Part 14

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

"Ayah? Papa?"

*** Akashi's pov ***

"Aku mencintaimu!!"

Kata-kata itu terus teringat di dalam kepalaku.

'Kenapa kau bisa mengatakan hal itu dengan mudah!?'

"Akashi...kun?"

"Maaf Kuroko, aku melamun lagi ya?"

"Kau sering melamun semenjak dari rumah sakit, ada apa?"

"Jangan khawatirkan aku." ucapku melambaikan tanganku.

"Lalu ada apa memanggil kami berdua lagi, Akashi?" tanya Midorima.

Aku menatap lama mereka lalu mengalihkan pandanganku.

"Awal tahun nanti aku akan pindah ke Jerman. Sekitar tanggal 2, mungkin."

*** (Name)'s pov ***

"Huh? Ayah akan datang?" heranku yang sedang asik minum teh hangat menoleh pada Nijimura.

"Ya... karena ayahmu dan ayahku adalah teman baik jadi ayahku diberitahu juga bahwa ayahmu akan mengunjungimu."

"Ayah berada dimana...?" gumamku menatap permukaan teh hangat, dengan uap yang samar-samar mengepul.

"Haruno-san berkeliling dunia sejak beliau pensiun dari pekerjaannya mengurus perusahaan (Surname)."

"Pensiun?"

"Ya, hampir genap 2 tahun beliau pensiun."

'Jika ayah pensiun... siapa yang mengurus perusahaan selama aku koma dulu...?'

"Uuh, jadi siapa yang mengurus perusahaan keluarga?"

"Tentu saja kau, (Name)."

"Eh, tunggu. Shintarou sudah memberitahuku tentang ini."

"Sudah? Jadi kau tau kalau sebenarnya perusahaanmu itu hanya perlu seorang pengawas, kan?"

"Mhm... jadi, siapa yang mengawasi perusahaanku selama aku koma?"

"Aku."

"Eh?"

"Ya, Haruno-san sangat percaya padaku sampai dia memintaku untuk mengawasi perusanaan (Surname) selama kau koma."

"...hm, aku penasaran kenapa ayah begitu mempercayaimu..." gumamku meminum teh hangatku.

"E-entahlah..."

'Tentu saja karena kau adalah tunanganku...' pikirku melirik wajah Nijimura yang sedikit memerah, diam-diam aku menghela napas.

--Sepertinya aku harus menceritakan kenyataannya pada Nijimura.

Maksudku, aku sudah berada di rumah sakit selama 3 hari.

--Dan aku tidak bisa mempercayai Midorima dkk.

"Shuuzo..."

"Hm?"

"Ada... banyak hal yang ingin kuberitahukan padamu..." bisikku meletakkan gelas di atas meja yang berada di sebelah kasurku lalu menoleh Nijimura, "Tapi aku tidak ingin membicarakannya disini."

'Aku ragu untuk membicarakan itu disini. Seolah-olah ada yang mengawasiku 24 jam jika aku berada di ruangan ini.'

"Baiklah, aku akan menelpon Midorima bahwa kau ingin jalan-jalan keluar." ucap Nijimura berdiri dari kursi yang sedang ia duduki.

"Menelpon?"

"Ya, dia sedang berada diluar tapi kalau ada apa-apa denganmu, aku harus menelponnya." jelas Nijimura keluar ruangan.

'Aku harus memberitahunya...' pikirku mengangguk mantap.

***

"Dasar sepupu hijau aneh yang berlebihan." gerutuku.

"Dia hanya khawatir padamu."

"Tapi tidak harus sampai menyuruhku memakai kursi roda, kan!?"

Ya, terkutuk kau penggila Oha Asa! Kakiku baik-baik saja dan dia menyuruhku keluar menggunakan kursi roda!!

"Jangan pasang wajah ngambek (Name), wajahmu jadi jelek, tuh." komentar Nijimura yang sedang mendorong kursi roda.

"Dan dia hanya memberi waktu 1 jam untuk berada diluar, apa maksudnya!?" kesalku mendang benda imajiner yang ada di depanku.

"Jangan marah-marah terus. Nanti cepat tua lho!"

"Baka Shuuzo!"

*** Akashi's pov ***

"Ada apa, Midorima?"

"Shuuzo-san menelponku, katanya (Name) ingin berjalan-jalan keluar, nanodayo."

"Mungkin dia bosan berada di dalam ruangan terus." komentarku meminum kopiku.

"Tapi, Akashi..."

"Hm?"

"Kenapa kau ingin pindah ke Jerman?" tanya Kuroko.

"Dan kenapa bertepatan dengan resepsi pernikahan (Name) dengan Shuuzo-san?"

*** (Name)'s pov ***

Setelah aku menjelaskan kalau ingatanku hampir pulih, ekspresi syok muncul di wajah Nijimura.

"Jadi, kau..."

"Yup." jawabku singkat.

Spontan wajah Nijimura menjadi merah dan ekspresi kesal tertanam di wajahnya.

"JADI KAU MENIPUKU!?"

Aku tertawa melihat ekspresi unik Nijimura.

"Ahahahaha! Lihat wajahmu, lucu dan bodoh disaat bersamaan." ejekku tertawa.

Setelah tawaku reda, aku baru sadar bahwa Nijimura sedang menatapku dengan senyum.

"A-apa?" tanyaku takut-takut kalau Nijimura merencanakan rencana jahat dibalik senyumnya itu.

"Akhirnya kau tersenyum juga."

Eh?

"Semenjak masuk rumah sakit, kau tidak pernah tertawa seperti itu." jelas Nijimura lalu memegang pipi kananku, "Apa terjadi sesuatu saat itu? Saat kau habis menangis di lorong?"

(Deg!)

Perlahan air mata mulai mengalir. Aku hanya bisa menunduk menahan tangisanku.

"S-Sei... d-dia... me-me-membenciku." ungkapku lalu menutup wajahku dengan kedua telapak tanganku.

"(Name)..."

Aku mengangkat kepalaku dan melihat Nijimura sudah merentangkan tangannya.

"Ayo."

Tanpa ragu-ragu, aku langsung memeluk Nijimura, menangis di pelukannya.

*** Akashi's pov ***

"Aku tidak bisa menghadirinya, pesawatku sudah dipesan pada tanggal itu oleh perusahaan." ucapku.

"Begitu ya?" ucap Kuroko.

"Apa... kau sudah menyerah, Akashi?"

Aku yang hendak meminum kopiku itu hanya tersenyum simpul.

"Menyerah?"

*** (Name)'s pov ***

Setelah cukup lama, akhirnya aku melepas pelukan kami berdua.

"Apa kau sudah baikan?" tanya Nijimura.

"Mhm,"

"(Name), jadi kau--"

"Anakku!!!"

Aku dan Nijimura menoleh sumber suara dan kqmi melihat laki-laki paruh baya yang sedang memakai pakaian serba Hawaii berlari ke arah kami sambil menangis dramatis.

"...eh?" heranku.

"Mia bella~" lalu laki-laki itu memelukku dengan erat, "Akhirnya Papa dapat bertemu denganmu, anakku~"

--Papa?

--Anakku?

"Pasti kau lupa sosok ayahnu setelah beliau pensiun, kan?" tanya Nijimura saat laki-laki ini sudah mengelus pipinya ke pipiku dengan gemas.

"...huh?"

"Eeeh? Anak kesayanganku hanya mengenal diriku yang dulu?? Hidoii~"

Perempatan memenuhi kepalaku.

'Dia... mirip sekali dengan Ryouta! Kekanak-kanakan sekali!!' pikirku tak percaya.

"Mia amore~ Ini papamu."

Aku hanya mengerutkan alisku saat laki-laki itu sudah melepas pelukannya.

"(Name), kau tak percaya!? Bahkan Shuuzo sudah meyakinkan dan kau masih tak percaya!?"

"Percaya atau tidak, semenjak kau mewarisi perusahaan (Surname), Haruno-san sudah banyak berubah..." ucap Nijimura.

"DENGAN INI (NAME) (SURNAME) RESMI MENJADI PEMIMPIN PERUSAHAAN (SURNAME)!! BERIKAN TEPUK TANGAN YANG MERIAH!!"

Tepuk tangan yang heboh terdengar meriah di aula perusahaan (Surname).

Aku yang berada di panggung utama hanya tersenyum simpul. Teman-teman yang hadir--termasuk Akashi--tampak senang melihat diriku.

'Mana Ayah.' pikirku melihat sekeliling aula.

"Ada apa, (Name)?"

"Ah, Shintarou. Aku sedang mencari Ayah."

"Ooh, dia tadi ke ruangannya, nanodayo."

"Aku harus menemuinya." ucapku keluar ruangan lalu berjalan menuju lift.

Aku menekan tombol lantai paling atas.

(Ting!)

Hanya ada 1 ruangan dengan 1 meja di dekatnya.

'Meja sekertaris... dan ruangan pemimpin.' pikirku melangkahkan diri mendekati ruangan tersebut.

(Cklek!)

"Ayah?" panggilku.

Laki-laki dengan rambut yang mulai memutih tersebut hanya memandang meja pemimpin, lalu memutar tubuhnyaRaut-raut tanda penuaan mulai muncul di wajahnya.

--Untuk laki-laki yang memiliki anak yang berumur 20 tahun, Ayah cukup awet muda.

"(Name)." sahut Ayah, nada tegas sudah sedikit memudar dari ucapannya.

"Kenapa tidak ikut pesta di aula?" heranku mendekati Ayah.

"Hm... mungkin Ayah ingin melihat tempat ini terakhir kali, sebelum akhirnya kau mendudukinya dengan bangga."

"Ayah kan bisa mengunjungiku dan perusahaan ini kapanpun Ayah mau." ucapku melirik Ayah.

"Apakah kau mau laki-laki sepertiku ini mengunjungimu?"

Aku menoleh ke arah Ayah dengan heran.

"Laki-laki seperti Ayah...? Apa maksud Ayah?"

"Akhirnya Ayah sadar saat melihatmu tampil sebagai penerus perusahaan. Kau, (Name) tampil sebagai sosok perempuan yang selama ini berusaha Ayah sembunyikan, kau telah tampil sebagai sosok perempuan yang selama ini ibumu, Iruka inginkan. Saat itulah Ayah sadar bahwa selama ini Ayah telah menyiksamu dengan berusaha menghilangkan sosok yang begitu tangguh."

Aku menatap Ayah yang mengatakan semuanya.

"Saat menyadari itu, Ayah sadar bahwa Ayah tidak berhak untukmendapat maaf darimu ataupun mengunjungimu."

Aku yang telah mendengar semua itu pun hanya menghela napas panjang lalu memutar tubuhku, menuju pintu keluar.

"Apa yang Ayah bicarakan?" tanyaku melirik ke arah Ayah yang sudah menatap ke arahku dengan tatapan tak percaya.

Aku yang melihat ekspresi Ayah hanya bisa tersenyum lalu memutar tubuhku agar bisa melihat Ayah sepenuhnya.

"Dari awal aku tidak pernah marah dan aku akan selalu memaafkan Ayah jika Ayah berbuat salah. Karena dari awal aku sudah tau kalau Ayah berubah karena Ayah masih sedih akan kepergian Ibu, kan?"

Lalu aku kembali menghadap ke arah pintu keluar.

"Aku yakin Ayah akan mendapat banyak hadiah pensiun dari perusahaan yang bekerja sama dengan kita." aku lalu melirik Ayah, "Ayo kita meriahkan pestanya, Papa."

Ah, aku ingat...

Semenjak itu Ayah--maksudku, Papa mulai berubah. Mengenai hadiah pensiun yang kubicarakan...

--Ayah mendapat paket liburan di luar negri.

--Dan setiap perusahaan memberikan setidaknya 3 paket--bahkan ada yang lebih.

--Perusahaan yang bekerja sama dengan perusahaan (Surname) juga cukup banyak.

Jadi...

"Apa paket liburannya masih belum habis walupun sudah 2 tahun, Pa?" tanyaku tersenyum.

Ekspresi Papa langsung berubah menjadi berbinar-binar.

"Oui! Jika kau ingin liburan keluar negri, cukup minta paket yang Papa punya karena Papa masih banyak memilikinya!!" ucap Papa dengan semangatnya, lalu tersenyum canggung.

"Ah, ada panggilan dari Midorima, aku permisi dulu." ucap Nijimura lalu melangkahkan diri menjauh dari kami berdua.

"Maaf jika Papa belum pernah mengunjungimu selama kau koma dulu..." ucap Papa duduk di kursi taman yang berada di dekat kursi rodaku.

Aku hanya melambaikan tangan kananku, "Tidak masalah, Pa. Lagipula saat itu aku tidak sadarkan diri." jelasku tertawa.

Dan langsung terlintas Akashi di kepalaku.

"Bagaimana keadaanmu setelah koma selama beberapa minggu ini?"

"Hm... sekitar 93% ingatanku sudah kembali, Pa." jawabku.

"Kalau begitu kau pasti sudah mengingat pertunanganmu dengan Shuuzo, kan?"

(Deg!)

Aku menoleh ke arah Papa dengan sedikit terkejut.

"Y-ya,"

"Kalau begitu, Papa ingin memberikan pilihan padamu."

"Apa kau ingin melanjutkan pertunanganmu dengan Shuuzo atau memutuskannya dan memulai pertunangan yang baru dengan pacarmu, Akashi Seijuuro?"

***

Saya kembali!!

Akhirnya wp author ga ngambek lagi~

Gimana pendapat Reader-san mengenai chapter ini?

Apa pendapat Reader-san tentang perubahan Ayah Reader aka Haruno-san?

Dana apa jawaban Reader-san tentang pertanyaan yang Haruno-san tanyakan? Lanjut dengan Nijimura atau memulai yang baru dengan Akashi?

Kritik dan saran yang membangun akan sangat diterima~

-Rain

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro