59. Hechan dan Jevin

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Naya dan Jevin jalan bersama masuk ke rumah. Kedua orang itu baru saja berkunjung ke rumah Bu RT setelah Maghrib. Sudah dua minggu Jevin keluar dari rumah sakit, cowok itu baru sempat berterimakasih. Dirinya dan Naya membuat kue bersama siang ini. Karena canggung kalau pergi sendiri, Jevin menyeret Naya untuk menemaninya pergi ke rumah tetangga mereka tersebut.

"Neng, baru dari mana, sih?"

Baru saja sampai, Naya sudah kena semprot. Gadis itu hanya memutar kedua matanya melihat Hechan berdiri sambil berkacak pinggang. Mau sok galak tapi gagal.

"Habis nemenin gue ke rumah Bu RT. Kenapa?" Jevin yang menjawab.

"Kak Hechan ngapain cari aku?" tanya Naya. Gadis itu duduk di sofa ruang tengah. "Pasti ada maunya nih."

Hechan nyengir. Ia buru-buru ingin duduk di sebelah Naya. Namun aksinya dihentikan oleh tangan Jevin yang sekuat tenaga memisahkan kedua orang itu agar menjaga jarak.

"Tadi gue baru beli clay mask," ucap Hechan.

"Terus?" Naya terlihat tidak peduli.

Jevin yang duduk di single sofa mengamati kedua orang itu tanpa banyak bicara. Senyum tipisnya timbul melihat raut wajah Naya yang tidak terganggu sedikit pun oleh rengekan Hechan.

"Ajarin Kak Hechan pakai masker dong, Neng."

Naya menoleh. Acara berita di televisi sedang berganti menjadi iklan.

"Kan Kak Hechan yang beli. Masa nggak bisa pakainya?" tanya Naya heran.

"Kak Hechan beli karena direkomendasikan sama mbak di tokonya. Katanya muka Kak Hechan tuh berminyak, jadi cocok pakai yang itu. Ayo dong, Neng. Kak Hechan belum pernah pakai yang modelan gini," bujuk Hechan sambil menarik-narik lengan hoodie yang digunakan Naya.

"Chan, geli gue dengernya," ucap Jevin sambil bergidik. Cowok yang diejek hanya meleletkan lidahnya.

Semua orang di rumah paling jijik kalau Hechan sudah memanggil namanya sendiri dengan gaya imut begitu. Cuma Naya seorang yang kebal. Nggak tahu deh caranya gimana.

"Ya sudah, siapin aja dulu peralatannya," suruh Naya. Gadis itu kembali fokus dengan tayangan berita malam.

"Apa aja, Neng?" tanya Hechan antusias.

"Cuci muka pakai air hangat. Terus ambil mangkok sama kuas," jawab Naya tanpa menoleh.

"Kuas yang kayak gimana, Neng? Yang kayak untuk ngecat caping dulu?"

Naya melotot. Jevin tertawa. Hechan melongo.

"Kak Hechan mau maskeran atau mau ganti warna muka sebenernya?!"

"Ya, maap atuh. Nggak punya kuas khusus kayak gitu," jawab Hechan dengan kedua sudut bibir tertarik ke bawah.

Naya menghela napas. Cewek itu terlalu malas untuk ke kamarnya mengambil kuas make up. Lagipula, dia mana sudi menggunakan alat khusus kecantikan berbagi dengan Hechan.

"Nanti pakai jari aja," jawab Naya pada akhirnya.

"Pakein ya, Neng," bujuk Hechan sambil terkekeh.

Jevin yang mendengar itu langsung melempar bantal sofa di pelukannya. Tepat sasaran di wajah Hechan.

"Modus mulu. Pakai sendiri, Chan," ucap Jevin tak terima.

Naya tertawa kecil. Ia mengacungkan kedua ibu jarinya pada Jevin. Hechan misuh-misuh karena hidungnya yang sakit.

Hechan bangkit untuk melakukan persiapan seperti yang diminta Naya. Sebelum berlalu ke kamar mandi, cowok itu menoyor kepala Jevin dulu. Hechan langsung kabur sebelum mendapat balasan dari Jevin. Cari ribut memang.

"Suka banget sama berita, Naya."

Naya melirik ke arah Jevin sekilas. Ia kemudian mengangguk. "Mumpung nggak diganti ke channel kartun sama Kak Hechan."

Jevin pindah tempat duduk. Cowok itu menjatuhkan dirinya di samping Naya. Tangan kanannya terulur, melewati bahu Naya dari belakang, namun sesungguhnya hanya nangkring di atas sandaran sofa. Naya berdoa dalam hati, semoga Jevin tidak melakukan hal aneh karena saat ini sedang banyak orang di rumah.

"Kapan-kapan pergi nonton yuk," ajak Jevin.

"Aku sibuk, Kak. Nggak tahu bisa kapan kalau mau jalan," ucap Naya memberi tanggapan. "Memang ada film bagus?"

"Serial Marvel. Tahu Black Widow, kan?"

Naya menoleh ke Jevin dengan pandangan berbinar. "Serius, Kak? Kok belum ramai?"

"Rencananya keluar bulan depan," jawab Jevin sambil tersenyum. "Nonton bareng yuk."

Naya mengangguk semangat. Ia kemudian tersadar. "Sama yang lain juga, kan?"

"Kalau berdua aja, kamu mau nonton nggak?"

Blush! Gini nih, Jevin suka curi-curi kesempatan. Kalau hanya berdua saja dia akan bicara menggunakan aku-kamu, kalau ada yang lain, kembali dalam mode anak gaul. Hal itu bikin Naya jadi makin merasa spesial. Sensasinya kayak lagi melakukan hubungan backstreet gitu.

"Lihat nanti ya, Kak," balas Naya sambil menatap lurus ke layar TV. Padahal mah pikirannya sudah kemana-mana.

Jevin tersenyum manis. Tangan kanannya bergerak mengusap puncak kepala gadis itu. Naya terpaku, ia bahkan menahan napas.

"Neng, sudah nih," teriak Hechan. Cowok itu kembali dengan wajah sedikit basah, di tangannya ada mangkuk kecil yang baru ia ambil di dapur.

Langkah Hechan berhenti. Ia memukul lengan Jevin yang masih nangkring di atas kepala Naya. Jevin mengaduh kesakitan. Dia siap adu bacot sama makhluk laknat yang satu itu.

"Minggir, ini tadi tempat gue," usir Hechan.

"Nggak ada nama lo, Chan. Nggak ada kepemilikan berarti," balas Jevin.

"Gue mau diajarin Naya pakai masker nih," balas Hechan ngotot. Ia melirik ke arah Naya yang tidak terganggu sedikit pun. "Neng, bela Kak Hechan dong."

Naya menengadah. Ia malah fokus pada beberapa tetes air yang masih tersisa di wajah cowok itu. Naya geleng-geleng.

"Ambil handuk sama ikat kepala dulu sana, Kak," perintah Naya. Gadis itu berdiri. "Aku ganti baju dulu."

"Nggak punya ikat kepala, Neng," balas Hechan sebelum Naya melangkah lebih jauh.

"Aku pinjemin deh," balas Naya tanpa menoleh. Gadis itu mampir sebentar untuk minum di dapur sebelum melanjutkan jalan ke lantai dua.

"Perawatan kok nggak modal," ejek Jevin. Cowok itu meraih remote TV dan mengganti channel.

Hechan tidak mempedulikannya. Ia bergegas mengambil handuk sesuai permintaan Naya barusan.

--

Naya kembali tidak lama kemudian. Gadis itu sudah berganti pakaian menjadi setelan piyama pendek berwarna merah maroon. Softlens sudah dilepas dan diganti dengan kacamata. Rambut gadis itu dicepol tinggi, mempertegas garis rahang dan lehernya yang ramping.

Dari arah ruang TV, Naya mendengar suara ribut Jevin dan Hechan. Mereka sedang bertengkar masalah mau nonton apa. Jevin pengin lihat HBO, Hechan pengin lihat Cartoon Network.

"Kak Hechan, nih," ucap Naya memberikan ikat kepala miliknya pada Hechan. "Mana? Sudah dibuat belum maskernya?"

"Kan tadi Neng Naya nggak kasih instruksi untuk langsung dibuat," jawab Hechan bebal. "Ini gimana cara pakainya?"

Naya memutar bola mata jengah. Gadis itu memutari sofa dan berdiri di depan Hechan. Tangannya merebut ikat kepala dari cowok itu dan memakaikannya dengan mudah.

Hechan cuma senyum bodoh. Senang karena kalau dia manja, Naya tetap mau meladeninya. Di samping, Jevin berusaha mati-matian menahan diri. Cemburu bro!

"Bikin dulu sana maskernya," perintah Naya pada Hechan. Ia meletakkan kuas masker miliknya di meja. Terpaksa berkorban karena ia tidak mau membiarkan jarinya kotor. "Caranya lihat di bungkus. Mandiri dikit dong. Kalau nggak, aku nggak mau bantu Kak Hechan lagi."

"Iya, iya. Gue bikin nih," jawab Hechan.

Sambil menunggu Hechan menyiapkan bahan masker, Naya menjatuhkan dirinya di atas sofa. Tangannya bergerak memeluk bantal. Punggungnya bersandar. Matanya terpejam.

"Sudah ngantuk?" tanya Jevin yang sedari tadi hanya memperhatikan Naya dalam diam.

Naya mengangguk tanpa membuka mata. "Habis cuci muka sama sikat gigi, malah jadi ngantuk. Semalam juga begadang sih. Terus nggak jadi tidur siang. Gini deh jadinya."

"Tidur aja di kamar. Nggak usah nurutin Hechan," sahut Jevin dengan suara pelan. Takut terdengar oleh Hechan.

Naya menoleh dan membuka matanya. "Nanti merengek terus Kak Hechan."

"Dibiarin aja, Naya," jawab Jevin kesal. Tangannya lagi-lagi mengelus kepala Naya. Hal itu malah membuat Naya jadi tambah mengantuk.

Naya menepisnya pelan. Gadis itu terkekeh.

"Kak Hechan sama Kak Jevin tuh sebelas dua belas," sahutnya. "Kalau minta apa-apa harus diturutin, kalau nggak, pasti diteror. Tadi siang aja Kak Jevin minta tolong bikin kue bareng, maksanya kayak bocah."

"Hehe, iya ya?" sahut Jevin sambil terkekeh. "Maaf ya, kalau aku gitu. Nggak sadar."

"I AM BACK!" teriak Hechan nyaring. Padahal anaknya masih jalan sejauh tiga meter.

Hechan sengaja duduk diantara Jevin dan Naya. Bikin makin sempit. Cowok itu menendang Jevin agar bergeser.

"Minggir, Naya buat gue malam ini," usir Hechan.

Naya memukul lengan Hechan keras. Matanya mendelik.

"Ngawur banget bicaranya. Memang aku barang apa? Digilir gitu?"

Hechan meringis. Ia mencubit pipi Naya gemas.

"Iya, iya. Neng Naya milik Kak Hechan seorang kok."

Lah, makin ngawur lagi jawabannya. Alhasil dari kanan Hechan mendapat serangan Naya, dan kiri dari Jevin. Hechan habis babak belur sambil mengaduh.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro