15. Ancaman Yang Tersembunyi

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Part 15 Ancaman Yang Tersembunyi

“Davian?” Suara Zahira dari arah belakang mengejutkan Rachel yang baru saja menurunkan ponsel dari telinga. Tubuh wanita itu membeku, kemudian berbalik dengan perlahan menatap sang mama. “Apakah kau masih berhubungan dengan Davian?”

Rachel menelan ludahnya. “R-rachel hanya …. kami hanya bicara.”

“Bukankah hubungan kalian sudah berakhir? Kau bilang …”

Rachel mengangguk, tetapi ia tahu itu hanya kebohongan yang tersimpan di hatinya. “A-andara … dia mengatakan sesuatu tentang … melihat Davian. H-hanya sesuatu yang tidak penting. Rachel baru saja bicara dengannya. Bukan dengan Davian.” Sekali lagi Rachel menelan ludah. Satu kebohongan kembali terlepas dari bibirnya. Menambah rasa bersalahnya pada sang mama.

Zahira terdiam. Mengamati sejenak wajah Rachel dan mengangguk. “Temani suamimu. Papamu sebentar lagi datang.” Rachel mengangguk.

“Rachel?” panggil Zahira lagi sebelum sang putri membalikkan badan.

“Ya, Ma?”

Zahira terdiam. Sekali lagi menatap wajah Rachel dan mulai berbicara. “Reagan. Dia pria yang baik. Mama yakin, perlahan kau akan mulai membuka hati untuknya.”

Rachel tak yakin kenapa mamanya mendadak mengatakan hal semacam itu padanya. Terutama setelah emmergokinya berbicara dengan Davian. “Maksud mama?”

Zahira maju satu langkah. Memegang kedua pundak Rachel dan memberikan seulas senyum tipis yang lembut dan penuh kasih untuk sang putri. “Meski kau selalu mengatakan semuanya baik-baik saja, matamu berbicara sebaliknya.” Wajah Rachel seketika membeku. Matanya mengerjap dengan gugup, tetapi terlambat untuk menyembunyikan apa yang tertampil di seluruh permukaan wajahnya.

“Kau satu-satunya putri mama. Sejak dalam kandungan, hingga kau lahir dan menjadi sebesar ini. Bagaimana mungkin mama tak menyadari kemelut yang tengah memenuhi kepalamu.”

“Davian memang pria yang baik tapi kau tahu papamu tidak cukup memberikan pria yang baik untuk putrinya.  Ada banyak pertimbangan, meski tak menutup semua perjodohan ini karena demi perusahaan papamu. Kami juga menatap Reagan sebagai seorang pribadi.”

“Rachel tak pernah tahu kalau ternyata mama mengenal Reagan sebelum hari pernikahan kami. Juga kedua orang tuanya.”

“Mama hanya tak ingin  membebanimu dengan hal tersebut. Papa Reagan sudah banyak melakukan kebaikan untuk keluarga kita. Membantu keluarga kita hingga sampai papamu sesukses  saat ini. Bahkan ketika perusahaan kita akan bangkrut, Reagan masih bersedia membantu.”

Rachel kembali bergeming. Sekarang, ia tahu kenapa mamanya tak begitu antusias memperkenalkan dirinya dengan Reagan sejak awal. Setelah mamanya menceritakan semua ini, Rachel tentu merasa terbebani untuk membalas budi pada keluarga Reagan. pada Reagan. 

“Dan kau tentu mengenal Joshua, kan?”

Rachel mengangguk pelan. 

Untuk sejenak, Zahira sempat tampak meragu. Menatap kedua mata sang putri lebih dalam dan berkata dengan hati-hati. “A-apa kau tahu kalau Joshua adalah anak hasil perselingkuhan ibu Reagan?”

Rachel mengangguk pelan, meski keterkejutan masih cukup merambati dadanya. Rupanya rahasia tentang Joshua memang sudah menjadi rahasia umum.

“Mama tak akan bercerita banyak tentang masalah keluarga mereka. Tapi semua fakta itu cukup membuat Reagan terpukul setelah kematian kedua orang tuanya. Jadi untuk sekali ini, mama mohon jangan menyakiti Reagan.”

Rachel menelan ludahnya. Dengan kebimbangan yang semakin merambati dadanya. Pengkhianatan. Perselingkuhan. Sepertinya sudah terlalu banyak luka yang ditorehkan oleh orang-orang terdekat Reagan. Dari ibu Reagan dan Joshua. Itulah sebabnya Reagan memastikan anak yang akan ia kandung benar-benar adalah darah daging dari pria itu.  Pun pria itu tak mempedulikan siapa yang ada di hatinya.

“Dengan cara yang sama seperti yang dilakukan ibunya padanya.”

Rachel memaksa kepalanya mengangguk. Ia tahu batasan dirinya dalam pernikahan mereka. “Ya, Ma.”

Suara langkah dari arah ruang tamu samar-samar semakin jelas. Mengakhiri pembicaraan yang mendadak menjadi serius tersebut. Zahira menyuruh Rachel lekas kembali menemani Reagan sementara dirinya menyambut sang suami.

*** 

“Kenapa?” Kedua alis Reagan menyatu ketika menyadari tatapan Rachel yang lebih lekat sejak kembali duduk bersamanya. “Ada yang salah denganku?”

Rachel mengerjap sekali dan menggeleng. “A-aku … hanya memikirkan kesepakatan pernikahan kita.”

“Tentang perceraian?” Reagan tahu ke mana pembicaraan ini akan mengarah. Ia meletakkan cangkir tehnya yang sudah tandas.  Memutar tubuh ke arah sang istri. “Apakah kau begitu tak sabaran? Setelah semua kesalah pahaman antara kau dan kekasihmu sudah terluruskan.”

Rachel menelan ludahnya.  Merasa tak nyaman ketika Reagan membawa-bawa Davian dalam pembicaraan mereka. “Aku hanya ingin membicarakan tentang kesepakatan kita berdua.”

“Bukankah semua sudah jelas.”

“Saat kita bercerai, apakah kau akan menghentikan kerjasama antara perusahaanmu dan perusahaan papaku?”

Reagan terdiam sejenak. “Apakah jika aku memutuskannya, kau akan mempertahankan pernikahan kita? Demi kelanjutan perusahaan paapamu?”

Napas Rachel tertahan untuk tiga detik penuh. Kebimbangan menyergap dadanya dengan tiba-tiba.

Reagan terkekeh pelan. “Kenapa kau setegang itu, istriku?”n

Rachel bergeming.

“Aku masih belum memutuskan akan jadi seperti apa pernikahan kita di masa depan. Kemungkinan itu ada. Keadaan selalu berubah, masa depan selalu berubah. Kita tak pernah tahu masa depan pernikahan kita. Jangan mengatur reancana yang berada di luar kendali kita.  Atau kekecewaan yang kau dapatkan menjadi lebih besar. Lebih besar dari yang sanggup kau tanggung.”

“Dan kita tak pernah tahu, di masa depan kekasihmu itu apakah masih menjadi orang yang kenal seperti saat ini.” Tambahan kalimat Reagan membuat wajah Rachel semakin membeku.

“A-apa maksudmu?” Mata Rachel menyipit, sempat menansgkap kesedihan yang tersirat di kedua mata pria itu.

Reagan terdiam sejenak, kemudian menggeleng. “Bukan apa-apa. Jangan memikirkannya lebih dalam.”

Rachel merapatkan mulutnya. Keduanya saling pandang.

“Dan selama kau menjadi istriku, aku tak suka kau menemui pria lain.” Tatapan Reagan berubah lebih intens. “Sejak menjadi istriku, kau akan menjadi sorotan media di mana pun dan kapan pun, Rachel. Jadi jangan mencoreng nama baik keluarga kita. Dengan perselingkuan maupun pengkhianatan.” Tangan Reagan masuk ke dalam saku jas bagian dalamnya. Mengeluarkan amplop berwarna coklat yang cukup tebal dan meletakkannya di pangkuan Rachel.

Rachel menunduk sembari menelan ludahnya. Menatap cukup lama sebelum mengambil amplop tersebut dan perlahan mengeluarkan isinya.  Napasnya tercekat, melihat lembaran-lembaran foto antara dirinya dan Davian. Yang duduk di café, juga beberapa tempat yang mereka datangi dalam seminggu ini.  Salah satunya di apartemen Andara. “K-kau membuntutiku?”

Reagan mendengus tipis. “Aku tak punya waktu melakukan hal sereceh ini, istriku. Bukankah aku sudah mengatakan untuk menjaga batasanmu?”

Rachel menjilat bibirnya yang mendadak kering. Menguasai ekspresi wajahnya dengan cepat dan menatap Reagan dengan ketenangan yang palsu. Kenapa ia mendadak menjadi istri yang berselingkuh. “Lalu apa semua ini?”

“Seseorang mengirimkannya padaku secara diam-diam.  Dan mungkin kau perlu tahu berapa nominal yang harus kuberikan agar foto ini tidak sampai ke media.”

Wajah Rachel membeku, dengan kepucatan yang mulai merambati permukaan wajahnya.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro