BERTEMU DENGANNYA

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Ratmi pun segera bergegas membantu bi Sum yang sedang mendata dan melayani pasien.

"Bi Sum sini saya bantu," ucap Ratmi.
"Boleh ndo tolong bantu pasien itu untuk segera mandi kembang," jawab bi Sum.
"Baik bi," ucap Ratmi sambil membawa perlengkapan untuk mandi kembang si pasien.

Ratmi melihat jadwal paman dan selingkuhannya untuk mempersiapkan jebakan.

Tak habis pikir dia, bisa-bisanya pamannya tega menghianati bibinya yang sangat baik itu. Ratmi semakin membenci lelaki, baginya tak ada lelaki yang setia. Semua merujuk pada penampilan dan sisanya tentang kebutuhan.

"Ndok, dipanggil Pak Kun. Sini, biar Mbok saja,"
Bi Sum menepuk pundak Ratmi.

"Ah, ya Bi."

Ratmi lalu menghampiri Pak Kun.

Dilihatnya Pak Kun sedang sibuk mengurusi beberapa pasien di kamar praktiknya, Ratmi mendekati.

"Pak, ada apa?"
"Oh, sebentar."

Pak Kun, masih terlihat sibuk untuk menyiapkan sesaji. Ratmi membantunya.

"Kamu ke pasar, beli semua yang ada di daftar ini." Pak Kun memberi Ratmi sebuah kertas ya g isinya berbagai macam sesaji.
"Baik."

Ratmi pergi ke kamarnya untuk berganti baju karena dia akan ke pasar.

Ratmi membawa cukup uang untuk membeli pesanan Pak Kun dan beberapa titipan makanan Bi Sum. Ratmi juga membeli rujak, karena dia sedang mengidam. Biasanya hanya mengambil mangga muda di kebun milik Pak Kun.

Jika belanja, Ratmi bisa seharian. Karena jarak rumah Pak Kun yang masih di atas gunung.

"Kembang, air, makanan. Semuanya sudah, eh tapi ini ada satu yang belum. Ayam cemani, ah ya. Tinggal satu lagi," gumam Ratmi melihat daftar belanjanya. Dia menghampiri beberapa tukang ayam untuk membelikan pesanan terakhir yang belum dia dapat. Namun, di pasar itu tak ada yang menjualnya.

Tiba-tiba ada seorang lelaki mendekat.

"Maaf, sepertinya nona sedang mencari sesuatu?" Lelaki muda sedikit tampan tersenyum melihat ke arah Ratmi.

Hati Ratmi berdebar, sudah lama dia tak bertemu dengan seseorang yang seperti ini.

"Ah, iya. Saya sedang mencari ayam cemani," ucap Ratmi malu.
"Hmm, pantas. Di sini tak ada yang menjualnya. Karena memang itu hanya permintaan khusua dari Pak Kun. Tapi, saya punya beberapa di peternakan. Kamu mau?"
"Ah, saya mau."
"Mari ikut saya Non."

Lelaki itu menunjukkan jalan ke Ratmi untuk pergi ke petermakan miliknya. Ratmi pun dengan senang hati mengikutinya dari belkaang tanpa memerdulikan siapa dia dan ada niat jahat atau tidak.

Lelaki itu menggunakan sepeda motor dan membonceng Ratmi karena jarak antara pasar dan peternakannya begitu luamayan.

Sepanjang perjalanan lelaki itu melihat spion ke arah Ratmi. Ratmi hanya tersenyum.

"Hmm, maaf ni kita belum kenalan. Perkenalkan nama saya Gilang." Gilang tersenyum.
"Nama aku Ratmi." Ratmi pun membalas senyumannya.

Lama mereka hanya saling tersenyum tanpa kata. Sapai tibalah di sebuah peternakan milik Gilang. Di sana ada sebuah rumah mini untuk sekedar berteduh jika sedang di sini.

"Ayo, silahkan masuk." Gilang mengajak Ratmi masuk. "Mau teh atau?"
"Tak usah repot."
"Tak repot. Sebentar ya."

Gilang pamit ke belakang. Ratmi melihat sekitar. Rumah mini berkamar satu di kelilingi tembok besar dan tinggi. Ada beberapa kandang sapi dan ayam. Tapi, Ratmi tak melihat ada aktifitas orang lain selain mereka. Cuma ada ayam yang sedang berlalu lalang di pekarangan rumah tersebut.

"Ini, silahkan diminum." Gilang membawa dua gelas es jeruk.
"Hm, kamu sendiri?"
"Ah, tidak. Ada kang Adi dan kang holis yang membantu. Cuma mereka datang pagi dan sore saja. Karena sedang mengantar pesanan."
"Hmm, gitu."

Gilang mendekati Ratmi. "Mau lihat ayamnya? Mati ikut."

Ratmi pun hanya mengangguk dan mengikuti Gilang.

Ada kandang khusus yang dikelilingi pagar untuk ayam cemani milik Gilang.

"Kamu mau yang mana?"
"Ah, aku gak begitu mengerti. Bisa kamu memilihkan untuk ku?"
"Oh, tentu. Tunggu di sini."

Gilang mulai berlari menangkap ayamnya. Ratmi hanya tertawa memihat tingkah konyol gilang. Ratmi pun ikut berlari menangkap ayam tersebut.

Ratmi tertawa bahagia, hal yang memang tak pernah dia dapatkan. Akibat ini baju Ratmi menjadi kotor karena terjatuh di kubangan air.

"Mi, baju kamu kotor tuh!"
"Ah, ini tak apa kok."
"Aku ada beberapa kaos, mungkin kamu bisa pakai."
"Tak, usah. Aku begini saja."
"Jangan, nanti kamu masuk angin."

Setelah mengikat beberapa ayam untuk Ratmi, Gilang bergegas ke dalam lalu memberikan kaos dan celana trening miliknya agar Ratmi menggantinya.

"Ini, kamu bisa ganti baju di dalam kamar."
"Tak usah repot. Gak apa kok."
"Aku maksa!"

Gilang tersenyum memberikan bajunya. Ratmi pun yang tak enak menolaknya lalu menju kakar Gilang untuk berganti baju.

Setelah itu Ratmi dan Gilang hendak pergi dari sana. Tetapi saat dia ingin menstater motornya hujan tiba-tiba turun.

"Yah, ayok Mi,"

Mereka sibuk membawa belanjaan Ratmi dan masuk kembali ke rumah Gilang.

"Yah, hujan. Mana sudah sore, pasti Pak Kun mencariku."
"Kamu pegawainya?"
"Ya,"
"Wah, kenapa tak bilang sedari tadi. Ya sudah. Aku akan meneleponnya dan bilang kamu bersamaku agar dia tak mencari."

Gilang menelepon Pak Kun. Pak Kun lalu mengijinkan Ratmi hingga hujan berhenti.

Hujan bukannya berhenti malah semakin lebat. Gilang mengajak Ratmi mengobrol sembari menonton TV di rumah peternakannya.

Gilang juga membuatkan mie instan untuk mengganjal perut mereka yang lapar.

Gilang meminta ijin ke Pak Kun untuk Ratmi menginap. Pak Kun mengijinkannya karena memang sudah malam juga dan jalan menuju ke rumahnya memang licin.

"Tak apa ini aku menginap?"
"Hmm, gak boleh. Bayar. Hehe."
"Ah, kamu mah. Kamu selalu sendiri di sini?"
"Ya, aku anak tunggal. Ayah sudah lama pergi. Di rumah hanya ada ibu."
"Maaf,"
"Tak apa, kamu sendiri?"
"Ah, aku, aku gak mau membicarakanya."
"Maaf, Mi. Oh iya. Kamu bisa tidur di dalam jika mengantuk. Aku akan tidur di sini."
"Ya. Aku ke dalam dulu ya."

Ratmi berjalan ke arah kamarnya sambil tersenyum ke arah Gilang. Namun, tiba-tiba listrik padam. Ratmi sontak berteriak.

"Ahhhhhhhhh,"
"Mi, diam di situ." Gilang menghampiri Ratmi dengan penerangan ponselnya. Dia lalu mendekap Ratmi lalu menuntunnya ke kamar.

"Sebentar, kamu tunggu sini."

Gilang lalu beranjak ke dapur untuk mencari lilin. Setelah mendapatkannya Gilang kembali.

"Nah, sudah jangan takut. Di sinu memang sering begitu jika ada suara petir. Nih, sudah terang."

Ratmi memegang ujung kaos Gilang.
"Kamu tidur di sini saja ya. Aku takut."

Gilang tersenyum. Akhirnya mereka pun tidur bersama dan saling bercerita.

Tak lama kemudian Gilang yang seorang lelaki bergejolak melihat Ratmi yang cantik dan ayu itu. Mereka pun akhirnya memulai permainan.



Bersambung ...

Hai jangan lupa vote dan komennya.

Ditunggu.



Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro