Wales Utara

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Kolaborasi by: leavethequiet (Fantasy) & sid_safta (Historical Fiction)

"Bagaimana caramu memantapkan hati untuk meninggalkan studi kedokteranmu, Darwin?"

Aku menatap lukisan di atas meja, di mana ada diriku dan temanku, Charles Darwin. Dari Universitas Edinburgh ke Universitas Crambrigde, pria itu meniti jalannya sendiri dalam menjadi ahli geologi terkemuka.

Pejuangannya di HMS Beagle selama lima tahun tidak main-main. Ketekunan itu pada akhirnya terbayar.

Aku masih fokus belajar kedokteran di universitas terbaik di Inggris, walau niat yang setengah-setengah cukup menghambat kemajuan.

Setidaknya aku pun nantinya akan menghasilkan sesuatu. Mungkin.

Ah, jadi teringat pada hari itu, di sebuah masa yang begitu tenang bagiku.

"Hei, apa kau mau ikut kursus geologi-nya Adam Sedgwick? Di sana ada Darwin," kata teman sekamarku.

"Kami mungkin teman, tapi kesukaannya tidak sama." Aku menolak. Tidak ada sedikit pun ketertarikan pada alam.

"Sesekali sebaiknya kau mencoba hal baru. Sedikit ilmu tidak akan membunuhmu. Hanya dua minggu."

Aku mendengar beritanya. Mereka akan melakukan pemetaan di Wales, negara bagian dari Britania Raya. Iklimnya berubah-ubah dan pastinya kursus penting seperti itu tidak akan mendatangu tempat yang biasa-biasa saja.

Kupikir, apa untuk kesempatan yang langka ini, aku bisa sekali saja membantu Darwin dengan sihir yang kusembunyikan selama bertahun-tahun?

"Wales bagian mana?"

"Oh, kau akhirnya tertarik?"

"Mau bagaimanapun, Adam Sedgwick adalah presiden geologi yang hebat. Tidak akan rugi mengikutinya dalam beberapa hari."

"Mereka akan ke Wales Utara. Kudengar juga akan ada Tuan Muchison. Kau akan belajar banyak."

"Kau sendiri tidak ikut?"

"Oh, aku ada kursus lain."

Aku melihat tanggalan dan mulai menyusun rencana.

Nyatanya melakukan hal yang tidak sukai, tidak semudah yang aku bayangkan. Aku pikir dengan ikut kelas geologi ini, akan mampu membuatku tak hanya mendapat ilmi tapi juga teman. Daripada berbicara dan berdiskusi, kelas ini lebih banyak belajar mandiri. Mereka kebanyakan suka membaca buku-buku mengenai pergerakan alam, batuan dan segala isi kekayaan alam.

Aku hanya bisa pura-pura tertarik dengan semua ini, hanya agar mendapatkan teman dan berbincang kembali dengan Charles Darwin. Sayangnya, si kepala bulat itu lebih suka berkutat dengan buku bacaannya, lalu tak lupa dengan sebuah buku catatan yang sering ia bawa ke mana-mana.

"Hei." sebuah tepukan yang cukup kencang di pundak, membuatku terperanjat. Aku hanya menoleh dan mendapati teman sekelas yang lain sedang mengambil tempat duduk di hadapanku.

"Kita ada rencana akan meniliti pegunungan Vesuvius di Italia, apa kau mau bergabung dengan kami?" tanyanya ramah.

"Wow! Vesuvius?! Sepertinya menarik," dustaku pada diri sendiri. Pendakian, penjelajahan alam, tentu saja tidak pernah aku melakukannya. Selain buang-buang tenaga, kegiatan pendakian terkesan terlalu ekstrem.

"Iya, kita tidak hanya akan mendaki di sana, tapi juga meneliti sumber daya alam lain yang bisa dimanfaatkan. Ada sekitar sebelas orang yang akan ikut, jika kau turut serta, maka kita akan berangkat dua belas orang jadinya."

Aku mengangguk. Sembari menggerak-gerakan bibir, dan kemudian menyunggingkannya ke atas dengan cukup lebar. Sembari berdiri, aku menepuk pelan bahu temanku itu.

"Sorry, sepertinya kegiatan belajar kelas geologi ini kurang cocok denganku yang suka beraksi di depan kamera dan menyapa penontom setia chanel youtube-ku."

Setelah mengucapkannya, aku berlalu begitu saja. Tenang rasanya telah jujur pada diri sendiri, bahwa mengikuti teman dan untuk diakui hanyalah sia-sia.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro