18. Raina

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Hari demi hari hubungan Alvaro dan Titania terjalin dengan damai, meskipun sesekali Alvaro cemburu pada orang-orang yang dekat dengan Titania dan orang yang dengan terang-terangan meminta kontak gadis itu saat mereka pergi ke suatu tempat.

Seperti sekarang, ia berada di salah satu taman hiburan yang cukup terkenal di Jakarta. Setiap orang yang ingin berkenalan dengan Titania pasti menganggap gadis itu adalah adik dari Alvaro, bukankah itu menyebalkan?

"Boleh minta foto nggak?"

Alvaro dan Titania mengalihkan tatapannya saat seorang gadis berbicara pada mereka, lebih tepatnya berbicara dengan Alvaro. Seorang gadis sudah bersiap dengan ponselnya dan menyuruh Titania untuk memotret Alvaro dengan dua cewek yang tiba-tiba datang.

"Tolong ya," katanya.

Titania merutuk dalam hati dan terpaksa memotret mereka dengan tidak ikhlas sama sekali, ia asal ambil saja tidak peduli fokus atau tidaknya setelah selesai dengan segera ia mengembalikan ponselnya dan mengajak Alvaro untuk pergi dari sana.

Alvaro tertawa dalam hati, ia baru kali ini melihat Titania kesal sampai seperti ini. Biasanya gadis itu biasa saja jika ia didekati oleh para cewek di sekolah, entah kenapa ini sedikit berbeda. "Kamu kenapa sih?" tanya Alvaro pura-pura tidak tahu.

Titania melengos melangkah mendahului Alvaro, cowok itu tertawa kecil dan menyusul Titania agar gadis itu tidak hilang di tempat yang cukup ramai ini. Alvaro menahan tangan Titania agar gadis itu diam, cowok itu mengajak Titania untuk menaiki wahana hiburan yang ada di sana.

"Biang lala?" tawar Aidan.

Titania mengangguk dan mereka antri untuk putaran berikutnya. Titania menunggu dan tanpa sadar menyenderkan kepalanya pada bahu Alvaro, cowok itu tersenyum tipis dan berharap waktu ini berhenti. Alvaro hanya diam saja, takut-takut Titania tersadar dan enggan untuk bersandar kembali padanya.

Kini giliran mereka untuk menaiki wahana itu, dan Titania segera melangkah terlebih dahulu menaiki kurungan besar diikuti Alvaro di belakangnya. Mereka duduk berdampingan dan menatap petugas yang menutup pintu. Titania dan Alvaro saling menatap satu sama lain begitu melihat tatapan petugas itu padanya.

"Ngapain tadi?"

"Abangnya jomblo."

Titania terkekeh mendengar ucapan Aidan dan menikmati indahnya ibu kota saat malam hati. Lampu gemerlap yang sangat indah membuat ingatan Titania terlempar saat kecil, di mana ia sangat polos dan tidak tahu menahu tentang pengkhianatan.

***

Alvaro membuka pintu rumahnya, tatapannya beredar ke sekeliling rumahnya yang cukup besar dan sangat sepi. Tak lama kemudian, wanita paruh baya menyambutnya membuat Alvaro cukup senang melihatnya ternyata di rumah ini masih ada orang.

"Bun, yang lain mana?"

Bunda Alisha tersenyum melihat putra semata wayangnya mencium punggung tangannya. "Lagi pada pergi, kamu sudah makan?" tanya Bunda, Aidan mengangguk sebagai jawaban karena dirinya memang sudah makan bersama Titania tadi.

"Tadi Raina nyari kamu, katanya kamu susah dihubungi?" tanya Bunda membuat Alvaro menghela napasnya. "Ada masalah apa sih kamu sama Raina?"

"Nggak ada masalah apa-apa kok, Bun. Nanti Alvaro bilang sama dia," kata Alvaro yang dijawab anggukan singkat oleh Bunda.

"Kalau ada masalah selesaikan baik-baik, jangan sampai merusak semuanya," ujar Bunda menasehatinya, Alvaro mengangguk dan berpamitan untuk ke kamar.

Entah kenapa berbicara dengan bundanya membuat dirinya merasa bersalah(?) Ah, entahlah hanya dirinya dan Tuhan yang tahu. Alvaro menaiki satu persatu anak tangga agar segera sampai di kamarnya, apa kabar jika ia mengatakan yang sebenarnya?

Alvaro membuka ponselnya dan mendapati pesan beruntun dari Rania dan satu pesan dari Titania. Alvaro lebih memilih membalas pesan dari Titania terlebih dahulu, gadis itu menanyakan apa dirinya sudah sampai atau belum. Aidan tersenyum menyadari jika Titania khawatir dengan dirinya.

Ia membalas pesan dari Rania seadanya, kemudian ia beralih ke Instagram di mana seseorang menandai dirinya di salah satu postingan yang mana terdapat fotonya dengan dua gadis saat di taman hiburan tadi. Sialnya, Titania menyukai postingan itu membuat dirinya mengusap rambutnya.

Ia menghubungi Titania dan diangkat oleh gadis itu, apa gadis itu tidak marah? Iya, semoga saja tidak. "Halo, lo lihat postingan itu?"

"Postingan yang mana?"

"Cewek tadi, yang ngajak foto gue tadi. Lo juga ngelove," kata Alvaro.

"Foto blur itu?"

Alvaro mendengar suara Titania yang menahan tawanya, memang jika dilihat dari postingan itu foto itu memang blur. Apakah Titania sengaja melakukannya? "Lo sengaja ya?" tanyanya seraya tertawa menyadari kejahilan kekasihnya.

"Sengaja, biar dia nggak sok."

Drttttt...

Alvaro terkejut saat panggilan masuk ke dalam ponselnya, ia mau tak mau harus menyudahi percakapannya dengan Titania dan mengangkat panggilan itu.

"Kamu udah lupa sama aku?"

***

Titania menatap layar ponselnya dengan aneh, Alvaro meneleponnya dan tiba-tiba segera mematikan panggilan itu membuatnya bingung. Ia kembali melihat beranda instagramnya, dan melihat-lihat apa yang sedang trend hari ini.

Tok tok tok

Titania terbangun dari berbaringnya, setelah itu dia membuka pintu kamarnya dan melihat ibunya yang berdiri membawa sebuah papper bag berwarna merah muda.

"Ada apa, Ma?"

Mamanya memberikan papper bag itu pada dirinya dan tentu saja ia terima dengan bingung. "Apa ini, Ma?" tanyanya.

"Ini baju buat kamu," kata Mamanya.

Titania mengangguk dan membuka papper bag yang berisi dress cantik berwarna peach. "Dari mana, Ma?" tanyanya.

"Dari ibunya Bara, terima ya Nak. Nanti kalau bertemu dipakai," kata Mamanya membuat senyuman Titania perlahan pudar, gadis itu mengangguk setuju dengan ucapan Mamanya.

"Ya sudah, istirahat ya."

Titania mengangguk dan menatap papper bag itu, terdengar helaan napas yang berat dari gadis itu. Apakah ia harus menerima seseorang yang sempat menghancurkan keharmonisan rumah tangga ibunya? Haruskah ia menerima saudara yang tidak berasal dari satu rahim yang sama dengan dirinya?

Ia lelah.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro