Masion Masa Lalu

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Kolaborasi by: leavethequiet (Fantasy) & A_Ogies (Romance)

Kau memiliki rambut hitam panjang sepinggang yang lurus tak belok sedikit pun. Alismu rapi dengan kelopak mata ganda yang indah. bola matamu bulat dan hitam pekat. Jernih.

Telingamu kecil nan imut, dengan kulit putih yang sehat dan kenyal bagai squishy. Hidungmu hemat dan tidak gampang patah, dilengkapi bibir minimalis yang merah muda.

Kau memakai gaun putih v-neck yang tidak sampai belahan dada. Lengannya panjang dan sopan. Bahkan ujungnya sampai di bawah lutut.

Melayang ke sana kemari di dalam segel yang kubuat, tubuhmu tergeletak tak bergerak di tanah.

Jiwamu, milikku.

"Mereka sudah sampai."

Sakit rasanya merasakan kegembiraan dirimu yang tersalur kepadaku. Pasti kau sudah menantikan kalimat ini sejak lama.

Kau selalu begitu, mengharapkan siapa saja untuk membawamu pergi dariku. Kau tidak pernah mau mengerti aku dan perasaanku.

Sangat kejam.

"Apa yang akan kau lakukan?" Temanku Raya bertanya. Pria dengan tongkat sihir di tangannya itu sesekali melirik jiwa kekasihku yang terkurung.

Dia pasti berpikir kalau aku tidak sadar akan kegoyahan hatinya. Dia pun, ingin kekasihku pergi dariku.

Mereka berdua memiliki keinginan yang sama dengan kedok yang berbeda.

"Aku akan melepasnya," kataku.

Ada ribuan orang di depan mansion. Aku tidak bisa menghadapi mereka semua.

Memang tidak cukup bagiku yang hanya bisa bersama kekasihku selama dua tahun. Namun, apa boleh buat.

Kenekatan ini rasanya makin hambar saja.

Aku sampai ragu kalau aku masih mengingininya.

Dengan lambaian tangan, segel yang mengunci mansion perlahan menghilang.

Prajurit garda depan memasuki mansion dengan menghunuskan pedang.

"Di mana Putri? Berani-beraninya kalian menculik Putri kami!"

Aku mendengkus. Bukan menculik, tetapi Putri hanya ingin menjumpaiku.

Kalau saja kau tak berniat saat itu mengakhiri rasa yang ada, aku tidak akan menyegelmu.

"Apa kalian membawa seorang penyihir?"

Kulihat raut komandan sedikit bingung. Namun, tetap dijawabnya. "Kenapa kau perlu tau?"

Aku tertawa. Lalu, aku memandang Putri yang tergeletak di tanah yang agak jauh dariku. Mata mereka mengikuti mataku dan sontak mereka terkejut.

"Putri! Kalian telah memulai perang antar kerajaan!"

Seorang pria tua berjengkot putih melesat bak kilat  mendekatimu. Dari penampilan dan tongkat yang dibawa, aku tahu itu seorang penyihir.

Aku dibuat harus bertarung demimu. Anggaplah sebagai  bukti cinta, sayangnya penyihir itu telah menggoyahkan sedikit pertahananku. Mereka pun menyerangku tanpa henti.

Gesekan pedang dan teriakan menggema.

Aku haus akan darah. Melihatmu masih terdiam, tak memandang ke arahku membuatku kehilangan kendali atas diriku. Sampai benda tajam itu menembus kulit luarku kau masih tetap sama.

Kejam

Sekali, dua kali, hingga aku terkapar. Kau memutuskan mendekatiku, aku tersenyum menyambut uluran tanganmu.

Di tempat lain, dari kejauhan, samar aku melihat senyum kemenangan Raya.  Tongkatnya selesai memutar, dan aku pun baru tersadar. Jiwaku pun telah disegel olehnya.

Tawa Raya membuatku bahagia.

"Putri ternyata tersegel! Jiwanya keluar dari tubuhnya dan hanya penyegel yang bisa membukanya!"

Kata-kata penyihir semakin membuat aku menikmati permainan ini.

Akhirnya,  aku dan kau menyatu tak akan terpisah.

"Kita menjadi jiwa yang gentayangan!"

Ucapan Putri mewakili isi pikiranku. Tanpa kusadari, seulas senyum terukir di rautku. Apakah ini takdir agar aku dan Putri bisa bersama selamanya?

"Putri, apakah kali ini kau akan menerimaku?"

Kau masih menatapku, tetapi kali ini berbeda dari sebelumnya. Sepertinya kau telah menyadarinya.

Aku mendekatimu dan dengan perasaan membuncah dan malu aku bertanya, "Apakah kau mau hidup bersamaku dan abadi selamanya?"

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro