Prolog

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

(Beep! Beep! Beep!)

Mesin pendeteksi detak jantung itu selalu setia membunyikan suara yang sama, memenuhi keheningan yang terjadi di ruangan besar yang sunyi itu

(Beep! Beep! Beep!)

Di ruangan yang besar itu hanya ada dua sosok, satu terbaring lemah di atas kasur yang merupakan seorang perempuan dan satu lagi, seorang laki-laki yang sedang duduk di kursi sebelah kasur sambil mengenggam tangan si perempuan dengan erat

(Beep! Beep! Beep!)

Sosok yang terbaring lemah itu sedang tertidur... ah bukan tertidur, tetapi koma. Sedangkan yang sesungguhnya tertidur adalah sosok yang mengenggam tangan, memegang dengan erat tangan sosok yang koma tersebut: si laki-laki

(Beep! Beep! Beep!)

Mata sosok yang koma itu bergerak kecil yang akhirnya membuka dengan perlahan dan menunjukkan mata (e/c) yang terlihat sendu. Setelah berkedip beberapa kali, sosok perempuan itu merasakan bahwa tangan kanannya terasa hangat dan dengan lemah perempuan itu melihat sosok laki-laki yang sedang tertidur nyenyak

(Beep! Beep! Beep!)

Dengan tangan kirinya, perempuan itu hendak mengelus kepala si laki-laki tapi tiba-tiba tersentak kaget, membuat si laki-laki yang sedang nyenyak itu terbangun dan mengangkat kepalanya

(Beep! Beep! Beep!)

Dua pasang mata beradu satu sama lain dan hal ini berlangsung cukup lama, sampai akhirnya berhenti karena si laki-laki tiba-tiba berdiri dan berjalan keluar ruangan. Meninggalkan si perempuan yang entah kenapa langsung merindukan sensasi hangat di tangan kanannya dan rasa penasaran yang tertahan

(Beep! Beep! Beep!)

Masuklah dokter, asistennya dan dua laki-laki lain. Sang dokter mengecek keadaan si perempuan dan si asisten dengan cekatan mencatat apa yang keluar dari mulut si dokter. Dua laki-laki lain hanya melihat pemandangan ini dengan tatapan datar, tapi dapat dilihat dengan samar kalau mereka berdua sangat senang dan lega. Sedangkan si perempuan hanya diam dengan satu pertanyaan tertahan di kepala

'Kemana sosok bermata hetero itu pergi?'

***

Menghela nafas frustasi, laki-laki tadi duduk di bangku yang berada di atap rumah sakit. Aneh baginya merasakan rasa frustasi, mengingat dirinya adalah orang yang tenang. Aneh baginya merasakan semua emosi yang bercampur aduk antara senang, sedih dan bingung, mengingat dirinya adalah orang yang jarang menunjukkan emosi selain marah dan puas. Aneh baginya merasa bahwa kakinya selembek jelly: begitu lemah dan lembek, mengingat dirinya adalah pemain basket sejak SMP hingga sekarang. Aneh baginya kabur dari masalah, mengingat dirinya selalu menghadapi semua masalah tanpa takut

"Akashi-kun..."

Benar, si laki-laki yang sedang frustasi ini adalah Akashi Seijuuro. Laki-laki pemilik perusahaan terpenting di Jepang: Akashi Corp

"Ada apa, Tetsuya?"

"Kenapa kau keluar disaat (Surname)-san sudah sadar?"

"Aku hanya ingin mencari udara luar"

"Kau tidak pernah meninggalkan ruangan itu kecuali saatnya pulang atau ada urusan di perusahaanmu"

"Aku sudah melihatnya tadi"

"Kau selalu melihatnya selama 8 bulan ini dan bukannya ini adalah hari yang kau tunggu, Akashi-kun?"

Biasanya Akashi akan marah karena ada yang lancang seperti itu padanya, walaupun itu adalah Kuroko Tetsuya, teman sejak SMP-nya itu. Tapi akibat semua emosi yang bercampur aduk itu membuatnya tidak bisa bersikap seperti biasa, begitu berkuasa dan absolut

"(Surname)-san terlihat cemas akan sesuatu tadi"

Dengan cepat Akashi menoleh pada Kuroko. Cemas?

"Cemas?"

"Sudah kuduga kau reaksimu akan seperti itu"

Akashi hanya menggeretakkan giginya dengan kesal "Kau berani mempermainkan aku, Tetsuya?"

"Aku berkata jujur, Akashi-kun. (Surname)-san sepertinya sedang mencarimu" jawab Kuroko

Tubuh Akashi menjadi tegang, tak percaya dengan apa yang diucapkan oleh Kuroko

"(Name)... mencariku?"

"Dia tidak bilang kalau dia mencarimu, dia hanya terlihat kebingungan dan aku tau dia sedang mencarimu dari sorot matanya" jawab Kuroko pada Akashi "Bagaimana kalau lihat keadaanya sejenak?"

Akashi hanya menggeleng, membuat Kuroko terkejut dengan reaksi yang diberikan olehnya

"Kenapa?"

"Aku... tidak pantas"

"Seorang Akashi Seijuuro, sang absolut tidak pantas akan sesuatu? Aneh bagiku mengucapkannya tapi kau sudah OOC, Akashi-kun" komentar Kuroko "Ayo, Akashi-kun. Sekali saja mengunjunginya tidak akan menyakitkan, bukan?"

'Oh, kau tidak tau betapa menyakitkannya melihat (Name) menatapku seolah aku pantas berada di dekatnya, Kuroko'

Akhinya dengan sedikit paksaan, Akashi pun mau menemui perempuan yang baru tersadar itu

***

Pintu ruangan itu terbuka dan masuklah Akashi bersama Kuroko. Kedatangan mereka menarik perhatian dua orang yang berada di dalam ruangan, terutama si perempuan

'Oh, laki-laki bermata hetero itu kembali...' pikir perempuan itu--(Name)--melihat Akashi memasuki ruangan dengan ekspresi datar

(Beep! Beep! Beep!)

Walaupun sudah sadar, mesin pendeteksi jantung itu masih terpasang pada tubuh (Name)

'Mungkin akan dilepas nanti sore' pikir Akashi

"(Name)" perhatian (Name) teralihkan ke Kuroko yang berjalan mendekatinya

(Beep! Beep! Beep!)

"Hm?" tanya (Name) memberikan senyum kecil

'Ah...' pikir Akashi sedikit terkejut

Sudah lama dia tak mendengar suara merdu (Name), yang selalu membuatnya tertidur kala (Name) bernyanyi lembut. Sudah lama dia tak melihat senyum sederhana (Name), yang selalu membuat jantung Akashi berhenti berkerja untuk beberapa milisekon. Sudah lama dia tak melihat mata (e/c) yang indah itu, yang selalu bersinar tiap kali Akashi masuk dalam lingkup pandang (Name)

(Beep! Beep! Beep!)

...sudah berapa lama? Sangat lama

"Bagaimana keadaanmu? Apa tenggorokanmu terasa sakit?" tanya Kuroko

(Beep! Beep! Beep!)

"Keadaan, baik-baik saja. Tenggorokan, ya" jawab (Name) singkat

"Kalau begitu akan kubawakan minuman, kau ingin apa?"

"Sesuatu yang hangat, mungkin" ucap (Name)

(Beep! Beep! Beep!)

"Teh hangat kalau begitu, tidak apa-apa kan?"

(Name) hanya mengangguk singkat, membuat Kuroko mengangguk mengerti dan keluar ruangan, tapi berhenti di depan pintu kala Kuroko mengingat sesuatu lalu menghadap sosok laki-laki lain yang dari tadi hanya duduk di sofa ruangan sambil membaca light novel yang ia bawa

(Beep! Beep! Beep!)

"Mayuzumi-kun, bisakah kau membantuku? Aku berencana membawakan minuman untuk yang lain juga"

Laki-laki itu--yang bernama Mayuzumi--hanya menggerutu pelan karena sesi membaca light novel-nya diganggu, tapi tetap berdiri dan mengangguk

(Beep! Beep! Beep!)

"Kalau begitu, Akashi-kun ingin apa?"

"Teh... hangat saja"

"Baiklah"

Dan tersisalah Akashi dan (Name) di ruangan yang besar dan menjadi sunyi itu

(Beep! Beep! Beep!)

Baru kali ini Akashi merasa kalau dia ingin cepat-cepat keluar dari ruangan ini, padahal biasanya dia harus diseret oleh pihak rumah sakit untuk keluar dari ruangan ini. Baru saja Akashi ingin berdiri dan keluar, tapi suara pintu terbuka menghentikan niatnya

(Beep! Beep! Beep!)

'Kuroko dan Mayuzumi? Cepat sekali?'

"Ah..." ucap (Name), membuat Akashi menoleh ke arah pintu keluar

"Bagaimana kabarmu, nanodayo?"

(Beep! Beep! Beep!)

"Kabarku baik-baik saja, dokter"

Benar, Akashi hanya mau teman sejak SMP dan rekan tim basketnya, Midorima untuk mengurus (Name) karena Akashi tidak percaya dengan dokter lain

"Panggil namaku saja. Kita ini keluarga, nanodayo"

Dan tentu saja alasan lainnya adalah karena Midorima adalah sepupunya (Name)

(Beep! Beep! Beep!)

"Eh? Benarkah? Aku tidak ingat"

Semua langsung berhenti, Midorima dan Akashi menatap (Name) dengan tatapan tak percaya

(Beep! Beep! Beep!)

"Aku tidak tau apapun selain namaku (Name) (Surname), aku berada di rumah sakit dan kakiku sama sekali tidak bisa digerakkan"

(Beep! Beep! Beep!) (Draak!)

Akashi langsung berdiri yang membuat kursi yang ia duduki terjatuh dan suara yang dihasilkan membuat semua tersentak kaget. Tanpa basa-basi lagi, Akashi keluar ruangan itu dan hampir menabrak Kuroko yang membawa 2 gelas teh hangat

"Akashi-kun?" kaget Kuroko tapi tidak dijawab oleh Akashi yang tetap berjalan keluar

(Beep! Beep! Beep!)

"Apa... aku berkata sesuatu yang membuatnya marah?" tanya (Name) pada Midorima

"Tidak ada. Dia hanya ingin keluar saja, nanodayo" jawab Midorima memperbaiki letak kacamatanya

(Beep! Beep! Beep!)

"...begitu, ya?" gumam (Name) menunduk, lalu melihat keluar jendela "...padahal sebentar lagi hujan"

(Beep! Beep! Beep!)

***

'Aku pantas mendapatkan ini...' itulah yang dipikirkan Akashi sejak keluar dari ruang inap (Name)

Sekarang Akashi sudah berada di taman yang berada tak jauh dari rumah sakit tempat (Name) dirawat, taman yang sudah sepi karena awan menunjukkan bahwa akan hujan sebentar lagi. Awan bewarna abu-abu tua, menunjukkan bahwa hujan yang akan turun itu pasti sangat deras. Akashi hanya berjalan menuju bangku yang berada di tengan taman dan duduk disana

(Drip! Drip! Drip! Zraaash!!)

Dan benar saja, hujan langsung turun dengan derasnya, membasahi seluruh kota tanpa ampun termasuk si laki-laki bermata hetero itu. Akashi lalu melihat tangan kirinya, tangan yang mengenggam tangan (Name) saat ia koma selama ini

'Aku tau aku pantas menerima ini...' lalu membawa tangannya menuju depan dadanya, letak paru-paru yang sekarang terasa sesak baginya 'Tapi siapa tau kalau efeknya akan sesakit ini?' lalu Akashi menatap langit, meminta agar tetes hujan membasahi wajahnya, menutupi tetes air mata yang ada di wajahnya

Akashi lalu menutup matanya sambil berkata

"Aku... hampir membunuh (Name)"

***

Gimana? Apakah tuan absolut alias Akashi OOC? Gomenasai kalau Akashi OOC--//diiket di tiang

Kritik dan saran yang membangun akan sangat diterima~

-Rain

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro