Mitos Licik

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Kolaborasi by: leavethequiet (Fantasy) & @HlriudiumSeagull (Romance)

Ada banyak kisah tentang dewa yang turun ke Bumi karena penasaran. Mereka yang rupawan dengan selendang dan mahkota yang berpendar indah. Yang konon jika kehilangannya, mereka tidak dapat kembali ke khayangan.

Di desaku, setiap orang memiliki selendang.

Bukan karena kami dewa, melainkan karena ada mitos bahwa ada seorang manusia yang bertukaran selendang dengan dewa yang tanpa sengaja ditemuinya. Lebih tepatnya dia menipu dewa itu dengan selendangnya yang indah tapi tidak memiliki kekuatan.

Manusia itu terbang cepat ke langit, meninggalkan dewa yang baru sadar akan kebodohannya dan kehilangan kemampuannya untuk pulang.

Dengan mitos licik seperti itu, sudah tentu desaku bukanlah tempat yang baik. Kami memiliki sihir, tetapi bukan sihir terbang.

Karena itu kami mendambakannya.

Mendambakan keabadian.

Dengan sihir, kami dapat mengendalikan perasaan dan memikat siapapun, termasuk Dewa yang tidak seharusnya memiliki napsu terhadap perasaan.

Didepanku, di sepanjang hilir sungai desa, tak sedikit para lelaki dan wanita membentangkan selendangnya. Mereka melakukan apapun untuk membuat para Dewa turun dengan niatan licik itu.

"Hei, Raden! Ayok kesinilah, jangan berdiam diri saja di sana." Panggil Ujang yang tengah membentang selendang di sungai bersama yang lainnya.

"Percuma ketampananmu kau simpan! Siapa tau kau bisa menipu Dewa hahaha!" Sambung Aben.

Aku hanya melambai tersenyum menolak tawaran mereka, lalu memilih pergi kembali ke rumahku dengan iringan percakapan yang sering kudengar.

"Ah, biarkan saja si Raden. Dia sayang Neneknya yang renta. Jika dia beruntung, siapa yang jaga saat ia pergi?"

Dini hari aku keluar menuju sungai. Langit begitu gelap dengan bulan yang terang. Aku menatapnya dalam diam.

"Apa kau merindukan duniamu?"

Aku menoleh. Nenek berdiri dibelakangku. Ia memeluk selendang biru dengan tangan ringkihnya. Selendangnya yang membuatku terpesona.

"Maafkan aku membuat dirimu tidak bisa kembali. Andai dulu aku tidak lemah, kau tak perlu turun menolongku. Dia menggunakanku sebagai pancingannya. Karena aku, kau terjebak disini."

Aku tersenyum sambil memeluknya. Memeluk wanita yang dulunya sangat cantik tapi teraniaya ditangan lelaki licik.

"Jangan meminta maaf. Kau sudah berada disampingku, itu sudah cukup. Kuharap kau abadi, hingga bisa menemaniku selamanya."

Tiada penyesalan bagiku sedetikpun untuk bisa bersamanya. Sebuah tipu muslihat tidak akan mempan terhadap Dewa.

Tetapi, jika itu bisa membuat wanita ini mau bersamaku hingga akhir hidupnya, aku bersedia untuk ditipu.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro