Path-18

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Langit sore ini entah mengapa tampak tidak begitu bersahabat. Padahal, tadi pagi langitnya begitu cerah, tapi sore ini berubah begitu drastis, seperti suasana hatiku. Beberapa jam yang lalu, tentu saja saat di aula, aku masih belum mengerti apa yang terjadi.

***

Suara tepuk tangan bergema di sekitar aula yang besar, sesekali suara siulam terdengar melengking di antara ratusan kursi yang di duduki para siswa.

"Tunggu, kami?!" Aku menjerit tertahan. "A, apa maksudnya??!" Secara otomatis, aku menatap Yura dengan tatapan menuntut penjelasan.

Tapi, anehnya, Yura yang kutatap justru menatapku balik dengan tatapan bingung. "Ke, kena?"

"Apa?"

"Sejak kapan kamu memakai soflens?"

Aku mendengus sebal. "Aku tidak pernah memakai soflens, Yura! Kamu tahu aku benci hal semacam itu!!"

Yura meringis pelan sembari menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Beberapa detik kemudian, Yura mengerjap-ngerjapkan matanya, raut wajahnya memancarkan raut tidak percaya. Aku menatapnya heran.

"Kenapa?"

"Ti, tidak. Warna matamu ... berubah ... jadi biru .."

Aku memiringkan kecil kepalaku. "Lho? Memang warna bola mataku berwarna biru 'kan?"

"I, iya sih ..." Yura kembali menggaruk kepalanya yang tidak gatal. "Tapi, tadi warna matamu berwarna putih .."

"Hah?"

"Kalian, maaf, bisa berhenti bicara?" Seorang gadis bersurai pirang berjalan anggun mendekati aku dan Yura.

Aku dan Yura buru-buru menutup mulut, kemudian tersenyum semanis mungkin.

"Maaf sebelumnya menghentikan percakapan kalian, aku Flo dari kerajaan Selatan. Kekuatan pertamaku adalah Nature, dan kekuatan keduaku adalah Navigation. Senang bertemu dengan para putri mahkota lainnya, setelah sekian lama, iya 'kan?" Gadis yang tak lain bernama Flo itu tersenyum lebar.

Aku menatap Flo tidak mengerti. Putri mahkota? Setelah sekian lama? Apa 'sih yang dia bicarakan?

"Oh, hai juga, Flo. Aku Yura dari kerajaan Tenggara. Kekuatan keduaku teleportasi, sedangakan kekuatan pertamaku, aku belum bisa mengendalikannya, jadi maaf, aku tidak bisa menyebutkannya." Yura tersenyum miris.

Eh, tunggu, Yura tahu apa yang dibicarakan gadis itu?! Kok bisa bisanya sih aku tidak mengerti sama sekali? Padahal 'kan ranking ku dengan rangking Yura beda jauh.

"Oh, hai, Yura!" Seorang pria yang baris di samping Romeo dan Sena berjalan menghampiri kami, diikuti oleh keempat lainnya.

"Hai," balas Yura singkat.

Hening,

Benar sekali, hening. Tidak ada yang memulai percakapan dalam satu menit terakhir.

Romeo berdeham pelan. "Aku sudah membubarkan para siswa, jadi kita dapat leluasa memakai aula ini sebagai tempat pertemuan. Atau, kita ingin pindah ke ruang rapat saja?"

"Disini saja, aku suka suasananya." Ujar lelaki bersurai putih dan berbola mata ungu kristal.

"Setuju," timpal lelaki disebelahnya, bersurai biru muda dan berbola mata biru kolbalt.

Seorang pria bersurai cokelat berdeham pelan, mencoba meniru Romeo. "Kurasa, sebaiknya kita memperkenalkan diri kita 'lagi'? Aku yakin ada seseorang yang pasti melupakan kita." Ujarnya sembari terkekeh pelan, disambut kekehan yang lainnya, kecuali Sena tentu saja. "Yah, perkenalkan, namaku Ryan, dari kerajaan Barat. Kekuatanku Tanah dan pencuci otak. Salam kenal!"

Ryan tersenyum tulus kepadaku, aku mengangguk kikuk.

"Giliranku, namaku Hanz, dari kerajaan Timur laut. Kekuatanku Air dan ilusi." Ujar lelaki bersurai biru muda itu dengan singkat, kemudian tersenyum tipis. Aku meringis pelan, jika diperhatikan, dia hampir mirip Sena. Tapi, versi yang lebih ramah dan banyak bicaranya.

"Val, perkenalkam dirimu, cepat!"

Pria berambut putih itu mengacak pelan rambutnya. "Iya, iya! Sabar sedikit, 'dong!" Dia menatapku sebentar, sebelum akhirnya bicara. "Namaku Val dari kerajaan Barat daya. Kekuatanku logam dan speedster. Semoga kau cepat ingat dengan kita ya Ken-- Awch!"

Ryan menyikut perut Val dengan sikunya, kemudian menatapnya tajam.

"Aw, hey! Aku hanya bercand--"

"Tutup mulutmu, Val!" Bentak Ryan pelan, namun tajam.

Sena yang entah sejak kapan sudah berdiri di sampingku berbisik pelan. "Tidak perlu dipikirkan, Kena."

Aku hanya mengangguk pelan, tidak mengerti arah pembicaraan.

"Sudah, sudah!" Romeo menengahi perdebantan konyol itu. "Kena, perkenalkan, aku Romeo dari kerajaan Barat laut. Kekuatanku angin dan fixer." Ujar Romeo ramah.

Aku jadi mengerti mengapa Juliet sepertinya menyukai Romeo.

"Ya, ya, ya ... kami semua sudah tahu itu, Romeo. Ayolah, maksudku, siapa yang tidak mengenalmu di sekolah ini?" Val mengangkat kedua bahunya dengan santai.

"Kau berbicara melebihi perempuan, Val." Ucap Flo kesal.

Yang lain tertawa pelan. Romeo menepuk pundak Sena pelan. "Giliranmu, Sena."

Sena yang sebenarnya tampak engan, akhirnya menatapku lamat-lamat.

"Aku .. Sena ... dari kerajaan Timur. Kekuatanku api dan .. netraler." Ujar Sena lirih. Saking lirihnya, mungkin hanya aku yang dapat mendengarnya, itu pun samar.

Jujur, aku belum pernah melihat wajah Sena sekecewa itu. Ada penyesalan di raut wajahnya yang datar.

"Baiklah, karena kita sudah berkumpul, bagaimana jika membicarakan misi pertama kita?" Romeo membuka percakapan sebelum suasana menjadi suram.

"Eh? Misi?" Tanyaku polos.

"Iya, misi pertama kita adalah menyatukan sekolah-sekolah sihir di seluruh dimensi sihir." Ujar Romeo semangat. "Tentu saja, kamu baru boleh melakukan misi dewan setelah kamu lulus kelas Amature."

Aku mendesah pelan. Aku baru saja masuk sekolah ini seminggu lalu, sudah dikejutkan oleh berbagai macam kejutan hebat. Dan seingatku, Amature class itu bisa dicapai setelah melewati tes Basic class dan Alchemis class, kan? Dua hari lagi aku baru ujian kenaikan tingkat Basic class, artinya masih lama untuk mencapai kelas Amature.

"Untuk pengecualian, mulai semester tahun ini, ujian kenaikan tingkat akan dilaksanakan seminggu sekali. Kita mempercepat pencapaian untuk berjaga-jaga jika pasukan Black witch menyerang tiba-tiba." Timpal Romeo yang sepertinya mengerti apa yang aku pikirkan.

"Eh?!" Yura tampak seperti orang bodoh--walaupun biasanya memang bodoh 'sih. "Berarti, aku harus ekstra belajar untuk persiapak kelas Alchemist, dong?!"

Lulus kelas basic saja belum.

"Yah, ini agar misi kita berjalan lancar. Kita bisa mewanti-wanti jika misi kita gagal." Ujar Hanz pelan.

"Ya, benar. Tidak ada yang tahu apa yang terjadi di masa depan. Bahkan future detector sekalipun, masa depan dapat berubah sewaktu-waktu." Ucap Ryan.

Tepat setelah Ryan mengatakan hal itu, hening yang mencekam menghantui sekitar.

Dan begitulah acara pertemuan singkat itu tertutup.

***

"Hey, Kena! Tunggu dong! Ayo temani aku ke perpustakaan." Ajak Yura manja. "Ayooo, ihh! Temani akuu!!"

Aku menyikut perut Yura dengan kejamnya hingga membuat teman bodohku ini meringis kesakitan.

"Jelaskan apa yang terjadi tadi! Aku sama sekali tidak mengerti!" Aku mendengus menahan kesal.

Yura memegangi perutnya. "Akh ... gara-gara kamu menyikut perutku, aku jadi lapar. Ayo ke Kafeteria!"

Aihh, seharusnya aku tidak melakukan hal itu. Aku tahu seberapa bodohnya Yura.

Baru saja aku membuka mulut hendak menolak, Yura segera memotong.

"Aku akan menjawab tiga pertanyaanmu saat aku telah kenyang."

Dan aku tahu, Yura tetap teman yang paling mengerti aku, meskipun dia memiliki sesuatu yang harus disembunyikan dariku.

Sesuatu.

To be continue ...

Magic Cafe

Pembagian wilayah di dimensi sihir terbagi menjadi tujuh wilayah.

1. Kerajaan Utara
2. Kerajaan Timur
3. Kerajaan Timur Laut
4. Kerajaan Tenggara
5. Kerajaan Selatan
6. Kerajaan Barat daya
7. Kerajaan Barat

Itu urutan kekuasaan masing-masing wilayah.

Masing-masing wilayah memiliki paling banyak tiga sekolah sihir, jadi totalnya ada 21 sekolah sihir di dimensi sihir, entah itu sekolah sihir berbayar maupun gratis.

Ada tiga sekolah sihir yang paling disegani di dimensi sihir, yaitu :

1. School of Magic (tempat Kena dkk bersekolah)

Berada di perbatasan antara wilayah Selatan dan Tenggara. Sekolah nomor satu paling bergengsi di dimensi sihir.

2. Charlotte Academy

Berada di wilayah Barat dimensi sihir. Sekolah elite yang berisi murid-murid berbakat. Hanya menyediakan satu jurusan yaitu, jurusan perang. Rival sekolah SOM (school of magic)

3. Fortune School

Berada di wilayah Timur dimensi sihir. Sekolah khusus ilmu sihir, seperti mantra-mantra sederhana dan membuat ramuan-ramuan dari bahan-bahan sekitar. Banyak diminati kalangan remaja yang tidak di anugerahi kekuatan hebat. Tujuan sekolah ini untuk menjadikan anak-anak kurang beruntung menjadi lebih di anggap, dan menunjukkan bahwa mereka juga dapat menjadi penyihir hebat tanpa menomor satukan kekuatan.

Cukup tentang sekolah, balik lagi tentang pembagian wilayah :v

Wilayah terbesar itu wilayah Utara, namun sayangnya, karena konflik yang berasal dari dimensi malaikat dan iblis, seorang iblis dibuang ke dimensi sihir dan menyebabkan kerusuhan. Singkat kata, kerajaan Utara hancur. Kejadian tersebut dikenang sebagai Tragedi hampa, karena pertempuran terjadi diatas permukaan salju yang dingin tanpa menyisakan satupun penduduk. Jadi, kerajaan tersebut menjadi hampa dan hanya berisikan si iblis pengkhianat beserta pengikutnya.

Tahun demi tahun berlalu, para pemilik kekuatan semakin sedikit populisasinya. Semakin banyak hanya warga biasa yang mempelajari sihir-sihir dasar saja. Kini, para pemilik kekuatan hanya berbandingkan 4:10 dari jumlah penduduk di dimensi sihir.

Ditambah lagi, tiap tahun ada puluhan para remaja pemilik kekuatan yang hilang begitu saja, itu juga menyebabkan berkurangnya secara drastis para pemilik kekuatan.

Oke sip, cukup sampe situ fact malam ini, Vara gamau jadi tukang spoiler :v wkwk

See you next week~♡

Published 17-10-18

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro