There I Found You, Wina Alda, Grup T

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Wina Alda

Member Grup T ( Tulip Team )

Pemilik nama lengkap Wina Aldatiyah ini lahir di desa kecil pinggiran Kabupaten Garut pada tanggal 27 April 1996. Gadis yang tengah menanti memakai toga ini sangat menyukai dunia fiksi. Baginya, dunia fiksi adalah tempat traveling yang murah meriah dan mudah dilakukan, mengingat ia adalah anak rumahan yang acap kali dikatai tidak pernah menginjak tanah.

Wina, begitu sapaan akrabnya, mulai suka menulis sejak SMA. Namun, saat itu ia menulis jika sedang ingin saja. Sampai pada saat kuliah semester tiga, ia magang di sekolah sebagai penjaga perpustakaan dan menemukan sebuah buku yang membuatnya menekuni dunia kepenulisan hingga sekarang. Saat itu, ia menemukan buku berjudul "Menulis dengan Hati Membangun Motivasi Menulis" yang ditulis oleh Ismail Kusmayadi. Dalam buku tersebut, seorang tokoh bernama Pennebaker menyebutkan bahwa salah satu manfaat menulis adalah bisa mengatasi trauma. Itulah alasan mengapa ia menuliskan "writing for healing" pada bionya.

Pada awalnya, Wina menulis sebagai terapi untuk menyembuhkan dirinya sendiri. Dahulu, gadis kecil ini sering sakit-sakitan. Belakangan ia menyadari bahwa penyebab sakitnya adalah stres. Wina adalah seorang gadis yang tertutup. Saking tertutupnya, bahkan kedua orang tua pun tidak pernah tahu masalah apa saja yang dihadapinya. Ia lebih memilih memendamnya dan menyelesaikannya sendiri. Namun, rupanya ia tak setangguh itu sampai akhirnya jatuh sakit.

Lalu, setelah menemukan buku tersebut, Wina mulai menuangkan segala keluh kesahnya melalui tulisan. Buku diary bergambar kelinci yang tak sengaja ditemukannya di minimarket ia jadikan sebagai teman curhat, meski caranya berkenalan dengan diary itu agak aneh—karena itu pertama kalinya ia menulis diary. Sejak saat itu pula, pelahan-lahan ia mulai membaik, tidak lagi mudah sakit seperti sebelumnya. Setelah merasa mendapatkan manfaat dari menulis, ia pun berandai-andai tulisannya bisa bermanfaat bagi orang lain juga. Ia selalu ingat pepatah gurunya, "sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat bagi manusia lain." Oleh sebab itu, ia belajar keras melatih skill menulisnya.

Jatuh bangun, memang. Mulai dari mood yang naik turun atau ide mandek di tengah jalan. Jika sudah seperti itu, biasanya ia akan melakukan hal-hal yang disukai seperti menonton drama, membaca komik, mendengarkan musik, atau tidur. Jika mood sudah membaik, ide juga tidak kabur-kaburan. Untuk mengantisipasi ide itu kabur lagi, ia bisa menulis di mana pun dan kapan pun selagi ada kesempatan. Draf wattpad di ponselnya ada berpuluh-puluh. Isinya mulai dari kumpulan judul, nama tokoh, premis, bahkan sampai adegan atau dialog yang harus ditulis.

Yang sulit adalah mengatasi kepercayaan dirinya. Gadis penakut dan pesimis ini selalu menganggap bahwa dirinya hanya butiran debu tak kasat mata. Meski bermimpi bisa menciptakan tulisan yang bermanfaat bagi banyak orang, ia tidak pernah berani menunjukkan tulisannya pada siapa pun. Bahkan, orang tua sendiri saja tidak pernah tahu anaknya suka menulis. Ia berjuang mati-matian hanya untuk membangun kepercayaan dirinya. Orang lain sudah jauh berlari, ia masih mengumpulkan kekuatan untuk mengambil langkah.

Akhirnya, pada awal tahun 2017 ia punya sedikit keberanian untuk memperlihatkan tulisannya melalui wattpad. Namun, tulisan pertamanya tidak ada yang membaca sama sekali. Ia jatuh lagi. Sampai rasanya mau bangkit juga percuma. Toh, kemampuannya memang hanya sebatas itu. Mungkin, tulisannya hanya cocok mengisi diary saja.

Namun, pada pertengahan tahun keajaiban menghampirinya. Seorang teman facebook mengajaknya mengikuti lomba menulis cerpen. Ia langsung menolak saat itu. Jangankan ikut lomba, di-posting di akun pribadi saja tidak ada yang baca. Ia tidak percaya pada kemampuannya sendiri. Tetapi, ketika mengobrol dengan ibunya, ia tak sengaja menceritakan tentang perlombaan itu. Lalu, ibunya menyuruh untuk ikut. Kata sang ibu, tidak apa-apa ikut saja. Toh, lombanya hanya via e-mail. Tidak akan malu juga walau gagal karena wajahnya tidak kelihatan. Akhirnya, ia memutuskan untuk ikut.

Di luar dugaan, naskahnya terpilih untuk menjadi salah satu pengisi antologi. Ia tidak tahu apakah itu faktor keberuntungan atau apa. Namun, dampaknya lumayan positif. Keberhasilan itu sedikit demi sedikit bisa menjadi sumber kekuatannya untuk bangkit. Ditambah juga suntikan kekuatan dari kedua orang tua dan kakaknya yang selalu mendukung ia berkarya, apalagi jika tujuannya untuk menginspirasi banyak orang—dalam hal kebaikan, tentu saja.

Setelah itu, ia kembali ke wattpad dan mulai menulis fanfiction. Ia berhasil mengumpulkan followers sebanyak 100 orang dan ceritanya telah dibaca sebanyak 15 ribu kali dengan jumlah vote lebih dari 2 ribu dalam setahun. Namun, ketika ia mencoba menulis genre lain pada pertengahan tahun 2018, ceritanya kembali tidak ada yang membaca. Memang tidak banyak peningkatan. Dan, itu selalu membuatnya ingin menyerah saja. Namun, ia juga tidak bisa berhenti menulis karena baginya menulis sudah seperti "kebutuhan".

Kegalauan merundungi hatinya. Mau maju tidak banyak kemajuan, mau berhenti tidak bisa. Akhirnya, ia hanya hidup seperti ini. Terus menulis tanpa tahu bagaimana ke depannya. Namun, jika ditengok ke belakang, ia sudah jauh lebih baik. Tulisannya memang belum sebagus itu, namun dengan berani menunjukkannya pada publik saja sudah pencapaian luar biasa. Bahkan, dalam 1,5 tahun ini terhitung sudah 4 kali mengisi antologi cerpen melalui berbagai event.

Keinginannya untuk menerbitkan buku secara solo entah kapan tercapai. Mungkin, saat ini tulisannya memang belum layak dilihat banyak orang. Namun, dengan terus menulis, setidaknya butiran debu tak kasat mata ini bisa meninggalkan jejak. Dengan begitu, ia bisa mengakui eksistensi dirinya sendiri. Ia bisa belajar mencintai dirinya, dan bersyukur dengan sekecil apa pun kemampuannya. Dengan menulis juga, gadis yang tidak punya banyak teman ini bisa menemukan teman baru dari seluruh penjuru negeri.

Sampai akhirnya ia dipertemukan dengan RAWS Community, gadis ini merasa memiliki kemiripan tujuan. Oleh sebab itu, ia langsung merasa cocok dan mantap menjadi bagian dari RAWS Community. Ia berharap RAWS bisa menjadi jembatan untuk mewujudkan harapannya menciptakan karya yang bermanfaat bagi orang banyak. Ia juga berharap bisa lebih konsisten menggali ilmu sebanyak-banyaknya dan belajar lebih keras melalui komunitas ini.

Selama ini, ia kurang mendapat kritik dan saran karena tidak punya banyak pembaca. Ia hanya bisa mengukur kemampuannya melalui berbagai lomba. Itu pun tidak tahu letak kekurangannya di mana jika ia gagal. Baru event terakhir bulan Oktober kemarin ia didampingi seorang editor yang membantunya merevisi naskah sehingga bisa memperbaiki kekurangannya. Dengan bergabung bersama RAWS, ia berharap akan mendapat banyak bimbingan dari teman-teman dan para senior untuk memperbaiki karyanya.

Untuk mengenal lebih dekat, gadis ini bisa ditemui melalui:

wattpad: winaalda

instagram: wina_alda

facebook: Wina Alda

Jangan ragu untuk menyapanya lebih dulu, karena ia sedikit pemalu. Tetapi, jika sudah saling kenal, jangan menyesal karena punya teman baru yang malu-maluin. Di bawah ini adalah mantra yang selalu ia ucapkan ketika merasa begitu jauh dengan impiannya.

"Mungkin, aku tidak bisa menyentuh langit, tapi aku ingin merentangkan tanganku, aku ingin berlari sedikit lagi."

—BTS

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro