..//Confession

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Kolaborasi by: Dhikayo (Science Fiction) & Niiflaaa (Teenfict)

“Aku telah membunuh Jordan,” aku seorang gadis yang memakai jas laboratorium.

“Jordan Smith. Ditemukan tewas di sungai dua hari yang lalu. Berdasarkan keterangan tim forensik, dia tewas si dalam air. Sekarang Anda datang dan secara tiba-tiba mengaku telah membunuhnya. Bagaimana bisa saya percaya atas pengakuan konyol Anda?” Aku berdeham sejenak, meletakkan kembali selembar kertas pada tumpukan berkas kasus di atas meja. “Yah, anggap saja ini sebagai verifikasi. Akhir-akhir ini banyak yang membayar orang lain untuk mengakui kejahatan palsu.”

Gadis itu menggeleng tegas. “Saya pembunuhnya. Dia berniat menghancurkan mesin waktu yang telah saya ciptakan.”

Aku terdiam.

“Mesin waktu?” selidikku sembari mencoba mengintimidasi gadis itu, kemudian melanjutkan, “apa Anda sudah mendapatkan izin pengembangan?”

“Saya mengembangkannya secara ilegal di apartemen saya.”

Aku menjentikkan jari. “Kalau begitu, Anda akan dikenakan pasal berlapis.”

Ekspresinya tampak menegang. Ia menunduk sambil mencengkeram erat jas laboratorium yang dikenakannya. Kemudian, tatapannya berubah tegas.

“Anda jangan berpura-pura bodoh!” bentaknya. “Anda juga terlibat dalam semua ini. Karena itulah, saya datang kemari untuk menemui Anda, Detektif Michael.”

Aku terdiam, memiringkan kepala. “Apa maksudmu? Aku tidak ingat pernah terlibat dengan kalian.”

Gadis itu membuka tas selempangnya, mengeluarkan mesin ukuran kecil berbentuk seperti microwave.

“Kita akan kembali ke masa lalu agar Anda bisa menyaksikan kebenarannya.”

Secara tiba-tiba, dunia langsung berubah dalam satu kedipan mata. Aku mendadak berada di tengah susunan bangunan apartemen yang padat. Di sampingku, wanita aneh itu memegangi kepalanya, kemudian terduduk lemas. Aku menangkap tubuhnya tepat sebelum ia terjatuh.

“Di sana,” ucapnya lemah sembari menunjuk pada salah-satu apartemen.

Aku mengernyitkan dahi. Apa yang ada di sana? Hanya sebuah apartemen biasa.

Lalu,  mataku menangkap sosok yang persis seperti gadis di sebelahku berada di luar apartemen itu tengah berteriak-teriak kepada seorang pria. Sedangkan pria itu ... aku hanya bisa terbelalak kala menyadari bahwa sosoknya ternyata adalah Jordan.

Aku meneguk ludah.

“Kalau kutekan tombol ini, kita semua akan mati bersama mesin terkutuk itu. Tidak ada mesin waktu. Kekacauan garis waktu tidak akan terjadi di dunia ini,” ucap pria itu dengan intonasi tinggi. Urat-urat di lehernya terlihat jelas. Sorot matanya menunjukkan kemarahan.

“Hentikan dia,” ucap gadis aneh di sebelahku. “Dia akan meledakkan bom. Kalau itu terjadi, semua orang yang ada di sini akan mati.”

Lagi-lagi sebuah perubahan alur yang aneh menusuk pikiranku. Aku menggeleng pelan, mencoba menenangkan gadis yang tengah terduduk lemah itu.

“Kau mau melihat orang tak bersalah mati? Kumohon, hentikan dia!” teriaknya.

Aku mendadak berlari, lalu menerjang kepala Jordan dengan keras. Pria itu tersungkur, dadanya membentur ujung meja keras, kemudian tergeletak kaku di tanah. Aku mencoba membangunkannya namun gagal. Setelah memeriksa nadinya, aku segera menyimpulkan bahwa ia telah mati.

Kepanikan segera membungkus pikiranku. Aku menatap gadis di hadapanku yang masih syok. Bagaimana pun, aku adalah detektif yang membantu masyarakat. Tidak mungkin detektif sepertiku membunuh orang lain.

“kau...,” ucapku pada gadis itu, “kau yang telah menciptakan mesin waktu hingga aku ada di sini. Artinya semua ini salahmu. Kau yang telah membunuh Jordan! Buang mayatnya ke sungai agar tidak ada yang tahu. Dan jangan menyebutkan apa pun tentang kejadian ini. Dengan begitu, mesin waktumu akan selamat.”

Sontak kejadian itu mengingatkanku pada beberapa tahun yang lalu, lebih tepatnya saat aku masih duduk di bangku sekolah.

Aku, Jordan dan gadis itu dulunya adalah seorang sahabat. Iya, hobi kami memang senang melakukan penelitian. Bukan, maksudku hanya gadis itu. Aku dan Jordan hanya sebatas pemeran pembantu yang selalu sigap membantu.

"Mengapa penelitian ini selalu gagal?"

Gadis itu mendesah frustrasi. Ini sudah percobaan yang kesepuluh kalinya gagal dan hal itu berhasil membuat sang pencipta hampir gila.

"Mengapa kau terlalu obsesi untuk membuat mesin waktu ini? Toh, ini bukan tugas sekolah jadi tidaklah terlalu risau memikirkannya." Jordan dengan santai berkata demikian.

"Benar, kali ini aku setuju dengannya," jawabku sambil menganggukkan kepala.

"Bagiku ini bukan sekedar projek. Ada sesuatu yang ingin kuubah di masa lalu."

"Tapi tindakan ini terlalu ilegal jika kita lakukan di sekolah." Jordan mulai kesal sendiri. "Lagian kejadian itu sudah berlalu. Sudahlah, aku mulai muak jika harus bersembunyi terus-terusan seperti ini apalagi gara-gara ini menyelamatkan semuanya aku sudah pernah mendapatkan surat peringatan dari BK, dan sekali lagi jika aku ketahuan maka riwayat hidupku untuk bisa bersekolah di sini sedang dipertaruhkan."

Dengan tampang penuh amarah Jordan langsung meninggalkan ruangan yang kami buat sendiri saat melihat ruangan kosong di belakang gedung sekolah.

Kemudian gadis itu melihat ke arahku. "Kamu tetep ingin melanjutkan, kan?"

Entah, ingin rasanya aku mengikuti jejak Jordan untuk pergi dari sini tapi urung saat gadis tersebut kembali mengatakan kalimat sakral yang sedari dulu ingin kulupa.

"Ingat, bukankah kamu yang menyebabkan kakekku tenggelam karena tidak sengaja menyenggolnya hingga terjatuh di dalam sumur?" Ia mengembuskan napasnya pasrah. "Karena alasan itu juga kita ingin menciptakan mesin waktu, kan?"

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro