03

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Revisi

Tak adakah cara? Agar aku dapat mengakhiri semuanya?
Lelah! Ku ingin bebas. Ku ingin bahagia. Sama seperti orang lain.
Buatlah kenangan itu hilang. Aku mohon ....
Elmira Larasati Pratista.

Kyaaaa ....

Elmira terbangun dari keterkejutannya, saat mendengar suara Bi Imah. Kakinya yang masih terasa lemas, dipaksakannya untuk berdiri. Dengan tangan menggenggam pegangan tangga kakinya menuruni anak tangga, menghampiri asistennya yang tak sadarkan diri.

"Bi, bi bangun," air mata Elmira berhasil menerobos keluar. Saat melihat asistennya berbaring.

"Non, non ta-tadi ada itu ...." tangannya menunjuk kotak yang masih tergeletak di atas lantai.

Elmira mengangguk, "Iya bi, aku tak tau, itu dari siapa?" isaknya semakin terdengar pilu.

Bi Imah langsung duduk, dan merengkuh punggung Elmira yang berguncang karena isaknya.

"Sudah Non, bibi di sini. Jangan nangis lagi ya, biar bibi telpon Den Fabian ya?" Elmira hanya mengangguk di dalam pelukan asistennya.

Bi Imah hanya bisa menghela nafas berat. "Kasihan sekali kamu non, kenapa Tuhan memberimu begitu beruntun memberi cobaan seberat ini? Semoga sebentar lagi, hanya ada senyum dan kebahagiaan yang akan kamu dapatkan." gumamnya.

             💭💭💭

Senyum itu tak pantas ada di wajah anak sial sepertimu! Kamu hanya pantas menderita. Dan aku akan membuat hidupmu tak pernah bahagia selamanya!

Tubuh Elmira mematung, syarafnya begitu tegang. Saat membaca isi secarik kertas yang berada di dalam kotak berisikan bangkai tikus, yang disayat tanpa rasa iba. Leher tikus itu hampir putus, dengan sayatan sepanjang perut yang membuat isinya setengah keluar.

"Si-siapa orang sadis, yang mengirim bangkai ini Bi?" tangan Elmira bergetar.

Fabian hanya bisa mengelus punggung Elmira. Dirinya pun tak tahu, siapa orang iseng yang begitu lancang ini.

"El, mending lo istirahat. Biar ini gue beresin dulu ya." Fabian mengangkat tubuh Elmira ala bridal. Tubuh Elmira begitu lemas, hingga hanya mampu melingkarkan kedua tangannya di leher Fabian.

"Bi, jangan pergi, please!" mata Elmira kembali berlinang, suaranya begitu parau. Wajahnya terlihat pucat pasi.

"Gue di sini El. Tapi sekarang gue harus buang kotak itu dulu, ok! Nanti gue balik lagi," Elmira hanya mengangguk pasrah.

Dengan cepat, Fabian mengeluarkan ponselnya, lalu kotak itu di fotonya. Untuk bukti, yang pasti akan sangat berguna suatu saat nanti. Sedangkan kertas bertintakan darah tikus di masukkan ke dalam kantong transparan. Agar tak tercium baunya. Fabian keluar, dan membuang kantong isi bangkai tikus. Pandangannya beredar ke setiap sudut kompleks, yang terlihat sepi.

"Siapa orang ini?" gumamnya penuh kesal.

Saat kembali ke kamar Elmira, terlihat El masih tak bergeming.

"El, ayo tidur!" Fabian menghampiri Elmira. Tangannya mengambil selimut dan di lingkarannya hingga sebatas dada.

"Bi sini, temenin." Elmira menatap memelas.

Fabian hanya bisa mengangguk, dan beringsut merebahkan tubuhnya di samping Elmira.

Perlahan dengkuran halus terdengar dari mulut Elmira. Tapi sepertinya kejadian yang baru saja berlalu, langsung menghampiri alam bawah sadarnya. Keringat dingin terus mengalir dari dahi Elmira, hingga sekujur tubuhnya.

"El, lawan! Ayo El, lawan rasa takut itu. Jangan biarkan rasa takut itu, terus menghantui hidupmu!" Fabian langsung mengambil handuk kecil, dan mengusap dahi El yang terus mengeluarkan keringat. Tangannya langsung membuka gaun yang digunakan El, dan hanya menyisakan bra dan cd. Deru nafas Fabian terdengar memburu, seakan sedang berperang dengan hasrat laki-lakinya.

Bukan hal mudah baginya, harus melihat tubuh  setengah polos sempurna seorang wanita di hadapannya. Rasa cinta yang telah tumbuh di hatinya, membuat Fabian berfikir kembali.

"Gue ini dokter yang harus profesional dengan pekerjaan ini!" teriakan dalam hatinya, langsung membangunkannya dari gulatan nafsu yang hampir membuatnya lupa akan posisinya saat ini.

"Gue hanya boleh menyentuhnya, hanya jika El yang memberikannya. Bukan dengan cara ini. Yang justru akan membuat El lebih hancur. Gue udah gila!" gumamnya lagi. Perang perasaan terus menyelimuti pikirannya sepanjang malam.

Tambah game 😒😒 abaikanlah

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro

#me