Another Species

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Kolaborasi: Fiona tequilaiueo (Historical) - Layla Amalia NightZen (Action)

* * *

Seingat Adelina selepas pulang menonton opera di alun-alun, halaman rumahnya tidak berantakan seperti pagi ini. Beberapa pot tanaman kesayangan pecah, bunga yang selalu dijaga telah rusak, dan entah sejak kapan ia memiliki sapu yang tergeletak menyedihkan. Padahal Adelina selalu memasukkan peralatannya ke dalam rumah.

Sapu itu bergerak menjauh ketika Adelina hendak mengambilnya. Kemudian terbang sendiri dengan cepat mengitari tubuhnya sebelum bersembunyi dibalik pohon. Adelina melotot tak percaya.

Ada orang lain selain dirinya?

Adelina sendiri menyembunyikan kekuatan sihirnya karena hal itu masih dianggap tabu kerajaan. Ia sudah memeriksa semua orang yang tinggal di sini, tidak ada satupun yang bisa menggunakan sihir selain dirinya.

Bagaimana bisa ada seseorang selain dirinya?

Benak Adelina memperhatikan sapu terbang yang terlihat mengintip dibalik tembok. Ia masih tenang hingga ia menyadari sesuatu.

Dengan segera Adelina menatap sekeliling waspada, benar, jika sapu terbang itu ada di sini, sudah dapat dipastikan pemilik sapu itu tak jauh darinya. Itu tanda bahaya. Tak ada jaminan penyihir lain memiliki niat baik seperti dirinya.

Ia memasang kuda-kuda, bersiaga atas kemungkinan terburuk. Siapapun itu bisa saja muncul dan menyerang dirinya, atau lebih buruk, hanya serangan mematikan yang mendatanginya tanpa nampak batang hidung pemiliknya.

"Kenapa kau terlihat begitu ketakutan, Gadis Manis?"

Bulu kuduk Adelina berdiri, mendengar bisik serak disamping daun telinganya. Suara yang terdengar begitu asing dan dalam. Anak kecil-pun tahu suara ini terdengar layaknya suara mimpi buruk yang menghanyutkan.

Tanpa merasa perlu menjawab bisikan itu, Adelina telah mengangkat tangannya, membuat sebuah tongkat meluncur, menukik tajam dan hinggap pada genggamannya. Posisi kuda-kudanya dipermantap, ia menajamkan seluruh indranya, sedang mulutnya mulai mengeluarkan desis siap merapal mantra kapanpun.

"Hey, kenapa begitu tegang? Mau bermain denganku? Nama permainan ini ialah Mimpi Buruk yang Menjadi Nyata..." bisikan itu kembali terdengar, membuat Adelina mengatupkan rahangnya kuat.

Siapa pula sebenarnya penyihir ini?

Sungguh buruk, sepertinya pemeran utama kita melupakan satu bagian penting dari semuanya. Sapu terbang. Gerak-geriknya tak boleh diabaikan begitu saja.

Tanpa Adelina sadari, sapu itu telah mendatangi rumah tetangga sekitar rumahnya, mengetuk pintu mereka satu-persatu. Dan kini, tanpa meminta izin telah terayun di belakang leher Adelina.

Adelina menyadari tongkat sapu yang nyaris menghantam tengkuknya, dia mengacungkan tongkatnya melempar sihir.

Sayangnya memang itulah yang nampaknya diharapkan. Sebuah kekehan terdengar di telinga Adelina, "Cobalah untuk berbalik..."

Dan kini Adelina menyadari bahwa ia baru saja mengucap mantra, melontarkan ilmunya dengan begitu jelas di depan mata para tetangganya.

"PENYIHIR!?!"

"TANGKAP DIA!"

"Bawa ia menghadap Yang Mulia!"

"Dia harus dieksekusi!"

Segera, keriuhan terjadi. Sepersekian detik orang-orang merangsek  masuk ke halaman rumahnya yang dibatasi pagar perdu berduri. Tak mempedulikan hal lain, amukan massa tak terhindarkan.

Tangan Adelina diringkus tanpa basa-basi. Mengabaikan teriakan Adelina yang berusaha menjelaskan, mereka mulai mengikat tubuhnya pada balok kayu panjang, menyumpal mulutnya, hingga tiba-tiba satu-persatu dari mereka ambruk begitu saja.

"Mereka komplot-" teriakan itu terpotong suara tebasan. Kepala manusia itu terjatuh  begitu saja ke tanah, menyisakan tubuhnya yang mulai memancurkan cairan merah.

Massa yang sebelumnya penuh amarah berubah menjadi begitu panik. Teriakan melengking terdengar. Mereka saling dorong hendak pergi.

Tapi tidak, mereka semua perlahan mulai tumbang satu demi satu, dengan mengenaskan. Kepulan debu membumbung, membuat Adelina yang terikat terbatuk di tempatnya, tak mengerti apa yang terjadi dalam waktu singkat barusan.

Adelina mengernyit, menutup mata agar debu tak memasuki matanya.

"Jadi, kau penyihir?" suara perempuan menyusup dalam pendengaran Adelina.

Mata Adelina perlahan terbuka, mendapati seorang perempuan dengan rambut cepak mengayunkan pedang berlumur darah di tangannya seakan mengayunkan ranting.

Manusia ini entah menolong atau apa, baru saja membantai seluruh insan yang membentuk amukan massa.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro