Adik

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Kolaborasi by: chieszstory (Fantasy) & Zia_Faradina (Historical Fiction)

Aku hanya ingin mengembalikan adikku. Itu saja.

Saat masih kecil dulu, aku mengajak adikku bermain ke tepi danau ketika kami sekeluarga sedang berlibur di vila musim panas di lereng Gunung Akra. Aku tidak tahu jika danau itu adalah tempat bersemayam monster yang berbentuk seperti ular raksasa. Adikku lantas disambar monster. Badannya terbelah dua, bagian atas berada di mulut monster ular dan bagian kakinya memancarkan darah segar, membasahi tubuhku dengan warna merah. Masih dapat kudengar suara tulang-tulang adikku yang diremukkan oleh monster.

Aku berteriak kencang hingga kedua orang tuaku berlari dari dalam vila. Mereka segera menyerang monster ular dengan sihir. Monster itu memang mati, tapi adikku juga mati.

Setelahnya aku mengalami trauma parah. Siapa yang tidak trauma melihat adiknya sendiri mati terbelah di hadapannya?

Aku tumbuh menjadi gadis remaja yang bermasalah dan senang berulah. Segala kenakalan kulakukan sehingga orang tuaku dibuat pusing dengan tingkahku. Aku berbuat onar demi mewarnai dunia yang kurasa hanya berwarna abu-abu. Semua terasa kosong dan hampa.

Sampai kemudian aku menemukan buku sihir terlarang di gudang tua sekolah sihir. Diam-diam kubawa buku itu pulang sambil bolos sekolah dan kabur pada jam istirahat siang.

Aku membacanya di kamarku yang terletak di lantai dua. Ketika sedang asyik membalik-balik halaman, kutemukan judul yang membuatku tersentak.

'Sihir Untuk Membangkitkan Orang Mati'

Aku merasa sangat bersemangat untuk mencoba sihir tersebut. Sihirnya cukup mudah. Hanya perlu menggambar lingkaran sihir aneh yang baru kali itu kulihat lalu ditambahkan darah ular, sepasang mata katak, jarum, boneka jerami, dan barang peninggalan orang yang ingin dibangkitkan.

Aku mempersiapkan segalanya secepat mungkin, mumpung di rumah sedang tidak ada siapa pun. Aku sudah tidak sabar ingin membuktikan keefektifan sihir itu!

Setelah semua benda ritual kutaruh di atas lingkaran sihir, aku lantas membaca mantra yang tertera di buku sihir terlarang.

Mendadak ruangan kamarku berubah gelap. Lingkaran sihir yang kubuat bersinar merah. Angin dingin pun bertiup kencang entah dari mana.

Semenit kemudian, semua kembali seperti semula. Namun, tidak terjadi apa-apa meski lingkaran dan bahan-bahan ritual yang kusiapkan menghilang. Tidak ada yang berubah pula selain kamarku yang berantakan.

Aku terdiam sejenak sebelum berteriak frustrasi.

"Akh! Buku penipu! Apakah ini untuk mengerjai orang? Dikira itu lucu, hah?!"

"Pfft." Terdengar suara orang menahan tawa dari balik pintu kamarku yang sedikit terbuka.

Siapa itu? Bukankah ayah dan ibu akan pulang larut malam?

Aku beranjak dari posisi duduk, membuka lebar-lebar pintu kamar dan hanya mendapati lorong yang sepi.

Sepertinya aku berkhayal.

Begitu aku beralih merapikan kamarku, tiba-tiba terdengar suara kaki berlari menuruni tangga. Maling?

Aku mengambil tongkat sihirku dan diam-diam turun ke lantai satu. Kumasuki ruangan satu per satu. Namun, tidak ada siapa-siapa. Aneh.

Ketika aku hendak menaiki tangga kembali ke kamar, di anak tangga teratas, kulihat makhluk aneh setinggi bocah delapan tahun dengan tubuh bungkuk penuh koreng berselaput lendir hijau, rambut panjangnya awut-awutan, matanya seukuran mangkuk yang meleleh, dan gigi-giginya serupa taring besar. Mulut robek makhluk itu tersenyum lebar padaku.

"Kakak!"

"Siapa kamu?" tanyaku dengan muka bergidik ngeri.

"Aku adikmu. Bukannya kau merindukanku?" Tangannya yang penuh koreng direntangkan bersiap memelukku. Seketika aku memundurkan langkah.

"Ini pasti halusinasi mana mungkin adikku berubah menjadi monster." Monologku dalam hati.

Sepanjang buku yang kubaca dalam kitab sihir. Takada monster dengan bentuk aneh seperti ini. Aku makin curiga ada yang sengaja mempermainkanku. Menaruh buku sihir agar aku percaya dengan ritual membangkitkan orang mati.

"Kurang ajar!"

Kubuang buku sihir sialan itu. Lalu berbalik untuk mengetahui siapa anak laki-laki di balik monster itu. Tiba-tiba sesuatu terjadi.

"Dia menghilang. Monster itu lenyap. Bagaimana bisa?"

Dugaanku makin kuat, ada yang merencanakan hal ini.

**"

Keesokan harinya saat tiba di sekolah langkahku terhenti. Aku merasa ada yang aneh.

"Sejak kapan bangunan sekolah ini kosong?"

Pos keamanan yang biasanya dijaga oleh dua orang penjaga ternyata kosong. Kulirik seutas waktu di pergelangan tangan kananku. Jam tujuh kurang lima menit. Seharusnya banyak anak-anak yang datang. Mengapa masih sepi?

Aku berlari menuju ruang kelas.

"Kosong."

Lalu menuju aula yang menjadi tempat anak-anak nongkrong.

"Kosong."

Aku mulai panik dan bergegas mencari mereka di kantin, perpustakaan, ruang guru. Semuanya kosong. Gedung sekolah yang megah tiba-tiba berubah jadi bangunan reyot. Bangku dan meja di kelas berserakan. Hanya ada satu bangku yang tetap tegak berdiri di sana. Bangku bernomor 13.

Akh! Aku berlari ketakutan. Suasana berubah mencekam. Aku terjebak di gudang tua. Kulihat melalui jendela, teman-temanku ramai berdatangan ke sekolah. Mereka tertawa dan bermain seperti biasanya.

"Tolong aku!"

Kugedor jendela di gudang tua dengan keras, tetapi tak satu pun yang mendengarku. Mereka asyik berbincang dengan yang lainnya. Lalu kuambil benda tajam dan kupukulkan ke jendela, tetapi kaca itu tidak bisa pecah.

Aku mulai cemas, hanya bisa menangis melihat teman-teman di luaran sana. Hingga selembar koran jatuh dari atas lemari. Kubaca tulisan besar yang menjadi judul pemberitaan. Seorang gadis meninggal dengan tubuh terbakar di gudang tua. Dan tertulis nama Lea.

"Itu aku?"

Ingatan sebelum peristiwa naas itu kembali terekam. Aku depresi karena ingin bertemu adik yang kucintai. Hingga akhirnya menemukan buku sihir, melakukan ritual dan membakar diriku sendiri karena luapan amarah tak berhasil mengembalikan adikku ke dunia nyata.

"Tidak, ini hanya halusinasi."

Saat aku berusaha mengingkari semua bukti yang kutemukan. Tiba-tiba di belakangku muncul sosok menakutkan dengan tubuh tidak lengkap.

"Akhirnya kita bertemu, Kakak."

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro