Lady Death

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Kolaborasi by: @HlriudiumSeagull (Romance) & chieszstory (Fantasy)

Gadis itu begitu manis dan ramah. Ia memiliki struktur mata tajam yang sangat istimewa. Bahkan telingannya memiliki intuisi yang luar biasa.

Awalnya, tak ada yang menduga bahwa wanita 24 tahun tersebut mendaftarkan dirinya sebagai tentara penembak jitu, alih-alih perawat saat perang dengan operasi barbarossa diluncurkan.

Berbagai ujian ia terima untuk membuktikan kredensial menembakknya. Ratusan tentara dan perwira musuh takluk pada serangan wanita tersebut hingga disuatu masa ia mendapat juluki _'Lady Death'_ sebagai gelar kehormatan.

Gelar itu tak luput ia gapai dari segala kejadian pahit dan manis dalam hidupnya. Termasuk _Dia._

~~~~

Letnan Junior Kitsenko, pria itu tidak menyangka ia bisa bertemu dan menjalin hubungan dengan atasannya yang berkemampuan luar biasa.

Menjadi mitra dalam situasi perang dengan bahaya besar di garis depan, membuat pertemuan mereka dihiasi keputus-asaan dan harapan.

Harapanlah yang membuat _Lady Death_ bernama Lyudmila Mikhailovna Pavlichenko itu menyukai kitsenko, yang telah menyelamatkannya saat terluka dan menariknya keluar dari badai api di medan peperang.

"Kau terlalu tidak sepadan mendapatkannya. Bagaimana bisa kau melirik senior diatasmu dan mengharapkan hubungan romansa yang tak setara diantara kalian?"

Begitulah bisikan yang selalu pria itu dengarkan.

Tetapi keyakinan Lyudmila padanya sangat besar, tanpa memedulikan ucapan disekitar mereka, wanita itu menggenggam tangannya sembari berkata,

"Ayo, kita menikah."

"Apa?" Ucap.

Ujung kedua bibir Lyudmila terangkat melihat Kitsenko terkejut. Senyum hangat dan sepasang mata tajam penembak jitu itu menatap Kitsenko.

"Ayo, kita daftarkan pernikahan kita." Ujarnya lagi.

Pria itu sangat bahagia. Bahkan disetiap hari yang ia lewati. Profesi sebagai penembak jitu penuh dengan bahaya dimanapun dan kapanpun. Tetapi, bersama Lyudmila, mitra sekaligus kekasihnya, ia merasakan perjuangan dan kebahagian romansa garis depan yanh lebih dari cukup.

~~~~~~

"Apa yang kau lakukan disini?" Ujar Kitsenko, menyusuli Lyudmila diatas bukit kecil tak jauh dari markas mereka.

Ia ikut duduk disebelah wanita berseragam tentara dengan pelatuk disisinya. Lyudmila bersandar dibahu Kitsenko sambil memandang langit malam yang sepi bintang.

"Aku berharap perang ini cepat usai, lalu hidup bersamamu dengan situasi damai." Ujar Lyudmila.

"Pasti akan sangat menyenangkan." Balasnya. Ia membayangkan betapa indahnya mimpi tersebut bila bisa terjadi.

Sebuah pertanyaan terlintas dibenak Kitsenko. Pertanyaan yang terkadang membuatnya terkadang merasa tidak aman.

"Boleh aku bertanya sesuatu?"

"Apa?"

" _Pavlichenko,_ kenapa kau tetap memakai nama belakang mantan suamimu?"

Lyudmila mematung. Bibirnya terbuka tapi seketika kembali tertutup.

Melihat reaksinya, Kitsenko memaklumi.

"Maaf, tidak seharusnya aku bertanya hal yang tidak sopan padamu."

"Apa maksutmu, kau boleh menanyakan apapun padaku. Kau kekasihku." Ujarnya panik.

Ketsenko memeluk bahu Lyudmila dengan sebelah lengannya, "Tapi ada beberapa pertanyaan yang belum bisa kau beritahu jawabannya.  Itu membuatku takut mengusikmu terlalu dalam. Aku takut perasaanmu....."

"Aku mencintaimu! Aku mencintaimu karena kau adalah orang yang kusayangi dan orang yang ikut bertahan hidup denganku disini. Aku benar-benar mencintaimu."

Mereka tersenyum satu sama lain. Tetapi, perasaan yang saling terpaut dengan kesucian yang tulus, tiba-tiba dirampas oleh kekangan takdir yang menyakitkan.

Suara tembakan yang tiba-tiba memekakkan telinga menembus punggung dan lengan Kitsenko yang reflek memeluk Lyudmila, dan membuat punggung wanita itu terlindungi dari incaran peluru.

Pria itu sekarat tepat didepan kekasihnya.

Begitu kegelapan menyapa, Kitsenko membuka matanya.

“Aku di mana?”

Kitsenko berupaya mengingat kejadian terakhir yang ia alami. “Pavlichenko!” serunya. Ia teringat akan serbuan mendadak yang membuatnya refleks melindungi kekasihnya. Dirinya lantas berlari ke sana-kemari, berusaha mencari jalan keluar dari kegelapan yang seolah tak berujung.

Terdengar suara desahan berat, seolah berasal dari sekelilingnya.

“Aneh. Seharusnya kau sudah lupa kehidupanmu sebelum mati,” ucap suara tersebut.

Kitsenko tidak merasa takut dengan suara seram itu. “Siapa kau?”

Mendadak seluruh kegelapan di sekeliling Kitsenko berkumpul dan memadat, menjelma jadi satu sosok hitam panjang yang membawa sabit. Sementara ruangan yang tadinya gelap berubah terang benderang.

“Aku adalah Grim Reaper.”

“Grim Reaper? Kalau begitu aku telah mati?”

“Begitulah,” sahut Grim Reaper. “Aku tidak bisa membawamu jika kau masih ingat kehidupanmu di dunia karena itu berarti kau masih terikat dengan dunia. Merepotkan.”

“Bagaimana dengan Pavlichenko? Apakah dia selamat? Kalau dia tidak berada di sini berarti dia selamat, bukan?”

Grim Reaper tertawa. “Tentu saja dia selamat. Dia adalah kesayangan para Grim Reaper. Dia dapat membawa banyak nyawa untuk kami. Kami berusaha menjaganya sebisa mungkin. Bahkan kami sengaja membisiki manusia-manusia lawan kalian tentang keberadaan kalian. Kau! Kau adalah penghalang! Gadis yang jatuh cinta tidak akan fokus pada tugasnya untuk membunuh lebih banyak. Lagi pula dengan kematianmu dia menjadi lebih liar lagi.”

“Apa katamu?! Kau berusaha membunuh kami?” Kitsenko berteriak marah dan berusaha menerjang sosok hitam di depannya. Namun, segera setelah mereka bersentuhan, ia menembus tubuh Grim Reaper yang bagaikan asap.

“Percuma saja. Kau tidak akan bisa melukaiku.”

“Sialan!”

“Ssstt!” Grim Reaper terdiam lama yang membuat Kitsenko ikut terdiam. Grim Reaper itu tampak sedang memproses sesuatu.

“Hmm ….” Si Grim Reaper mendesah. “Sepertinya kekasihmu akan dikirim lebih cepat. Ia dijadwalkan akan terkena meriam pada perang selanjutnya. Sayang sekali. Kau seharusnya senang akan segera bertemu dengannya.”

“A-apa?!” Kitsenko berusaha meraih tubuh si Grim Reaper berkali-kali meski itu adalah perbuatan yang sia-sia.

“Selamatkan Pavlichenko! Kumohon!” seru Kitsenko.

“Dasar manusia! Aku tidak bisa berbuat apa-apa jika nasibnya seperti itu!”

“Akan kulakukan apa pun! Tolonglah!” Kitsenko meraung-raung murka.

“Aneh. Harusnya kau senang kekasihmu akan bersama denganmu. Aku benar-benar tidak mengerti manusia. Dia berisik sekali. Kubawa pun tidak bisa,” gerutu Grim Reaper.

Sambil mengabaikan Kitsenko yang tidak henti-hentinya meraih tubuhnya yang tidak memiliki bentuk padat, sebuah ide terlintas di benak Grim Reaper.

Grim Reaper akhirnya berceletuk. “Hai manusia! Kau ingin menyelamatkan kekasihmu dan aku pun ingin terbebas dari tugas yang mengharuskanku membawamu, tapi tidak bisa kulakukan. Bagaimana kalau kau menjadi Roh Penjaga kekasihmu?”

“Roh Penjaga?” Kitsenko akhirnya terdiam.

“Ya. Meski dia tidak dapat melihatmu, kau akan selalu menempel padanya sehingga kau bisa menyelamatkan kekasihmu kali ini dan pada perang-perang selanjutnya sampai gadis itu sendiri yang menginginkan kematian.”

Kitsenko mengangguk cepat. “Aku terima!”

“Tapi ada bayaran yang mahal untuk itu. Sebagai gantinya, kau akan langsung masuk ke dalam neraka.”

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro