Gadis Pujaan

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Kolaborasi by: Zia_Faradina (Historical Fiction) & setefvi (HTM)

"Kau yakin mendekati, Atalia? Dia banyak fansnya lho." Ahmad memperingatkan Ridwan agar mundur sebelum bertindak lebih jauh.

"Kalau cinta nggak bakal kemana. Mau fansnya anak pejabat, pengusaha atau  mahasiswa. Tak ada yang bisa menentang garis takdir."

"Memang dia jodohmu? Yakin banget bilang garis takdir."

"Ucapan itu doa, Mad. Siapa tahu beneran jodoh."

Pertemuan Ridwan dengan Atalia bermula saat pemuda itu datang ke pameran menawarkan pekerjaan ke kantor-kantor developer. Melihat gadis cantik yang memesona, Ridwan langsung jatuh hati dan berkenalan dengannya. Mereka bertukar nomor telepon. Dan benar kata Ahmad saingannya banyak. Ridwan berada di urutan 42.

Tak mau kehilangan Atalia. Ridwan nekat melakukan pedekate ke ibunya untuk menyatakan keseriusan. Lalu menemui gadis pujaannya untuk meminangnya.

"Sekarang saya tidak punya apa-apa, tapi saya berjanji suatu hari nanti saya bawa kamu berkeliling menjelajahi dunia," ujar Ridwan dengan penuh keyakinan.

Atalia berkaca-kaca saat mendengar arsitek muda itu melamarnya. Belum ada laki-laki yang menggetarkan hatinya selain Ridwan.

Kini lamaran antara Ridwan dan Atalia akan diresmikan. Mereka tengah berkumpul dengan kerabat, saudara, teman dan keluarga dekat mereka.

"Wah Atalia kamu cantik sekali nak," puji seorang wanita yang rambutnya dikonde, Atalia hanya tersenyum saja.

"Mak–"

BUAM

Suara Atalia yang hendak berbicara tiba-tiba berhenti ketika suara ledakan keras terdengar dari luar. Lampu mendadak padam semua musik yang tadi menyala pun mendadak mati.

Semua orang panik berlarian kesana kemari karena ketakutan memanggil-manggil teman ataupun orang orang yang mereka kenali.

Ridwan berlari di kerumunan orang yang panik berlarian, jantungnya berdegup kencang. Suara tembakan masih terdengar bersaut-sautan dengan jerit ketakutan orang-orang.

Brugh

Dor

Prang

Teriakan Atalia kini menjadi perhatian Ridwan yang sedari tadi mencarinya. Seketika ia membelalak saat melihat Atalia diseret dengan orang bertopeng itu. Ia membawa Atalia menggunakan mobil.

Tanpa berfikir panjang Ridwan berlari dengan sekuat tenaga. Ia mengendarai motor entah milik siapa itu. Ia mengendarai dengan kecepatan tinggi.

Mobil itu berhenti disebuah rumah bernuansa suram yang terletak jauh dari perkotaan. Lampu-lampu mobil yang yang tadinya menyala terang kini telah mati membuat suasana yang tadinya gelap semakin gelap.

Ridwan semakin menyipitkan matanya berusaha sekuat mungkin untuk melihat keadaan yang sangat remang. Rumah itu bener-bener gelap hanya cahaya dari bulan yang menyinari.

Berjalan tanpa suara, Ridwan mengendap-endap memastikan langkahnya tidak menimbulkan suara apapun. Ketika ada beberapa orang berpakaian hitam yang berkeliling, Ridwan segera bersembunyi di balik sebuah vas yang besar. Ia menahan nafasnya ketika orang-orang itu semakin mendekat kearah persembunyianya.

"Siapa kau!" Orang-orang yang bertopeng itu menangkap basah Ridwan yang sedang bersembunyi.

Orang-orang bertopeng itu mengeram ketika tidak mendapat jawaban. Mereka mulai mengeluarkan senyatanya masing-masing, membuat pertarungan yang sudah tidak seimbang sejak awal.

Brugh

Srutt

Trakk

Pertarungan terus berlanjut, suasana yang semakin menegang ketika Ridwan berhasil merebut pisau lipat dari salah satu dari mereka. Meski tangan Ridwan berlumuran darah. Namun kali ini keberuntungan belum memihak pada Ridwan, semakin lama pasukan bertopeng itu semakin bertambah dan hal itu menyebabkan Ridwan terkapar dengan luka disekujur tubuhnya.

"Apa salah gua sama lo semua brangsek!" sental Ridwan dengan deru nafas yang menggebu-gebu.

"Lo mau tau apa kesalahan lo?" bisik pria bertopeng sembari berjalan mendekati Ridwan, yang merupakan dalang dari ini semua.

Tanpa menunggu jawaban dari Ridwan ia menggambil pistol yang tadi disembunyikan disaku belakang lalu mengarahkan pistol itu kearah Ridwan.

Dor

Akhh

Suara tembakan terdengar nyaring di tengah-tengah ruangan yang gelap bersahutan dengan suara teriakan Ridwan.

Peluru itu ternyata mendarat tepat di dada kiri Ridwan.

"Aku mencintaimu Atalia," gumam Ridwan terbata-bata sebelum  menutup mata untuk selama-lamanya.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro