Selendang sang Dewi

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Kolaborasi by: SilverJayz_ (HTM) & leavethequiet (Fantasy)

Itu hanya sebuah selendang.

Namun konon, selendang itu adalah selendang milik dewa-dewi yang jatuh ke bumi. Penduduk setempat selalu memercayai hal semacam itu, berbeda denganku.

Tapi, aku menyukai selendang itu. Mungkin nama 'Selendang sang Dewi' memang cocok disematkan kepada selendang itu karena keindahannya. Saking indahnya, selendang itu seperti dibuat oleh seorang dewi saja. Begitu pikirku.

Coba pikirkan, betapa indahnya diriku ketika memakai selendang itu.

Selendang itu sangat terkenal akhir-akhir ini, karena ada yang mencurinya dari museum tempatnya berada.

Sangat ironi bila dipikirkan, selendang itu langsung populer saat hilang. Saat aku pergi ke museum jauh sebelum kasus hilangnya selendang itu, hanya terlihat sedikit pengagum selendang itu.

"Barbara." Seseorang memanggilku. "Kau tahu betul soal kasus hilangnya 'Selendang sang Dewi', 'kan? Bagaimana menurutmu? Kenapa selendang itu hilang? Apakah diambil kembali oleh para Dewi?" Zoey, jurnalis aktif di sekolahku menyerbuku dengan pertanyaan.

"Aku biasanya tak percaya soal dewa dewi itu. Tapi, agak aneh juga jika pencuri hanya mau mencuri selendang itu dan tak menuntut uang, maksudku, masih banyak barang bagus lain dari museum, 'kan?" jawabku.

Gadis itu mengangguk. "Seperti Barbara yang biasa, selalu berpikir logis. Tapi, dalam kasus ini kelihatannya kau agak memercayai soal hal mistis itu, ya?"

"Bisa dibilang. Kelihatannya aku terbawa asumsi orang-orang soal selendang yang diambil kembali oleh Dewi. Ah, penduduk di sini memang masih terikat akan hal-hal seperti itu," komentarku.

Aku berpamitan dengan Zoey dan pulang ke rumah. Yah, untuk kali ini saja aku berbohong. Aku akan selalu jadi orang yang logis.

Aku menutup kamarku, mengambil 'Selendang sang Dewi' dari laci kamarku.

Aku mengalungkannya, mengibas-ngibasnya pelan sembari memandang pantulan diriku sendiri di cermin.

Aku memang terlihat sangat indah jika mengenakan selendang ini.

"Milikku."

"Milikku."

"Milikku."

"Kembalikan padaku."

Suara yang asing bergema di dalam kamar.

Aku melihat sekitar sisi dan sudut ruangan, tetapi tidak dapat menemukan sang pemilik.

Setelah menjentikkan jari, tiga lilin yang ada di atas cermin menyala, membuat bayangan orang lain terlihat berdiri di belakangku.

Yah, aku sudah tahu kalau pasti sang dewi tidak bisa menemukan selendangnya karena museum memiliki segel khusus.

Namun, hanya karena dia bisa menemukannya sekarang, bukan berarti dia bisa memilikinya kembali.

Aku tersenyum padanya, mengetuk cermin tiga kali.

Angin yang kuat muncul di ruang hampa, menyeretnya tanpa kata ke dalam penjara yang tidak bisa dibuka.

Selendang ini sudah menjadi milikku.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro