Jam Kakek - Xiu

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

"Apa kita harus ke rumah kakek, Ma?" bertanya dengan nada memelas, aku sungguh tidak ingin ikut ke kampung. Bukan apa-apa, rumah yang masih sangat tradisional dengan berbagai perabot antik itu selalu saja membuatku merasa memasuki museum, tempat paling membosankan di dunia. Tentu saja, ini pendapatku pribadi.

Aku paling benci pelajaran sejarah. Bagiku, sejarah hanya masa lalu, mereka yang suka sejarah, pastilah kaum susah move-on.

Mama hanya memberiku tatapan datar, sudah bosan mendengar keluhanku yang menurutnya tak beralasan.

"Zee, jangan mulai lagi, deh. Daripada kamu recokin Mama, mending kamu urus barang yang ingin kamu bawa ke sana. Mama ingatkan lagi, percuma bawa gadgets kamu ke sana, di sana area fakir sinyal. Internet belum menjangkau daerah sana."

Cih! 

Ini alasan utama aku enggan ikut ke rumah kakek.

Bayangkan, apa jadinya hidup tanpa internet di zaman sekarang. Bisa-bisa aku mati bosan hanya satu jam setelah tiba di sana.

"Zee, please. Kakek sedang sakit, apa salahnya kita sedikit menunjukkan perhatian?" melihatku masih belum beranjak, bibir makin mancung sementara pipi makin menggelembung, Mama akhirnya memilih memohon alih-alih memerintah.

Mama memang paling tahu kelemahanku. Semakin dikerasi, aku juga akan semakin keras kepala, begitu dilembutin, aku pasti luluh meskipun tetap memasang wajah cemberut.

Dasar aku tsundere.

"Fine! Janji ya, pulang dari rumah kakek, kita liburan ke Jepang. Ada event yang tidak boleh aku lewatkan di sana."

"Iya. Iya."

Kesepakatan telah dicapai.

------

Sejak tiba, kami telah disambut hujan. Kadang lebat sampai terdengar bagai air terjun, kadang hanya berupa gerimis yang menurunkan suhu udara. Tiupan pelan angin membuat merinding saking dinginnya.

Malam ini seperti malam sebelumnya.  Hujan yang mengguyur bumi sejak matahari terbenam belum juga menunjukkan tanda-tanda akan berhenti. 

Ibu juga sudah keluar sejak sore, membawa kakek ke puskesmas. Bibi dan Om juga ikut serta. Aku malas, makanya aku sekarang sendiri di rumah yang baunya seperti dari zaman prasejarah.

Menatap jam dinding kuno warisan kakek yang tergantung di ruang tamu, aku mengeluh dalam hati. Sebentar lagi tengah malam. Sebentar lagi, suara mengerikan dari jam dinding itu akan bergaung ke seluruh rumah. Sebanyak dua belas kali. 

Dentang paling lama dan paling panjang.

Aku benci jam itu. Juga benci suara dentang yang selalu sukses membuatku terlonjak kaget.

Menarik napas dalam-dalam, aku pun mempersiapkan hatiku. 

Tik tok.  Tik tok.  Tik tok. 

Sebentar lagi, tanpa sadar,  aku mulai menghitung mundur dalam kepala.

Lima.  Empat.  Tiga.  Dua.  Satu.

Kututup telingaku rapat-rapat dengan kedua tanganku, berusaha meminimalisir suara yang akan masuk ke lubang telinga. 

Singgg---

Hee??  Aneh ….

Kenapa tidak ada suara yang keluar?

Padahal jelas-jelas waktu sudah menunjukkan pukul dua belas. Kenapa jam itu tidak berdentang seperti biasa, ya? 

Apa jam jelek ini akhirnya rusak? Karena penasaran,  aku pun mendekati jam dinding kuno itu. 

Kujulurkan tanganku untuk menggapai bandul jam tua itu,  mungkin tersangkut sehingga jam tidak bisa berbunyi. 

Wushhh---bandul yang ingin kuraih itu berubah menjadi sepasang tangan hitam besar yang menarikku ke dalam jam tanpa aku sempat menjerit minta tolong.

Duniaku tiba-tiba gulita.

Tik tok. Tik tok.  Tik tok. 

Jam kembali berdetak seolah-olah tak terjadi apa-apa. 

Dari dalam jam, dunia begitu gelap dan gulita, aku berteriak sekuat tenaga, "MAMA! TOLONG AKUUUUUUU ...."

Aku berteriak sampai tenggorokanku sakit, tapi rasanya suaranya lenyap ditelan kehampaan.

Teng.  Teng.  Teng.  Teng.  Teng. Teng.  Teng.  Teng.  Teng.  Teng.  Teng.  Teng. 

Jam akhirnya berdentang sebanyak dua belas kali. 

Bagiku, jam ini akan terus berdentang tanpa henti ....

Teng.  Teng.  Teng.  Teng.  Teng. Teng.  Teng.  Teng.  Teng.  Teng.  Teng.  Teng. Teng.  Teng.  Teng.  Teng.  Teng. Teng.  Teng.  Teng.  Teng.  Teng.  Teng.  Teng. Teng.  Teng.  Teng.  Teng.  Teng. Teng.  Teng.  Teng.  Teng.  Teng.  Teng.  Teng. Teng.  Teng.  Teng.  Teng.  Teng. Teng.  Teng.  Teng.  Teng.  Teng.  Teng.  Teng. Teng.  Teng.  Teng.  Teng.  Teng. Teng.  Teng.  Teng.  Teng.  Teng.  Teng.  Teng. Teng.  Teng.  Teng.  Teng.  Teng. Teng.  Teng.  Teng.  Teng.  Teng.  Teng.  Teng.

Tenggg ….

-Selesai-
Karya: Luxiufer2

Jurusan: Fiksi Sejarah/Fantasi

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro