Korban X

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Kolaborasi by: ohnurfaa_ (Fantasy)
& _Shalsafira_ (Fantasy)

Kembali terjadi, seorang wanita tenggelam di sekitar danau Putih ditemukan pukul dini hari. Hanya selang dua hari saja, korban ketiga di danau Putih yang diduga merupakan korban dari X ditemukan. Sampai sekarang, pihak berwajib masih belum menemukan siapa si X yang diduga sebagai pelaku pembunuhan dengan motif penenggelaman.

Gadis itu mendecak kesal menyaksikan berita yang sepanjang hari menginformasikan hal yang sama. Tentang pembunuhan X yang masih belum menemukan pelakunya. Karena bukan cuma satu, tapi sudah tiga korban yang menjadi keganasan si X.

"Bukannya waktu seminggu sudah cukup untuk menemukan pelakunya."

Ia menekan tombol merah pada remot televisi dengan kasar dan membuka jendela membiarkan angin mengambil alih ruangan yang pengap itu.

"Harus berapa korban lagi agar polisi tidak kecolongan? Harusnya bisa lebih cepat lagi dan mengidentifikasi korban dengan benar," ungkapnya kesal pada tayangan tadi.

Ia mengambil jaket hitam yang tergantung di belakang pintu. Memakai topi gelap yang berhasil menyembunyikan sebagian wajahnya. Seperti diburu oleh waktu, ia kembali menuju danau Putih yang tampak sama seperti video dalam benda kotak di rumah kecilnya itu dengan tergesa-gesa.

Garis kuning polisi berjejer di sepanjang tepian danau yang cukup luas itu. Sudah seminggu lamanya ia terakhir berada di sini, ia sukses menjalankan rencananya. Tapi, polisi itu masih tidak dapat menemukan gadis itu. Ia bahkan berpikir, apa harus ada korban ke empat lagi agar mereka para peseragam mampu menemukan si X yaitu dirinya sendiri?

"Ah nak apa yang kamu lakukan disini?" Tiba-tiba seseorang menepuk pundaknya. Sontak ia terlonjak kaget. Namum beruntung hanya seorang pemulung tua dengan pakaian lusuh dan wajah kusam. Dia tidak tahu apa apa tentang kasus ini, apalagi pelaku yang sebenarnya kasus penenggelaman tersebut ada persis dihadapannya.

Gadis itu buru-buru mengulas senyum. "Eh kakek, aku hanya berjalan-jalan di sekitar sini sambil melihat lokasi kasus pembunuhan, eh barangkali aku bisa menemukan pelakunya," ujarnya berbohong.

Kakek tersebut mangut-mangut. "Malang sekali, semoga polisi segera menangkap pelakunya," harapnya.

Perempuan itu mengangguk mengiyakan. Namun berharap sebaliknya. "Kakek sedang apa disini? Apakah rumah kakek disekitar sini?" tanyanya mencomot sembarang topik. Lagi-lagi kakek tersebut mengangguk tapi bukan membenarkan jawabannya. "Tidak aku datang dari tempat lain," katanya singkat. Pikirnya kakek itu berasal dari wilayah lain, tetapi dugaannya salah. Dia orang yang tak pernah diduga oleh gadis itu, seseorang yang dipercayai sebagai legenda belaka akan menguak kebohongan nun ditutup-tutupi oleh nya.

"Hei nak, kau ingin menemukan pelakunya bukan?" tanya kakek tersebut. Dia lekas mengangguk cepat. "Iya kek."

"Bagus, datanglah tengah malam nanti. Kakek akan menunggmu disini," ucapnya sembari menepuk pundak gadis tersebut. Dia terdiam sejenak, sedikit ragu tapi selang beberapa menit dia mengangguk setuju. Lagipula apa yang diketahui kakek ini tentang kasus penenggelaman di danau putih?

Kala tengah malam tiba perempuan itu menepati janjinya menemui sang kakek di danau putih. Pakaian pria paruh baya tersebut masih sama bahkan posisinya tak bergerak satu senti pun sejak tadi. "Aku senang kau tak ingkar janji," ujar pria pemulung itu sembari duduk di tepi danau putih. Gadis itu segera bergegas menyusulnya. "Janji memang harus ditepati bukan? Lalu apa yang akan kita lakukan? Menebak-menebak?" Dalam batin gadis itu dia tergelak puas. Namun pria tua itu terkekeh seolab menimbrung tawanya.

"Itu cara yang bodoh. Seperti cara pelaku itu menenggelamkan korbannya," ungkapnya tergelak. Perempuan itu memaksakan tawa. "Kalau begitu apa? Memanggil roh korban yang sudah mati?" Kali ini dia benar tertawa.

"Iya tepat." Jawaban pria paruh baya tersebut membuat ia menoleh tidak percaya. "Kakek ini serius?" Batinnya

"Lalu bagaimana caranya? Kakek pasti bercan-" belum genap kalimatnya, pria itu lekas memotong tak sabar. "Tidak! Caranya tinggalkan aku sendiri dulu. Aku akan bertapa memanggil roh mereka, nanti kau kupanggil kalau sudah," paparnya seperi sedang mengigau.

Gadis itu terpaksa mengikuti ucapannya. Dia menjauh, membiarkan pemulung tua itu bertapa sambil mengucapkan mantra-mantra yang ia tak tahu apa artinya. Menurutnya mirip seperti ocehan bayi. "Dasar sinting." Ia berpikir untuk menyerangnya dari belakang. Dia segera mengambil batu danau berukuran besar, kemudian mengendap-endap bersiap menghantam kepala pria gila tersebut. Namun mendadak tangannya ditahan oleh sesuatu, gerakan telekinesis. Pria itu menoleh, memutar kepalanya tiga ratus enam puluh derajat. Menyeringai kearahnya. "Ketahuan deh." Perlahan wujudnya berubah menjadi siluman ular putih legenda penjaga danau putih.

"Mustahil! Tidak mungkin!" teriaknya tak percaya. "Kau harus percaya karena para roh telah mengungkap kebenarannya! Bukankah sepandai-pandainya tupai melompat dia akan jatuh juga? Sepandai-pandainya kau menutupi kebohongan pada akhirnya akan ketahuan juga," siluman ular itu terkekeh puas.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro