Priceless Love

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Kolaborasi by: @HlriudiumSeagull (Romance) & PatriciaAnggi (Science Fiction)

PRANKK!!!

Cal membanting seluruh peralatan di kabin pribadinya. Pria arogan dan sombong itu bahkan tidak mempedulikan tangannya yang kini terluka dan berdarah.

"Bisakah kau berhenti, Caledon Nathan Hockley?"

Suara dingin dari sosok wanita dibelakangnya, membuat pria itu berhenti sejenak.

"Rose, dia dengan lancangnya berdansa dengan pria itu disaat dia sudah memiliki aku, tunangannya! Dia meremehkanku, Clara!" Raungnya.

Kali ini Cal meninju kaca disampingnya hingga retak dengan napas yang memburu.

Clara memandang pewaris perusahaan baja di Pittsburgh itu dengan sedih. Lagi-lagi ia kecewa melihat pria yang ia cintai diam-diam itu, marah dan cemburu atas hubungan Rose, tunangannya dengan pria bernama Jack.

Ia mendekati Cal, menyentuh pergelangan tangannya yang terluka dengan lembut. "Kenapa kau selalu melukai dirimu? Tidak bisakah kau bahagia dengan apa yang sudah kau miliki saja?"

Cal menatap Clara. Ada sedikit raut kecewa dan kesedihan yang dapat Cal tangkap dari wanita itu.

Lalu, bulir yang sedari tadi tertutupi amarah dimatanya lepas.

Cal menangis. Pria itu terisak kecil sambil menunduk.

Sifat kejam dan jahatnya runtuh ketika dihadapkan dengan perhatian dan ketulusan.

Dia adalah pria yang bersembunyi dibalik kesombongan didalam kekosongan yang hampa.

Kearoganan dan kekejaman Caledon Nathan Hockley, hanyalah tampilan luar pembungkus posisinya sebagai pengusaha. Apakah Rose tidak bisa melihat ketulusan pria ini, barang sedikitpun?

Cal bahkan telah jatuh kedalam obsesi cinta yang membuatnya mabuk hingga buta. Dan itu membuat Clara membenci Rose DeWitt Bukater.

Gadis itu tidak bersyukur. Apakah matanya terlalu tertutup untuk melihat betapa Cal begitu mencintainya?

Clara membawa Cal kedalam pelukannya. Membisikan kata-kata yang menenangkan.

"Kenapa dia tidak bisa sepertimu, Clara? Kenapa hanya kau yang mengerti aku, kenapa ia tidak bisa?" Bisik Cal.

Clara terdiam lama mendengar kata-kata Cal yang menyakitkan.

"Karena dia bukan aku, dan aku bukanlah dia, Cal."

Pria itu mempererat pelukan mereka, menutupi dirinya yang menangis dalam diam.

"Kalung Heart of the Ocean ... fasilitas terbaik ... semua kuberikan padanya .... Dia milikku. Bukan milik pria miskin itu." Ucapnya parau.

"Aku tau." Bisik Clara.

Jika saja aku adalah wanita yang kau cintai, aku akan sangat bersyukur. Batin Clara.

"Tenang saja, saat kapal RMS Titanic ini berlabuh di New York, mereka berdua akan berpisah, dan kau akan memiliki Rose seutuhnya."

Ucapan penenang yang manjur, membuat Cal menenggelamkan kepalanya lebih dalam kedalam pelukan Clara.

"Kau memang sahabat, dan kolegaku yang berharga, Clara Cristine."

Sahabat dan kolega...
Apa aku hanya bisa sebatas itu bagimu, Cal?

Di sisi lain, menembus dimensi dan waktu, 4000 meter dari permukaan laut, berdiri megah sebuah laboratorium luas dengan hiruk pikuk di dalamnya.

“Profesor Tama, sepertinya, ada yang salah dengan alat pemantau gerbang antar dimensi,” ujar seorang pemuda berjubah putih.
Tama mendekat dan melihat layar hologram di depannya, terdapat jarum yang berputar-putar tak keruan. Belum sempat beraksi, sebuah alarm berbunyi.

“Ada kapal asing yang memasuki wilayah kita,” ujar salah satu anak buah Tama.

Tama, ilmuwan yang terkenal genius di tahun 2060 itu mengernyitkan dahi, dia melakukan ketak ketik di keyboard transparan selama beberapa waktu. Setelah di layar hologram menampilkan suatu informasi, matanya melebar. Terjadi distorsi waktu akibat bug sistem dan gerbang antar dimensi ciptaannya itu menyedot sebuah kapal asing yang sudah pasti dari dimensi lain.

Jika dia membiatkaan kapal itu melewati batas gerbang dan masuk ke dimensi masa kini, maka akan menjadi masalah besar. Pemerintah akan menganggap semua teknologi ciptaannya cacat dan menghentikan pendanaan penelitiannya.

“Ini tidak boleh terjadi.”
Hanya ada satu cara.

“Luncurkan rudal sekarang juga! Tapi jangan sampai menghancurkan kapal itu. Kita akan buat seolah-olah kapal itu menabrak gunung es, atur juga suhu laut menjadi lebih dingin. Gunakan layar manipulasi untuk mengecoh kapten kapal!” perintah Tama segera dilaksanakan.

Di sisi lain, setelah kapal menabrak gunung es, suasana dalam kapal penuh kekacauan.

“Cal!” Clara menahan Cal yang hendak pergi, “Kita harus menyelamatkan diri. Kenapa kau berlari ke arah sebaliknya?”

“Aku harus mencari Rose.”

Seakan ada sengatan di dada Clara, Cal masih memikirkan Rose. Dia juga melihat Cal berjalan pincang karena terluka di bagian kaki. Clara mengenyahkan perasaannya dan terpaksa menemani Cal mencari Rose. Hingga air masuk ke kabin setinggi dada, akhirnya Cal pasrah diajak Clara ke titik evakuasi. Di dek kapal, jumlah sekoci semakin menipis.

“Hanya tinggal satu sekoci lagi!” teriak kru kapal.

“Clara, cepatlah naik ke sekoci!” Cal mendorong Clara, tapi perempuan itu tak beranjak.

Kapal semakin miring dan jika tidak segera menjauh dari badan kapal, maka akan tersedot pusara ketika kapal tenggelam.

“Ayo! Waktu kita tidak lama lagi!” bentak kru kapal kepada Cal dan Clara.

“Clara! Cepatlah!”

Perempuan itu tersenyum sendu, “Aku mencintaimu, Cal.” Detik itu juga, Clara mendorong Cal sekuat tenaga hingga terjengkang di sekoci, lalu perempuan itu berlari kembali ke dalam kapal. Cal pun tidak bisa mengejar karena kondisi kakinya. Sekoci akhirnya segera diturunkan. Cal meneriaki nama Clara, tapi perempuan itu tak pernah menjawab.

Sementara itu, di laboratorium, Tama sudah memindai objek asing yang masuk ke wilayahnya dan mendapatkan informasi, “Kapal asing itu bernama Titanic dari tahun 1912. Siapkan mesin waktu untuk mereka menggunakan pusara Bermuda! Kita antar mereka pulang.”

Beberapa waktu kemudian, bangkai kapal, penumpang, serta sekoci yang selamat seakan tersedot ke dalam pusara laut yang sangat besar hingga tidak tersisa.

“Mission completed.” Tama menyunggingkan senyum.

***

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro