KENGERIAN

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Ratmi tak kuasa menahan rayuan yang dilontarkan Gilang. Dia berusaha menolak namun hatinya ingin.

Tiba-tiba angin berhembus kencang dari arah jendela, membuat gelas yang ada di meja jatuh.

Prank!

Sontak Gilang dan Ratmi menengok ke arahnya. Ratmi lalu mendorong Gilang, dan membetulkan bajunya.

"Ah, maaf. Ta-tapi aku tak bisa melakukannya," ucap Ratmi kaku.

"Hmm, aku yang seharusnya meminta maaf. Aku ke depan dulu. Kamu tidurlah."

Gilang ke luar dari kamar. Lalu Ratmi mulai berbaring bersiap untuk tidur.

Hujan semakin deras membuat Ratmi mengantuk. Tak ada pemerangan sama sekali, Ratmi mencoba menutup mata.

Gilang menaruh ponselnya yang menyala di atas meja. Dia pun tertidur juga.

**

Keesokan harinya Ratmi bangun lebih awal, dia bangkit dari tempat tidur lalu berjalan ke arah kamar mandi.

Setelah itu dia mulai mencari kopi atau teh untuk diminum pagi ini.

"Kopi dan teh ada di laci ujung." Suara Gilang yang sedabg bersender di dekat lemari mengagetkan Ratmi.

"Ah, kamu! Bikin kaget saja!"

Gilang berjalan ke arah Ratmi.

"Aku suka kopi pahit, tanpa gula." Gilang tersenyum. Ratmi hanya diam enggan menanggapinya.

Gilang pergi ke arah kandang, dia menemui Kang Adi yang sedang memberi makan ayam-ayam dan ternak lainnya.

Setelah Ratmi membuat kopi dan teh, dia berjalan ke arah meja depan dan menaruh ya di sana. Gilang datang menghampiri.

"Terima kasih kopinya."

Ratmi tersenyum. "Hmm, kapan ya kamu bisa antar aku? Maaf, aku hanya tak mau Bi Sum menunggu."

Gilang meminum tehnya.

"Ya, sehabis ini, boleh."

"Terima kasih sebelumnya," ucap Ratmi malu-malu.

Gilang terus memandang wajah Ratmi, dia semakin cantik. Tapi Ratmi yang malu dan trauma dengan lelaki. Enggan menanggapinya.

"Mi, boleh nanti aku main ke Pak Kun." Gilang tergoda oleh parah Ratmi, dia sangat bernafsu memilikinya.

"Hmm, silahkan saja." Ratmi melontarkan senyum.

"Kamu manis Mi,  Apa kamu sudah punya pasangan?"

Kami terdiam sejenak kata-kata ini mengingatkan dirinya akan seseorang yang menyakitinya dulu.

"Apa ini sebuah pujian atau kau ..."

"Mengapa kau terlihat seperti takut, apa dulu ada seseorang yang pernah menyakitimu?"

Kang Adi datang dari arah pintu depan.

"Permisi tuan, Maaf di luar sana ada yang mencari Nona Ratmi."

"Maaf, tapi siapa ya?" Wajah Ratmi terlihat heran.

" Kang, terima kasih, nanti saya keluar. Ayo Mi keluar. Siapa tahu itu Pak Kun."

Kang Adi menganggut lalu pergi keluar melalui pintu belakang, sedangkan Gilang dan Ratmi langsung bergegas keluar melihat Siapa yang mencari.

Ternyata seorang wanita utudan Bi Sum ditemani seseorang, Jamila namanya.

"Mi, saya ingin menjemput kamu. Karena saya  pikir kamu tersesat. Tapi, saya diantar pedagang ikan ini ke sini." Jamila mengangguk.

"Kebetulan. Ya udah Gilang, aku pulang bareng dengan Jamila saja. Terima kasih untuk semuanya."
"Iya, Mi. Nanti aku boleh main kan?" tanya Gilang.
"Iya, datanglah."

Mereka lalu bersalaman. Ratmi dan Jamilah pergi menjauh dari rumah Gilang.

Tak lama Gilang dapat telepon dari Pak Kun menanyakan Ratmi.
Wajah Gilang panik setelah mendengar itu.

"Apa?" teriak Gilang.


Bersambung...

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro