18. Muslihat Licik Lania

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Part 18 Muslihat Licik Lania

“Kupikir apa yang kukatakan tadi malam sudah cukup jelas, Lania.” Suara Reagan tegas dan penuh penekanan di setiap kata-katanya. Menjauhkan tangan Lania darinya. “Urus saja urusanmu sendiri.”

Mata Lania mengerjap di antara wajahnya yang memias. Menarik tangannya kembali dan duduk di kursi. Joshua satu-satunya orang yang tidak bergabung di meja makan, ia pikir hal itu akan membuatnya lebih bebas untuk menggoda Reagan tanpa gangguan pria itu. Tetapi perubahan sikap Reagan yang begitu tiba-tiba ini tentu saja mengejutkannya.

“Apa saja yang kau katakan pada Reagan hingga dia berubah seperti itu?” cecar Lania saat menghampiri Rachel yang baru saja mengantar Reagan ke teras rumah. Mobil pria itu baru saja menghilang dari pandangan keduanya.

Alis Rachel berkerut tak mengerti dengan pertanyaan Lania. “Berubah? Sepertinya tak ada yang berubah dengan sikap Reagan. Semuanya baik-baik saja.”

Wajah Lania memerah, menahan kegeraman dengan jawaban penuh ketenangan Rachel. Dan semakin dibuat merah padam ketika pandangannya tanpa sengaja menangkap kissmark di leher Rachel yang mengintip dari balik kerah baju dan helaian rambut wanita itu yang terurai.

Rachel cukup tersinggung dengan tuduhan yang dilemparkan Lania. Ia sama sekali tak berhak ikut campur dengan urusan Reagan dan Lania. Termasuk kemarahan pria itu pada Lania yang ada hubungannya dengan perasaan cinta Reagan yang mungkin masih dimiliki pada wanita ini. Hanya saja, rupanya Lania masih belum bisa memilah urusan wanita itu dengan Reagan sama sekali tak ada hubungannya dengan dirinya.

“Hubungan kami baik-baik saja. Sejak kami dijodohkan, saling mengenal, dan menikah. Sikap Reagan padaku tak ada yang berubah. Kami hanya saling menghargai urusan pribadi masing-masing karena pernikahan ini.” Sekali lagi Rachel menjawab dengan penuh ketenangan. 

“Kau bercinta dengannya?” Tangan Lania terangkat, menyingkap rambut dan kerah baju Rachel. Memperjelas jejak merah di sekitar leher yang rupanya lebih banyak.

Rachel mundur satu langkah, menepis tangan Lania yang dengan lancang menyentuh pakaiannya. Tangannya kembali menutup apa pun itu yang Lania lihat di balik lehernya dengan wajah merah padam oleh rasa malu. “Kupikir satu hal itu bukan urusanmu, Lania,” jawabnya dengan kesal. Membalikkan badannya dan berjalan masuk ke dalam rumah.

Lania jelas tak akan membiarkan Rachel lepas begitu saja. Ia menyusul Rachel, menangkap pundak wanita itu dan menyentakkannya hingga keduanya kembali berhadap-hadapan. “Bukankah pernikahan kalian hanya sebuah kesepakatan? Apakah kau merayunya?”

Rachel mendesah kesal. Mulai frustrasi dengan pertanyaan lancang Lania. Menepis tangan Lania dari pundaknya dengan kasar. “Pernikahan kami bukan urusanmu, Lania. Kenapa kau perlu tahu urusan ranjang kami?”

“Karena hanya aku wanitanya.”

“Wanita yang telah mengkhianatinya?” dengus Rachel, tak bisa menahan sindiran pedasnya karena Lania yang semakin melewati batasan. “Dengan adiknya sendiri.”

Wajah Lania yang merah padam, semakin menggelap. 

Rachel tahu ia tak seharusnya meladeni perdebatan Lania. Tetapi saat ia sudah berbalik dan berniat mengakhiri perdebatan tersebut. Ia tak bisa menerima kata-kata Lania.

“Wanita murahan,” desis Lania. Dengan kecemburuan yang memekati kedua matanya.

Langkah Rachel seketika terhenti. Memutar kepalanya menatap Lania. “Kau bilang apa?”

“Wanita murahan. Penggoda. Perebut laki-laki.” Lania mengucapkannya dengan penuh emosi. 

Mulut Rachel menganga. Tak percaya dengan kata-kata makian Lania yang menyinggungnya. Tangan Rachel terangkat, melayang dan mendaratkan tamparan di wajah Lania.

Plaakkk …

Sejenak, keheningan seketika menyelimuti keduanya. Kepala Lania tertunduk, perlahan terangkat. Mata wanita itu mendelik. “K-kau baru saja menamparku?”

“Jaga kata-katamu, Lania,” peringat Rachel, benar-benar sudah kehilangan kesabaran menghadapi sikap Lania yang begitu kekanakan. “Mungkin kau memang kekasih Reagan di masa lalu. Tapi sekarang, bukalah matamu dan hadapi kenyataan yang ada di depanmu dengan pikiran warasmu. Sekarang, akulah istri Reagan. Akulah wanita yang dinikahi Reagan. Secara resmi dan sah. Apa yang kami lakukan di dalam kamar tidur, adalah hal yang sepatutnya. Kata-katamulah yang berlebihan, Lania.”

Mulut Lania membuka nutup dengan serangan telak Rachel yang tak bisa ia sangkal.

“Kaulah yang tidak tahu diri. Kau yang mengkhianati dan berselingkuh dari Reagan. Hingga mengandung anak Joshua. Jadi katakan semua makianmu itu pada dirimu sendiri.”

“Reagan hanya milikku.”

“Kau terlalu memaksa diri, Lania. Hentikan kekecewaanmu sendiri.” Rachel membalikkan tubuhnya dan masuk ke dalam rumah. Kali ini Lania tak menghentikannya, ia pun berniat langsung naik ke kamar tidur dengan kekesalan yang semakin menumpuk. Tetapi ia lupa bukan hanya Lanialah satu-satunya orang yang selalu suka memancing kekesalannya di rumah ini.

Joshua berdiri bersandar di ujung pagar anak tangga menuju lantai dua. Menghalangi jalannya menuju lift yang ada di samping anak tangga. Ada luka di ujung bibir pria itu, juga lebam di hidung yang tidak ditangani dengan baik. Berdiri dengan penuh kepercayaan diri. “Aku tahu, cintanya memang sebuta itu pada Reagan. Kuharap kau memakluminya.”

Rachel tak menggubris kata-kata Joshua. Jika memang sebuta itu, bukankah seharusnya Lania tak mengkhianati Reagan. Sehingga kerumitan ini tak pernah terjadi. Dan ia tak perlu terjebak di tengah kemelut keluarga Reagan.

Langkah Rachel bergerak ke samping, menghindari tubuh Joshua yang menghalanginya. Tetapi sebelum tubuhnya benar-benar melewati pria itu, Joshua menangkap lengan Rachel. Mendorong wanita itu ke dinding lorong dan menghimpit dengan tubuhnya.

Rachel seketika memberontak, mendorong tubuh Joshua dengan seluruh kekuatan yang ia miliki. “Menjauh dariku!” peringatnya.

Joshua hanya tersenyum. Mendekatkan wajahnya dan berbisik. “Pada awalnya, Lania juga menolakku. Persis seperti yang kau lakukan seperti ini.”

“Dan aku tak tertarik membahasnya.”

“Apakah Reagan sudah menerima semua foto-foto itu?”

Wajah Rachel seketika membeku. “K-kau …”

Joshua terkekeh. “Hmm, memang aku. Apakah itu cukup mengusik ketenangan Reagan? Biasanya dia paling sensitif jika mulai mengendus aroma pengkhianatan.”

Rachel tak mengatakan apa pun. Ujung matanya melirik ke arah lengan Joshua tepat berada di samping bawah wajahnya. Menggunakan kesempatan tersebut dan menggigit bisep pria itu dengan mengerahkan seluruh tenaga yang dimiliknya.

Joshua mengerang, tubuhnya refleks bergerak mundur beberapa langkah. Rachel pun gegas melarikan diri menuju lift. Mengabaikan erang kesakitan Joshua yang kemudian berubah menjadi kekehan dan tawa yang membahana. Meski tak mengejarnya lagi.

Di sisi lain. Lania menurunkan ponselnya setelah menatap puas hasil gambar yang sudah ia tangkap. Menyembunyikan tubuhnya dari pandangan Joshua yang berjalan menuju ruang makan.

Matanya berkilat licik, ketika mengirimkan gambar tersebut ke nomor Reagan. “Ya, kau benar, Joshua. Reagan paling sensitif jika mengendus aroma pengkhianatan. Kita lihat berapa lama kau akan mempertahankan hubungan ini, Reagan.”

*** 


Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro