A Million Years Away

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Kolaborasi by: Dhikayo (Science Fiction) & ichaaurahmaa (Romance)

Di antara planet-planet asing yang bahkan belum diklasifikasikan itu, pesawat ruang angkasa melaju cepat. Jauh melebihi kecepatan cahaya.

"Kita akan segera sampai."

Gadis berambut panjang yang tengah duduk di kursi itu mendadak bangkit. Matanya dipenuhi cahaya harapan yang berpendar-pendar. "Serius? Kapan kita bisa mendarat?"

"Dua menit lagi," jawab si Pria.

Tak lama berselang, pesawat yang mereka naiki telah mendarat di sebuah planet. Bersandar pada terminal intra-galaksi ruang angkasa yang dibangun tepat di luar eksosfer. Dibangun dengan memadukan gravitasi planet dan modifikasi gravitasi. Jika dua puluh tahun lalu para penjelajah galaksi kesulitan berjalan di ruang angkasa, maka kini dengan teknologi modifikasi gravitasi, berjalan di ruang angkasa sama halnya seperti di bumi.

Setelah melalaui proses check-in sebentar, mereka melanjutkan perjalanan untuk mendarat di permukaan planet tujuan.

Pria itu keluar, berjalan di antara tanaman berbentuk hati merah muda. Di antara tanaman berbentuk absurd itu, makhluk-makhluk yang menyenandungkan suara indah nan merdu, seolah menyambut kedatangan dua tamu asing mereka.

Di langit yang gelap, satelit alami planet yang entah mengapa berbentuk hati terlihat memancarkan cahaya kemerahan. Cahaya yang mengindikasikan cinta dan hubungan asmara.

"Amaralia. Aku mungkin tidak bisa membawamu menuju ke ujung semesta atau membawamu menuju dunia pararel yang tak terbatas. Mencapai kemungkinan tak terhingga. Atau mungkin menuju realitas kuantum yang absurd. Itu memang mustahil. Atau mungkin juga tidak. Tapi aku berjanji demi planet ini dan semesta yang bertingkat, aku akan membawamu menuju ke masa depan yang cerah. Tempat kita hidup bersama selamanya."

Embusan angin menyapu keheningan yang menyelimuti keduanya sejenak.

"Aku mencintaimu, Amaralia. Menikahlah denganku."

Kedua mata Amaralia berkaca-kaca. Ia tidak menyangka Bill, kekasihnya itu akan memintanya untuk menikah di planet asing, di luar Bumi. Ia pikir, Bill akan melamarnya di tempat romantis yang umum dilakukan orang-orang, seperti di restoran mewah, atau di taman kota. Siapa sangka ia akan dilamar di luar bumi tempatnya menghirup udara setiap harinya?

“Bill, aku …,” Amaralia tidak bisa berkata-kata. Ia menggigit bibir lalu memberanikan diri menatap mata Bill. “Aku juga mencintaimu, Bill.”

“Jadi?”

Amaralia mengangguk. “Ayo kita menikah.”

Bill tersenyum. Ia segera memeluk sang kekasih erat-erat, enggan melepaskan. Akhirnya. Ia lega, Amaralia menerima lamarannya. Tidak sia-sia ia membawa sang kekasih pergi jauh dari Bumi.

“Sebentar lagi kita harus kembali. Kita tidak boleh berlama-lama di sini. Aku hanya membawa sedikit persediaan oksigen untuk kita,” kata Bill. “Aku juga tidak sabar ingin menyampaikan berita bahagia ini kepada keluarga kita.”

Amaralia mengangguk mantap. Ia menggamit lengan Bill cukup erat seraya tersenyum. Keduanya berjalan-jalan sebentar untuk mengagumi keindahan planet, sebelum akhirnya memasuki pesawat untuk kembali ke Bumi.

“Apakah kamu siap?” tanya Bill.

“Aku siap.”

Bill segera menyalakan mesin. Ia dan Amaralia tak sabar akan memberitahukan kabar bahagia ini kepada keluarga mereka. Keluarga mereka pasti akan senang mendengar kabar bahagia ini. Namun, tanpa mereka ketahui, satu menit mereka berada di planet ini, mereka sudah melewatkan ratusan tahun di Bumi.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro