Selendang Biru

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Kolaborasi by: jhounebam (Teenfict) & _Shalsafira_ (Fantasy)

Jam tangan hitam yang melilit di pergelangan tangan kanan Tama sudah menunjukkan pukul dua siang. Remaja SMP itu tengah berjalan keluar gerbang sekolah sendirian. Awalnya ia mengajak kedua temannya untuk mengerjakan tugas mencari tanaman yang harus diteliti di pinggir sungai. Namun mereka menolak karena mereka takut tergelincir dan terbawa arus sungai. Jadilah Tama tetap pergi ke sungai meski sendirian.

Setelah sampai di pinggir sungai, Tama pun berkeliling pinggir sungai untuk mencari tanaman yang tepat untuk diteliti. Kondisi pinggir sungai dipenuhi dengan beberapa pohon rindang dan semak belukar. Untung saja tanahnya tidak terlalu basah.

“Wah, bagaimana kalau tanaman yang ini?” monolog Tama sambil memperhatikan satu tanaman yang memiliki daun menjari.

Tama mulai menggali tanah dengan tangan kosongnya dan memindahkan tanaman tersebut ke plastik khusus yang tadi sudah dibagikan oleh ibu guru. Setelah urusan tugasnya selesai, Tama langsung membuka baju seragamnya dan melompat ke sungai. Rasa gerah yang ia rasakan sedari tadi langsung hilang ketika ia mencemplungkan dirinya ke sungai yang dingin dan segar itu.

Di tengah kegiatannya menciprat-cipratkan air, kedua matanya menangkap sesuatu yang mencolok di atas batu sungai. Tama pun berenang mendekati batu besar itu.

“Selendang? Milik siapa ini?” Tama memperhatikan selendang panjang berwarna biru tua itu. Kainnya halus dan lebih panjang dari selendang kebanyakan. Tama mulai berpikir bahwa pemilik selendang ini bukanlah orang biasa.

Tama memutuskan untuk berjalan menyusuri sungai, mencari pemilik dari selendang biru tersebut. Ia jadi teringat akan sebuah legenda tentang Dewa dan Dewi atau bidadari yang turun ke Bumi dengan selendangnya. Namun dia tak ingin berpikir terlalu jauh, mungkin saja selendang ini terbawa arus.

Tiba-tiba Tama mendengar suara tangisan perempuan dari arah kejauhan. "Mana mungkin ada hantu di siang bolong gini kan?" batin Tama.

Remaja itu mengumpulkan tekad guna menghampiri sumber suara. Benar saja, dia menemukan sosok seorang perempuan berambut hitam panjang mengenakan pakaian ningrat tradisonal beraksen emas. Gadis itu menoleh kebelakang karena merasakan kehadiran orang asing disekitarnya. Tama hanya diam terpaku pada sosok yang jelas bukan orang biasa.

"S-siapa kamu?" Suara Tama bergetar.

"Ah selendangku, dimana kamu menemukannya? Aku Nararya, bidadari dari khayangan. kamu pasti manusia, siapa namamu?" Katanya lembut.

Tama terbelalak. "A-aku Tama. T-tadi aku menemukan selendang ini di tepi sungai." Tama mengembalikan benda temuan itu kepada empunya.

Nararya mengulas senyum. "Terima kasih banyak Tama. Tanpa selendang ini aku tidak bisa pulang. Astaga kamu membawa Abhista!?" Nararya menunjuk kantong plastik milik Tama.

Tama mengerutkan kening. "Abhista?"

"Itu tanaman khasiat yang sedang dicari di khayangan. Abhista adalah air mata Dewa yang jatuh ke bumi, meski rupanya seperti tumbuhan biasa. Namun memiliki aroma khas yang hanya bisa dicium oleh mahluk khayangan. Aku ditugaskan untuk mencari Abhsita jika tidak maka aku tidak bisa kembali" jelas Nararya.

"Kalau gitu ambil aja. Aku bisa cari lagi," kata Tama, menyerahkan tanaman tersebut kepada Nararya.

Sebagai balas budi, Nararya mengganti tumbuhan Abhista dengan tumbuhan biasa lantas menghapus ingatan Tama tentangnya. Tama tak mengingat apa pun kecuali kata Terima Kasih dari seorang gadis misterius.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro