Ecila in Oddland

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Kolaborasi by: _Shalsafira_ (Fantasy) & ichaaurahmaa (Romance)

Gadis bersurai pirang melangkah memasuki gerbang tua sebuah sekolah yang dikata angker oleh orang-orang. Bangunan sekolah tersebut sudah berdiri sejak lama, dinding bangunanya dirambati oleh taman berduri dan daun ivy, nampak tidak terurus. Gedung tua dengan arsitektur gothic. Aura tak mengenakan yang dingin dan asing juga turut dirasakan olehnya kala memginjakkan kaki di lobi. Dia mencoba untuk berpikir positif, mungkin karena ruangan tersebut minim pencahayaan dan fentilasi udara. Namun asumsinya lekas terbantah dengan jendala besar disamping kanan dan kiri lorong nun tertutup rapat.

Di ujung lorong gelap dia bertemu  seorang wanita berpenampilan norak. Gaunnya menjuntai hingga lutut terbuat dari sayap kupu-kupu Danaus Plexipus. Rambut berwarna putih dengan gaya vintage ala retro. Aksesoris rambut nang digunakan juga tak kalah heboh, ada sarang kupu-kupu raja di kepalanya. Wajah wanita itu dipoles putih, bibir merah mencolok dan bulu mata panjang.
Dia menarik lekukan bibir, menyambut kehadiran gadis bermata biru. "Selamat datang Ecila Kingsleigh! Saya Mrs. Butterfly. Selamat kau telah diterima menjadi murid resmi Da Wonder High School!” Dia menyalami Ecila hangat. Kupu-kupu nun bersarang di rambutnya mendadak terbang dan hinggap di bahu Ecila. Sontak membuat gadis itu terkejut sekaligus terheran-heran.

"Jangan-jangan wanita ini penyihir atau vampir," batin Ecila. Seperti rumor nang dikatakan oleh orang-orang Da Wonder High School adalah sekolah untuk mahluk superanatural dan anak-anak aneh, tetapi dirinya bukan anak aneh juga bodoh.

"Ah Lucia pasti menyukaimu!" Katanya. Ecila celinggukan, tetapi satu menit kemudian ia baru paham jika Lucia yang dimaksud seekor kupu-kupu raja nun hinggap di bahu Ecila.

"Bahkan kupu-kupu punya nama," batinnya lagi. Semoga ia tidak gila selama tiga tahun kedepan. Mrs. Butterfly mengantar Ecila menuju aula sekolah, tempat akan diadakannya upacara penerimaan peserta didik baru. Lucia beranjak terbang, sayapnya berubah menjadi cahaya nang menerangi lorong gelap.

Hanya ada sepuluh orang yang diterima. Bukan karena sekolah ini elit dan berkelas. Namun justru sebaliknya, sekolah ini  amat sepi peminat. tak cuma karena rumor angker nun menyebar luas tapi juga kasus beberapa murid hilang secara misterius dan dinyatakan tewas. Konon diculik oleh murid spesial, entah siapa mereka. Tidak ada sekolah lain nang mau menerima Ecila karena dianggap bodoh. Diasingkan oleh keluarganya sendiri karena memiliki Iq rendah. Ia juga tidak memiliki teman, meski satu kelas dengan anak-anak bodoh seperti dirinya. Ecila jadi membenci diri sendiri. Frustasi yang berujung depresi. Namun takdir mempertemukan Ecila dengan pemuda asing penuh misteri, yang mengajari Ecila mencintai dirinya sendiri.

Siang hari di halaman belakang sekolah, tempat favoritnya untuk menyendiri, Ecila melihat seekor kelici dengan jam besar di lehernya. Ecila tertegun bukan main dan mengejarnya, berusaha mengangkap. Kelinci tersebut menggoyangkan ekor mungilnya seolah tengah menggoda Ecila. "Tunggu! Heh dasar!" Ecila berlari melewati labirin kecil. Namun hewan bersurai putih itu melompat kedalam lubang dibawah pohon oak. Mitosnya siapa saja yang nekat melompat kedalam, maka dia tak bisa kembali. Ecila tak peduli dan menerobos masuk. Ia terjatuh di negeri  antah berantah.

"Selamat datang Ecila! Alice ke-66." Seorang pemuda albino dengan jam besar menggantung di lehernya menyambut Ecila, Nivens McTwisp.

Ecila mengerjap. Ia tidak salah melihat, bukan? Nivens berada di hadapannya. Pemuda asing yang membuat semangatnya bangkit itu kini berada sangat dekat dengannya. Sesaat, jantung Acila berpacu lebih keras.

“Nivens, apa yang kau lakukan di sini?” tanya Ecila.

Nivens tersenyum lebar. “Semua sudah menunggumu di sini. Ayo, ikutlah denganku.”

Ecila kembali mematung saat Nivens mengulurkan tangan padanya. Hei! Pemuda itu akan menyentuh permukaan kulitnya! Perlagan, Ecila menerima uluran tangan itu. Ia hanya menurut, berjalan di belakang Nivens seraya menatap wajah pemuda itu dari samping.

Ecila tersenyum. Mimpi apa ia semalam? Bagaimana bisa, di tengah keputusasaannya, Tuhan malah memberi kejutan yang sangat luar biasa? Ia bisa bertemu dengan pujaan hatinya.

Sayup-sayup, Ecila mendengar suara yang sangat ramai. Siapa yang mendatangi tempat ini selain dirinya? Saat Nivens membuka sebuah pintu besar, mulut Ecila terbuka. Seluruh pasang mata langsung tertuju padanya. Hei, bukankah mereka adalah murid-murid yang dikabarkan hilang? Mengapa mereka berada di sini?

Namun, aneh. Ecila menatap sekeliling. Menakjubkan! Itu yang ada di dalam pikirannya saat melihat pemandangan yang sangat indah, jauh dari kata menyeramkan. Apakah mereka semua sengaja tidak kembali karena indahnya tempat ini?

Tiba-tiba, Nivens membawa Ecila menuju sebuah panggung kecil. Pemuda itu menatap Ecila dengan tatapan tajamnya.

“Selamat datang di Mctwisp, Ecila. Kau adalah ratu yang akan terpilih untuk menikah denganku.”

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro