura untuk masuk kedalam goa.

Aku bersyukur ada miss Rosseline, tapi juga heran. Kenapa miss Rosseline ada di hutan? Setahuku pembina dan panitia harus tetap di area perkemahan. Ah, sudahlah. Pasti itu hanya kebetulan.

"Tidak, Yura. Kamu tahu 'kan kalau miss Rosseline sudah melarang kita masuk? Bagaimana jika kita dapat hukuman??" Ujarku.

Yura menatapku bagaikan menatap serangga. "Halah, bilang saja kamu takut, Ken."

Aku menghela napas menyerah. "Iya, iya ... aku mengaku ... aku takut! Puas? Jadi, jangan ajak aku kesana lagi, mengerti?"

Yura tertawa terbahak-bahak. "Sudah kuduga! Baiklah, aku tidak akan mengajakmu lagi. Sebenarnya, jika kamu mengaku dari kemarin, aku tidak akan mengajakmu. Tapi, kamu tetap tidak mau mengaku, jadi aku juga tetap mengajak."

Aku menatap datar Yura. "Dasar!" Yura tertawa. Kemudian, dia beranjak berdiri. "Hey, Yura! Mau kemana?"

"Ke tenda. Aku ingin memakan bekalku saja. Terlalu banyak memakan makanan ini tidak sehat untuk tubuhku." Jawab Yura sambil mengulurkan tangannya padaku. "Kamu ikut?"

Tentu saja, memakan makanan Yura lebih baik daripada memakan makanan seperti ini.

***

Sebuah goa raksasa tanpak membisu di tengah-tengah hutan. Ujung goa itu tidak dapat terlihat oleh mata sejauh apapun mata memandang. Dalamnya sangat gelap, aura hitam dan putih membaur menjadi satu.

Aku berdiri, di depan goa itu. Diam tanpa melakukan apapun.

"Apa kamu ingin tahu apa arti dari kekuatanmu?"

Aku menoleh kanan dan kiri, dan tidak mendapati siapapun disini. "Siapa itu?! Bagaimana kamu tahu aku punya kekuatan?"

"Ku tanya, apa kamu ingin tahu apa arti dari kekuatanmu?"

Aku tertegun sesaat. "Kamu tahu mengapa aku punya kekuatan ini??"

"Tentu saja, dan kamu bisa mendapatkan semua jawaban kamu di dalam sana. Masuklah―"

Aku terbangun dari tidurku. Keringat dingin membasahi wajahku. Apa-apaan itu tadi? Hanya mimpi?? Tapi, kenapa terasa begitu nyata?

Aku menatap telapak tanganku. Seberkas harapan muncul di hatiku. Baru kali ini, pertama kalinya ... aku tidak memimpikan mimpi itu. Apakah ini berbeda? Aku mungkin dapat menemukan jawabanku di ... tempat itu?

***

Yura terbangun karena merasa tenggorokannya kering. Gadis itu meraba-raba, mencari botol air mineral di tengah kegelapan. Tapi, entah mengapa ia merasa ada yang kurang. Segera, ia menoleh ke samping dan tidak mendapati Kena disana.

Astaga, dimana Kena?!

Yura segera keluar dari tenda, dan merasa lega saat mendapati Kena berjalan sedikit jauh darinya, memasuki hutan.

Mau kemana dia? Dia kira bisa lari dariku?? Yura mengikuti Kena memasuki hutan. Hutan tampak berlipat kali lebih menyeramkan daripada siang hari, dan seharusnya Kena takut berada di hutan menyeramkan seperti ini. Aneh.

Akhirnya, Kena terhenti di depan sebuah Goa, tempat yang sudah berkali-kali ia ajak tapi ditolak mentah-mentah oleh sahabatnya itu.

Karena tak dapat lagi membendung rasa penasaran, Yura memutuskan untuk memanggil kena. "Kena! Sedang apa kamu disini?"

Kena menoleh, menatap bingung ke arah Yura. "Yura? Kamu mengikutiku?"

"Tentu saja, dasar bodoh." Yura mendengus kesal, walaupun kenyataannya dia lebih bodoh. "Kamu bilang kamu takut, tapi kenapa kamu kesini?"

"Aku ... tidak tahu." Kena menunduk. "Aku merasa dipanggil, jadi aku ke sini."

"Benarkah?" Yura tampak terkejut, tapi segera menutupi rasa terkejutannya dengan wajagh datar. "Kena, kamu sehat? Atau mungkin halusinasimu terlalu tinggi, sampai-sampai tidak bisa membedakan mana mimpi mana realita?"

Kena meringis pelan. "Perkataanmu sungguh menusuk, tahu!"

Yura mengedikkan bahu tidak peduli. "Ayo kembali ke tenda. Ini sudah tengah malam, bisa-bisa kita dihukum jika ketahuan." Yura mengulurkan tangannya.

Kena meraih tangan Yura. "Kurasa kamu benar."

"Akhirnya aku bisa menemukan kalian!"

Yura dan Kena terkejut bukan main saat mendengar suara berat dan menyeramkan dari belakang mereka. Sontak, mereka berdua menoleh ke sumber suara.

Disana, berdiri seorang Wanita tinggi dengan wajah yang bengis dan penuh dengan luka bakar. Pakaiannya serba hitam, dengan sabit maut di tangan kirinya. "Ahh ... halo sayangku, maaf telah membuat kalian lama menunggu."

Yura dan Kena bergetar hebat. Tanpa sadar, mereka melangkah mundur perlahan.

"Tidak perlu takut seperti itu, aku tidak bermaksud buruk ke kalian, kok." Seringaian menyeramkan terukir di wajah bengisnya. "Aku hanya ingin menculik kalian sebentar saja~"

"Si, siapa kamu?!" Yura berteriak setelah mengumpulkan nyalinya. Dari suaranya yang bergetar, sudah terlihat dengan jelas bahwa ia ketakutan, apalagi Kena yang sampai tidak bisa berkata-kata.

"Aku? Aku orang baik yang akan mempergunakan kekuatan kalian." Wanita itu tersenyum miring. "Tidak buruk juga menculik dua orang white witch dengan darah putih."

"A, apa maksudmu??" Kaki Kena bergetar hebat. Matanya sudah mulai memanas, air matanya hampir saja tumpah dari tempatnya. Tangannya memeluk erat Yura yang juga memeluknya ketakutan.

"Kalian akan mengerti saat sudah sampai di markas." Aura hitam pekat keluar dari tubuh wanita itu. "Baiklah, bisakah kita mulai?" Tangannya terulur ke arah kedua gadis itu. Sebuah cahaya hitam keluar dari tangannya, mencoba menyerang kedua gadis malang.

"Tidak!" Yura memeluk erat Kena, sedetik kemudian, cahaya putih menyelimuti mereka.

Kena membuka matanya, dia merasa tubuhnya ringan sesaat, sebelum akhirnya menjadi normal kembali. Benar saja, Kena mendapati dia dan Yura sudah berpindah tempat entah sejak kapan. Kena juga melihat beberapa pohon hancur menjadi debu akibat terkena sihir hitam wanita itu.

"Wah, wah ... ternyata seccond power mu itu teleport. Tidak buruk juga, nak. Kekuatan yang hebat, kamu pasti akan menjadi anak buah yang bermanfaat." Seringaian iblis terukir di wajah menyeramkan wanita itu. "Sayangnya, kekuatan yang belum terlatih seperti itu membutuhkan waktu untuk aktif kembali 'kan?"

Napas Yura menderu tidak teratur, kemudian mengumpat dalam hati. Sial! Bagaimana dia tahu?

"Yura ..." Kena menatap Yura tidak percaya. "Ka, kamu ..."

"Maaf, aku tidak memberi tahumu sebelumnya." Yura tersenyum sendu. "Mengakhiri hidup bersama seorang sahabat tidak buruk juga."

"Bicara apa kamu!?" Bantah Kena. "kita akan baik-baik saja!"

"Baiklah, cukup drama yang menyentuhnya." Wanita itu mengulurkan tangan pada Yura dan Kena. "Aku tidak boleh membuang waktuku. Ayo kita pergi."

Cahaya hitam pekat kembali keluar dari tangan wanita itu, mencoba menyerang kedua gadis menyedihkan.

Yura menarik napas panjang-panjang, mengira hidupnya akan berakhir seperti itu.

Berbeda halnya dengan Kena, yang justru berdiri. Kedua tangannya terulur ke depan. Entah apa yang mengumpulkan keberaniannya, yang jelas, Kena akan tetap berdiri, untuk melindungi sahabatnya.

Bongkahan es raksasa muncul begitu saja, menghalangi cahaya hitam pekat itu.

"Wah, wah ..."

"Takkan kubiarkan kamu untuk menyakiti sahabatku! Bahkan seujung rambut pun takkan aku biarkan!!"

Kena,

Berdiri disini,

Untuk melindungi sahabatnya.

***TBC***

Published 21-05-18

NEW A/N 17-12-21

AGAK CRINGE TAPI OKE AYO GASKEN.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro