Curiosity

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Kolaborasi by: jhounebam (Teenfict) & Zia_Faradina (Historical Fiction)

Mungkin banyak orang yang meragukan keberadaan sekolah sihir di dunia nyata. Tapi mereka begitu menikmati tayangan sekolah sihir di film-film. Mengapa mereka harus menyaksikan tipuan fiksi selagi mereka bisa menyaksikan secara langsung murid-murid sekolah sihir belajar untuk menaiki sapu terbang? Mereka hanya tidak tahu bahwa sekolah sihir itu ada di dunia nyata.

Mirabilis Witch School contohnya. Sekolah sihir itu baru saja melaksanakan penerimaan murid baru yang rata-rata umurnya 10 - 15 tahun. Angkatan kali ini benar-benar penuh dengan semangat. Sebenarnya penerimaan murid baru sudah dilaksanakan seminggu yang lalu. Kini para murid sudah mulai belajar mata pelajaran wajib dan minat yang telah mereka pilih.

Arah matahari menunjukkan pukul sebelas siang. Kelas meracik ramuan akan segera dimulai. Mrs. Daisy Maleficum sudah bersiap dengan segala perabotannya. Para murid yang akan dibimbingnya terlihat sangat antusias karena mereka belajar di sebuah rumah kaca yang penuh dengan berbagai jenis tanaman. Airetta Morgan, salah satu murid dari kelas itu juga terlihat bersemangat.

"Selamat siang anak-anakku! Sebagai angkatan baru, kelas kalian akan memulai pelajaran pertama bersama saya, Mrs. Daisy. Disini saya memegang kelas meracik ramuan sihir, khususnya meracik ramuan untuk tanaman," jelas Mrs. Daisy dengan ramah. Ia berpakaian gaun putih gading dengan detail manik-manik kecil dan topi yang berbentuk seperti jamur.

"Karena kelas ini berjumlah lima belas orang, akan saya bagi menjadi lima kelompok yang berisi tiga orang." Setelah berkata seperti itu, Mrs. Daisy memilih acak kelompoknya.

Airetta satu kelompok dengan Meriza dan Regan. Tapi nampaknya Airetta lah yang paling bersemangat di antara kedua temannya itu. Mereka malah ragu-ragu untuk menyentuh beberapa ramuan yang diberikan Mrs. Daisy. Kelompok Airetta mendapatkan bagian meracik ramuan tanaman untuk tumbuh besar.

"Baiklah. Saya sudah memberikan tiga botol ramuan bernomor dan satu gelas kosong untuk setiap kelompok. Sekarang, lakukan sesuai urutan yang saya sampaikan. Pertama, tuangkan semua ramuan di botol nomor satu ke dalam gelas kosong. Pelan-pelan saja, ya!" Mrs. Daisy memberikan instruksi pertama.

Airetta langsung mengambil botol yang dimaksud dan menuangkannya. Padahal awalnya tadi Meriza yang ingin melakukannya. Meriza langsung mengurungkan niatnya. Sementara itu Airetta tidak mempedulikan kedua teman kelompoknya. Ia merasa ini adalah tugas pribadi yang dilakukan sendiri.

"Sudah selesai? Jika sudah, tuangkan tiga sendok makan ramuan botol bernomor dua."

Lagi-lagi Airetta yang melakukannya. Regan mengerucutkan bibirnya. Tanpa merasa bersalah Airetta terus saja berkutat dengan ramuan itu.

"Jika sudah selesai, sekarang langkah terakhir. Tuang dua tetes ramuan dari botol bernomor tiga. Ingat, hanya dua tetes! Tidak boleh lebih."

Setelah menuangkan dua tetes, Airetta merasa itu terlalu sedikit. Setelah melirik Mrs. Daisy yang sedang sibuk dengan kelompok lain, ia langsung menuangkan lagi satu sendok makan ramuan bernomor tiga.

"Hei, kan hanya disuruh dua tetes." Regan mengingatkan. Namun Airetta tidak mendengarkan.

Setelah diaduk, ramuan itu mengeluarkan sedikit asap. Setelah dirasa cukup, Airetta mengambil tanaman Venus flytrap di belakangnya. Kemudian ia menuangkan satu sendok makan ramuan yang telah ia buat tadi kepada tanaman kecil di pot itu.

Selang beberapa detik, tanaman Venus flytrap itu membesar sampai setinggi lima meter. Semua orang dibuat panik olehnya. Anak-anak lain berlari dan berteriak. Airetta terkejut dan langsung bersembunyi di bawah meja karena ketakutan.

"Oh, Tidak!" Mrs. Daisy terbelalak kaget. Cepat-cepat dia ambil tongkat sihirnya untuk membuat situasi kembali normal.

Redulus beneidicth!

Venus flytrap yang dimantrai Mrs. Daisy bertambah tinggi. Tumbuhan itu kini bisa bergerak menghancurkan semua alat-alat di ruangan pengendali tanaman dengan gerakan liarnya. Pecahan botol ramuan terdengar nyaring membuat teriakan anak-anak semakin kencang. Mrs. Daisy panik. Dia sendiri kebingungan mengapa tongkat sihirnya tidak berfungsi.

Masih penasaran dengan yang terjadi, Mrs. Daisy menggunakan tongkat sihirnya lagi untuk memantrai Venus flytrap.

Alternius Mimosach!

Situasi bertambah buruk semua tanaman di ruang pengendali membesar lima kali lipat dari ukuran semula. Mrs. Daisy bertambah cemas melihat anak-anak berteriak ketakutan saat tanaman itu mengejar mereka. Hanya Meriza yang terduduk tenang di luar ruangan. Sembari menyaksikan kegaduhan yang terjadi. Sesaat setelah Airetta mengindahkan pendapat Regan. Gadis itu mengganti tongkat sihir Mrs. Daisy dengan tongkatnya yang rusak. Meriza ingin memberi pelajaran kepada Airetta yang dianggapnya sok berani.

"Bersenang-senanglah kalian," sahut Meriza dengan senyum puas. Lalu membaca buku tebal berisi history pengendali tanaman.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro