PERKAWINAN MAUT

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

"Apalagi yang kau tunggu, Grace? Ayo kita segera melangsungkan perkawinan!"

"Ta-tapi, tapi aku sangat mencintaimu, Rick."
Grace terbata.

Mata mereka saling menatap, menyiratkan sesamudera untaian makna.

"Maka, mari kita lanjutkan menuju jenjang itu."
Rick menatap dalam pada gadis yang ia cintai.

Setengah purnama sudah cukup untuk meyakinkan ketiga jantungnya. Keyakinan yang bermuara pada satu sabda, Grace adalah cinta abadinya.

"Kau kan sudah tahu jawabannya, Rick. Aku pasti tidak setuju! Sejak jumpa pertama, aku sudah menarik garis batas itu."

Rick menghela. Kenangannya terbang menuju perjumpaan pertama mereka. Memang, gadis ini sudah menyatakan prinsipnya sejak saat itu. Namun, Rick berpikir detik mampu meluluhkan kekerasan hati sang kekasih. Tak disangka, Grace begitu teguh pada prinsipnya.

"Grace, kumohon. Kau satu-satunya yang aku cintai di semesta ini."

Rick menggenggam tiga tangan Grace. Ia berusaha menatap gadis cantik di hadapannya. Namun, sang kekasih memalingkan wajah.

"Plis, Grace. Seluruh saudaraku sudah menjalani perkawinan. Hanya aku yang tersisa."

"Jadi, semua karena saudara-saudaramu? Tega kau, Rick!"

"Ya, Tuhan! Grace, apa lagi yang harus aku lakukan untuk membujukmu?"

Gadis itu melepaskan seluruh genggaman Rick. Ia lalu melenggang sejauh dua meter. Pasir putih tergerus saat ia melangkah. Udara di sekitar mereka pun mendingin. Entah karena sikap Grace, atau malam yang mulai mengganti lembayung.

Sang lelaki terus mengejar, membuang jauh gengsi dan harga dirinya. Sejak planet ini tercipta, tidak ada satupun pejantan dari rasnya yang mengalami penolakan. Namun, entah mengapa, Rick masih mengiba pada gadis ini.

"Grace ...," panggil Rick pelan.

"Rick, kau sudah tahu resikonya, kan?" Grace kembali mencoba memaparkan argumentasinya. Ia berharap sang kekasih akan mengerti dan menyetujui keinginannya.

"Perkawinan hanya menjadi ajang bunuh diri bagi kita. Kenapa tidak kita jalani hubungan ini tanpa harus melangsungkan perkawinan?"

"Grace ...."

"Beberapa saat setelah kawin, kau akan mati. Mati, Rick! Aku tidak ikhlas jika kau mati."

Nada suara Grace mulai meninggi. Beberapa pasang mata mulai melirik pada pasangan ini. Telinga-telinga pun seolah siap menyerap berita. Namun, Grace tidak peduli dengan sekitarnya. Seperti mereka tidak akan peduli pada hidupnya.

"Aku akan kesepian hingga melahirkan anak-anak kita," lanjut Grace. "Dan setelah mereka lahir, aku pun akan mati. Sungguh akhir yang tragis."

"Lalu, apa kau lebih ingin kita mati di atas grill?"

"Itu lebih baik. Setidaknya, kita mati bersama."

"Grace, ini takdir yang harus kita jalani. Kalau kau tidak bersedia, aku terpaksa memilih pasangan baru."

Akhirnya Rick mengucapkan sebait kalimat yang sudah disimpan lama. Ia lalu memeluk Grace dengan erat. Sang gadis tergugu lama di pelukannya. Di atmosfer mereka, waktu berputar dengan lambat.

Setelah tangisnya mereda, gadis itu kembali membuka suara.

"Pergilah, Rick. Raih mimpimu. Aku akan tetap pada pendirianku."

Rick melepaskan pelukannya. Ia tidak terkejut dengan keputusan sang kekasih. Namun, ia masih mencari kesungguhan di balik kalimat gadis itu. Namun, Grace tetap bergeming.

Akhirnya, dengan berat hati, Rick bersiap pergi.
Sebelum beranjak, ia menggenggam erat kelima tangan gadis pujaannya. Jauh di lubuk hati, ia masih ingin bertahan. Namun, ia tidak ingin melawan takdir.

Setelah puas menunjukan rasa cintanya, pejantan itu kembali melesat. Grace mengantar kepergian sang kekasih dengan tatapan nanar.

"Selamat tinggal, Rick. Seandainya bisa memilih, aku ingin menjadi manusia, alih-alih gurita."

Note:
Gurita jantan akan mati beberapa saat setelah perkawinan. Sementara sang betina akan mati tidak lama setelah bertelur.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro